42.Petualangan telah usai

Mulai dari awal
                                    

Berulang kali kepala Rai menggeleng tidak percaya, siapa yang menduga seseorang yang sudah meninggal kembali hidup dan berbicara pada kita?

"Aku lagi mimpi kan?"

"Nggak, Ra."

Digenggam erat-erat tangan kekar Xabiru oleh Rai. "Kalau ini mimpi aku nggak mau bangun biru, aku mau sama kamu. Terjebak di mimpi ini selamanya dalam waktu yang panjang."

Kerinduan Rai selama ini terasa langsung berbalas. "Ini nyata Ra, kamu nggak mimpi."

"Mana mungkin biru?!"

"Kenapa harus nggak mungkin?"

"Kamu ... kamu ... kamu-----biru aku nggak mau lagi-lagi makan harapan yang ku buat sendiri, kali ini biarin aku ngilangin kangen ke kamu, jangan bilang ini nyata ataupun nggak, persetan sama itu," katanya berderai air mata.

"Iya oke, sini peluk aku," tangan Xabiru membentang lebar. Dengan mudah Rai masuk kedalam dekapannya.

"Biru kenapa harus pergi, kamu tau? aku jadi orang gila yang hilang segala harapan saat kamu pergi, aku nggak tau harus apa, jalan tanpa tujuan, hidup tanpa semangat, nafas tanpa kamu rasanya sulit banget. Hari-hari ku berat, setiap saat harus dipaksa pura-pura nggak papa, nggak papa dan nggak papa. Aku capek biru, capek. Terus-terusan cari kamu di diri orang lain sampai dimana aku sadar nggak ada yang bisa gantiin kamu, perang batin sama diri sendiri tiap malem pikir gimana caranya supaya bisa ikhlas, masih nggak bisa terima saat Tuhan ambil kamu dari aku, itu nyakitin aku biru," papar Rai tersedu-sedu tanpa rasa malu. Ya, dia pikir ini benar-benar hanyalah mimpi.

Rambut Rai terus dielus-elus oleh tangan Xabiru. "Maaf Ra, maaf. Maaf telat datang, maaf bikin kamu nangis, bikin kamu capek, bikin kamu sakit sendiri. Maaf ya, Ra? aku juga nggak pernah mau ini semua terjadi. Ya ... ya aku liat semua yang kamu bilang, kamu yang senyum nggak selepas dulu, pandangan kamu kosong dan ketawapun nggak setulus dulu, aku tau Ra."

"Itu aku, aku saat kamu pergi. Kamu berpengaruh besar buat hidup aku biru," isakan Rai semakin keras. Mimpi kali ini kenapa sungguh terasa nyata.

"Maaf Ra, aku pastiin itu nggak akan terjadi lagi. Ra liat aku," pipi Rai Xabiru tangkup hingga mata mereka bertemu. "Ra, aku yang sekarang bukan ilusi semata. Aku nyata," kata Xabiru tegas.

"Yaaa, anggap aku percaya," respon Rai cuek, segera memeluk tubuh Xabiru tapi ditolak oleh si pemilik tubuh. "HEI?!"

"Kamu harus percaya dulu aku beneran masih hidup."

"Nggak mau!"

"Ra?"

"Nggak."

"Kamu bisa pukul aku sekerasnya, buktiin gimana pun caranya kalau aku nyata."

"Nggak biru, nggak."

"Kamu-----"

"Gimana aku bisa percaya kamu nyata biru?! enam tahun yang lalu kamu dinyatain meninggal, kamu biru kamu! sekarang aku harus percaya kalau kamu hidup?" sentak Rai dengan nada meninggi.

Xabiru menghela nafas pelan. "Untuk itu aku dateng, jelasin kalau----"

"JANGAN BILANG APAPUN."

"Kalau----"

Dua telapak tangannya Rai gunakan menutup telinga repat-rapat sambil memejamkan mata. "AKU NGGAK DENGER!"

"Ra."

"NGGAK!" kepalanya menggeleng-geleng kukuh.

Hingga Rai terdiam saat bibirnya dikecup singkat oleh Xabiru. Bola mata Rai terbuka. "Tadi apa?" tanyanya gugup.

XABIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang