Playful Couple 06

Start from the beginning
                                    

"Erika, gue di mana?"

"Rumah sakit, Dra." 

"Calvin mana?" 

Ada seorang pria berusaian sekirat awal 40-an mengenakan jas putih khas dokter. Dokter itu memeriksaku dengan stetoskopnya, dia juga mengeluarkan senter kecil yang mengarahkanya ke mataku.

"Sus, coba cek tensinya," kata dokter tersebut.

"Gimana, Dok, teman saya?" Erika menanyakan keadaanku kepada dokter itu.

"Tenang, dek. Dia baik-baik saja. Asal dia menjaga kondisinya, 2-3 hari ini sudah boleh pulang."

Setelah dokter itu keluar dari kamar ini, aku melihat ada kelegaan dari wajah Erika. Jujur aku juga lega mendengarnya.

"Untung lu ya, lu gak di tusuk di bagian vital, Dra."

"Alat vital?" Aku tertawa, tapi aku malah merasakan sakit di area perutku.

"Jangan bercanda ah, sakit jadinya kan."

"Calvin mana, Ka?"

"Dari tadi dia nunggu di luar."

"Kok, dia gak masuk?"

Erika mengangkat bahunya.

"Vin, kalo kamu gak mau masuk, aku yang keluar, aku tau kamu denger aku. Aaaaargghhh!!!" Aku merasa bekas tusukan itu semakin sakit ketika aku berteriak.

Aku melihat Calvin membuka pintu ruangan ini, bajunya masih ada bekas darah. Aku tau itu darahku. Wajahnya tertunduk, matanya merah seperti habis menangis.

"Gue tinggalin lu berdua, Dra."

Erika meninggalkan kami berdua di ruangan yang penuh bau obat ini.

"Apa kamu gak mau menyapa pangeranmu ini, Vin?"

Aku mencoba untuk duduk. Calvin dengan cepat mendekatiku dan menaikkan kasur rumah sakit ini dan meletakan bantal di punggungku.

"Vin ..."

Calvin menggigit bibir bawahnya, dia sedang menahan agar tidak menangis. Aku bisa melihatnya. Matanya semakin memerah dan berair.

"Aku gak apa-apa, Vin. Coba liat, udah sehat kan? Kata dokter 2-3 hari ini udah bisa---"

"Maaf." Calvin memotong omonganku, matanya semakin berair, wajah putihnya semakin memerah, dia sedang menangis. Walaupun dia menundukan wajahnya tapi aku bisa melihat air matanya yang jatuh.

"Hey, aku kan udah janji akan lindungin kamu?"

"Aku ... aku ..." Calvin semakin terisak, "Maafin aku Dra, gara-gara aku."

Kamar ini semakin dingin . Aku memandang ke arah langit-langit dan mengambil napas panjang.

"Sekali lagi kamu minta maaf, aku gak akan maafin kamu. Sekarang senyum buat aku. Aku juga gak mau lihat kamu yang jauh lebih kuat dari aku nangis. Dalam 7 hari ini, Calvin Rama Aditya adalah pacar Rendra Lazwindi. Jadi gak ada alasan aku biarin kamu mengatasi masalah kamu sendiri."

"Dra ..."

"Aku mau peluk kamu, Vin. Tapi perutku masih sakit. Kamu hutang satu pelukan buatku."

"Apa sesakit itu, Dra?" Calvin menyentuh perutku.

"Awww!!!" Sebenarnya tidak begitu sakit ketika Calvin menyentuhnya, tapi tidak apa aku sedikit memberikan reaksi yang berlebihan.

"Maaf, maaf."

Calvin, sudah tidak menangis lagi. Dia mengusap bekas tangisan di matanya dengan lengan bajunya.

"Udah baikan kalian?" Erika masuk ke kamar lagi, sepertinya dia mendengar apa yang kami bicarakan.

"Lu nguping, Ka?"

"Aduh ... Gak urusan gue ya sama rumah tangga lu berdua."

"Ya udah lu akhirin aja hari ke-3 lu Dra, Vin. Lagian udah malam, Rendra perlu istirahat. Lu juga, Vin. Lu mesti ganti baju lu, ntar gue anter balik."

"Preman itu gimana, Vin?"

"Udah ditangkep sama polisi," kata Erika.

"Calvin udah aman, Dra. Udah tidur sana, sebelum gue bius elu."

Aku menghabiskan malam ini sendiri di rumah sakit dengan perasaan yang lebih tenang dan merasa bangga karena aku bisa melindungi Calvin. Aku telah berjanji untuk melindungi Calvin dan aku akan menepatinya.

....

Playful CoupleWhere stories live. Discover now