2. Hancur

1K 132 11
                                    

Bismillah,

WARNING: Mengandung kata-kata kasar!

Tangan Jo mengepal erat, bersamaan dengan keringat yang membasahi keningnya. Dia tahu matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih tapi marah. Lelaki itu merasa kepalanya kosong selama beberapa saat. Dia menjadi bodoh, tidak tahu bagaimana menghadapi situasi yang tidak pernah ada dalam pikirannya ini.

Lelaki dan perempuan itu mendesah nyaris bersamaan, mengungkapkan kepuasaan atas perzinahan yang begitu menjijikkan bagi Jo. Dan saat itulah tangan Jo mendorong pintu. Membukanya lebar, dan langsung menatap Vanessa dengan mata memerah.

"Jo!" jerit Vanessa yang langsung meraih selimut.

Sedangkan lelaki berkulit terang itu langsung menyingkir dari tubuh Vanessa. Dan Jo langsung mengenali siapa lelaki yang baru saja meniduri istrinya.

"Ghi?! Kamu ... brengsek! bajingan! "Jo sudah menghambur ke arah Ghiandra, menarik lelaki itu dari ranjangnya yang sekarang berantakan.

Kemarahan Jo tidak dapat lagi ditahan. Dia mengarahkan tinjunya ke muka Ghiandra yang hanya bisa menangkis. Ketika Ghi tersungkur Jo menggunakan kakinya yang bersepatu boot untuk menendang lelaki itu.

"Jo, cukup! Berhenti, Jo! Ghi bisa mati. Please, Jo!"

Mata Jo membelalak. Vanessa, istri yang dicintainya sekarang sedang bersimpuh di depannya. Melindungi Ghi dari serangannya. Perempuan itu bahkan memohon dengan wajah basah oleh air mata.

Jo merasa dia melewatkan sesuatu. Ada apa dengan Vanessa?! Dia memohon untuk Ghi?! Apa sebenarnya yang terjadi?

Ghiandra Akbar, lelaki ini adalah temannya sejak SMA. Mereka cukup dekat, bahkan sering nongkrong bareng. Jo mengenal baik lelaki berkulit terang ini. Setahunya Ghi bukan tipe lelaki yang akan mengusik rumah tangga orang. Tapi, kenyataan yang sekarang terlihat di depannya sangat berbeda.

"Jo, jangan sakiti Ghi. Aku cinta sama dia, Jo. Aku cinta sama Ghi!" isak Vanessa.

Hati Jo serasa diremas, dihempaskan dan hancur berkeping mendengar itu. Bagaimana mungkin Vanessa mencintai orang lain dan dia sama sekali tidak tahu?! Betapa tololnya dia karena tidak bisa mengendus ketidaksetiaan yang terjadi tepat di depan hidungnya.

"Apa?! Kamu bilang apa?!" tanya Jo. Seakan pernyataan Vanessa tidak cukup menyakiti hatinya.

"Aku cinta Ghi, sudah lama, Jo. Maafkan aku," Vanessa mencicit lagi. Menangis pilu entah karena apa.

Sedangkan Jo hanya berdiri kaku. Membeku mendengar pengakuan Vanessa. Senyum yang sejak pagi menghiasi bibirnya sudah lenyap. Perasaan beruntung karena dia memiliki semuanya di usia 32 tahun hilang tidak berbekas.

Sekarang dia hanya seorang lelaki menyedihkan yang ditipu istri yang begitu dicintainya. Joaquin Airlangga yang sangat goblok karena dengan mudah dikhianati Vanessa.

Lelaki itu menunduk, merenungi semua kekalahannya. Terbersit pikiran di kepalanya, seandainya saja dia tidak pulang siang ini. Seandainya dia tidak bersikeras membawa pulang cake ini, dan menunggu saja sampai malam. Seandainya saja dia tidak bodoh. Seandainya saja dia bukan Joaquin.

Mata Jo menatap kosong pada Vanessa yang masih menangis sambil memeluk Ghi. Perempuan cantik itu terlihat berantakan. Bahkan tubuhnya hanya berbalut selimut. Mungkin selimut yang sama yang semalam dipakainya bersama Jo.

Tiba-tiba Jo merasa muak. Perempuan yang begitu dicintainya ini ternyata hanya pezina.

"Jo, please maafkan aku. Aku nggak bermaksud membohongi kamu. I was about to tell you that I love someone else. Please, Jo," Vanessa menggumam di antara tangisnya. Tangannya yang dingin memeluk kaki Jo.

Latte untuk Mocca (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang