Melihat Taeyong yang mengernyit bingung, "Tuan Jung juga berpesan pada kami agar selalu menyediakan kebutuhan Nyonya." sambungnya.

"Ah begitu, aku merasa tak nyaman." ucap Taeyong menghela nafas.

"Nyonya hanya belum terbiasa. Ini rumah Nyonya sendiri, Nyonya bebas melakukan apapun." ucap Kepala Pelayan itu dengan senyuman.

"Katakan saja jika Nyonya butuh bantuan kami."

Taeyong tersenyum lalu mengangguk, "Baiklah. Terimakasih untuk itu."

"Ah. Apa kalian melihat Jaehyun?" matanya celingukan untuk mencari keberadaan Jaehyun.

"Tuan Jung masuk kedalam ruang kerja, Nyonya. Apa ingin Saya panggilkan?" sahut salah satu Pelayan.

Taeyong tersenyum tipis dan menggeleng, "Tidak usah, bantu aku menyiapkan sarapan saja. Apa kalian mau?"

Semuanya mengangguk patuh, "Baik, Nyonya."

*****

Taeyong menatap interaksi dari Jaehyun dan Mark dihalaman belakang. Tangannya mengangkat nampan yang berisi teh dan beberapa cemilan.

Sepertinya Putranya itu sudah sedikit sembuh, terlihat dari bibirnya yang kembali tersenyum.

Taeyong berjalan mendekati keduanya dan duduk disamping Jaehyun. Mark menoleh dan merentangkan tangan pada Taeyong, meminta untuk dipangku dan dipeluk.

Taeyong menurutinya dan Mark segera melabuhkan kepalanya dibahu Taeyong, tubuhnya masih hangat dan lemas.

"Kapan Mark mulai sakit?" tanya Jaehyun, tangannya mengusap dahi Mark yang masih hangat.

"Saat di Bandara, untung saja belum sampai ke Jeju." sahut Taeyong, mengelus punggung Mark yang perlahan mulai memejamkan matanya karena pengaruh obatnya.

Jaehyun menatap wajah Taeyong dengan raut khawatir."Apa kita ke Dokter saja?"

Taeyong tersenyum tipis dan menggeleng. Sudah biasa dengan Mark yang cukup sering demam karena tingkah hyperaktifnya. "Mark sakit tidak akan lama. Lagipula panasnya sudah berkurang dari kemarin."

"Begitukah? Aku sangat terkejut melihat kalian tiba-tiba tidur diranjangku. Kukira kalian sudah pergi. Dan ketika aku memeluk Mark tubuhnya sangat hangat."

"Aku ingin pulang kerumah tapi Mark merindukanmu, lagipula aku sudah berpamitan dengan Bibi."

Jaehyun menatap wajah Taeyong dengan senyuman tipis. "Apa kau tidak merindukanku?"

"Jangan ditanyakan lagi." sahut Taeyong dengan pipi merona merah. Jaehyun mencuri kecupan pada bibir Taeyong.

"Ah, aku selalu lupa bertanya. Siapa Bibi yang kau maksud?" tanya Jaehyun penasaran. Dirinya selalu penasaran tentang Bibi yang tinggal bersama Taeyong tapi selalu lupa untuk menanyakannya.

"Aku tidak pernah bercerita padamu ya? Namanya Bibi Yoona." ucap Taeyong, terlihat wajah Jaehyun yang seperti terkejut.

"Y-Yoona?" cicit Jaehyun pelan. Taeyong mengangguk.

"Iya, Kwon Yoona." ulang Taeyong.

"Ah..." gumam Jaehyun pelan, mengalihkan pandangannya kedepan.

"Kenapa?" tanya Taeyong bingung. Dirinya memperhatikan ekspresi Jaehyun.

Jaehyun tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan, "Tidak, hanya saja aku teringat Ibuku. Nama mereka mirip, hanya berbeda marga." sahutnya.

Taeyong memandang sendu wajah Jaehyun yang masih menatap kedepan, Taeyong sangat tau bagaimana rasanya kehilangan orangtua.

"Kunjungilah Ibumu nanti." ucapnya, seraya menautkan jarinya dengan Jaehyun.

Jaehyun menatap tautan jari mereka, lalu membalasnya. Tersenyum tipis menatap wajah teduh Taeyong. "Hm, temani aku ya, Sayang." anggukan Jaehyun dapatkan.

Menghela nafas pelan, "Lalu? Bagaimana kau bisa tinggal bersama dia? Kau selama ini hanya sendiri."

"Bibi yang menyelamatkanku saat aku kecelakaan pada saat itu. Bahkan membayar biaya rumah sakitnya. Dia mengetahui bahwa aku hanya sebatang kara dan dia mengajakku untuk tinggal serumah."

Taeyong menghela nafas ketika mengingat pada saat itu, "Bibi Yoona banyak membantuku dalam segala hal, termasuk mengurus Mark." ucapnya, seraya menatap Mark yang sudah mendengkur halus dipangkuannya.

"Sepertinya dia orang baik." ucap Jaehyun, "Aku harus bertemu dengannya nanti karena telah mengurus Putra dan Calon Istriku dengan baik."

Taeyong memicing ketika mendengar kata janggal yang Jaehyun keluarkan. "Calon Istri apanya?! Dasar kau ini." matanya mendelik lucu pada Jaehyun.

"Kita akan menikah nanti." ucap Jaehyun acuh seperti tanpa beban

"Kau tidak meminta persetujuanku?"

Jaehyun menggeleng dan menarik Taeyong agar bersandar pada bahunya. "Tidak usah, aku tetap akan menyeretmu ke Altar."

Taeyong berdecih kemudian tersenyum tipis, menyamankan kepalanya pada bahu Jaehyun. "Memang, si Jung Pemaksa Jaehyun memang tak akan pernah berubah." ucapnya.

Jaehyun mengeratkan pelukannya pada pinggang Taeyong, memberikan kecupan pada pucuk kepala Taeyong.

"You know me so well, Sweetheart."


TBC


Happy Reading 💖
Jangan lupa vote dan komen ya~

Love you all!!!❤️❤️❤️

Forever Is You (JAEYONG) ✔️Where stories live. Discover now