5. KERUSUHAN DI JAM PULANG

Comenzar desde el principio
                                    

"Iya kak, aku Lili," ucap gadis yang bernama Lili itu kemudian ia berlari menuruni rooftop.

Cindy, Nara, Vino, dan Bima menghampiri Rion. Mereka tercengang mendengar perkataannya tadi. "Lo beneran mau milih dia jadi anggota Geng Jupiter?," tanya Cindy memainkan jari tangannya.

"Iya beneran, kenapa emang?kayaknya dia cocok jadi bagian kita." Tanpa pikir panjang Rion mengungkapkannya. "Ya enggak kenapa sih, tapi dia orang baru soalnya dan lo juga belum kenal dia," ujar Cindy meyakinkan.

"Nah justru itu."

"Halah! Bilang aja Cindy cemburu, takutnya Rion diambil sama Si lili itu," ungkap Bima yang membuat semuanya nyaris tertawa kecuali Cindy.

"Beneran Cin? enggak kok, gue sayangnya cuma sama lo aja," ujar Rion dengan tawa kecilnya dan diikuti oleh yang  lainnya. "Ngadi-ngadi lo!" umpat Cindy dengan pipi memerah, walaupun aslinha gadis ini benar-benar cemburu.

•••

Cindy berlari menuju gerbang sekolah, menerobos kerumunan murid sekolah itu. Siswa-siswi saling bergerombolan untuk pulang, ini jam yang dinanti mereka.

Cindy menelepon Jeri, ia memintanya untuk segera menjemputnya. "Jeri, jemput gue sekarang ya, cepetan!" ujarnya sambil melangkah ke lorong sekolah. "Iya, tunggu didepan gerbang. Telponnya jangan dimatiin, ntar lo susah dihubungin lagi"

"Iya bawel."

Ia menghentikan langkah nya di lorong sekolah, ketika tiga orang lelaki mencegatnya. Mereka adalah siswa brandal disekolah yang naksir sama Cindy.

"Ck!Kalian mau apa lagi sih?," ucap Cindy santai karna sudah terbiasa dengan hal ini. "Pulang bareng gue aja yuk Cin," ujar lelaki itu menyenderkan tubuhnya di tembok

"Sorry Jack, gue udah dijemput." Cindy mencoba melalui lelaki yang bernama Jack tersebut namun tidak bisa. "Kenapa sih Cin, lo nolak gue terus? gue enggak ada niat jahat kok sama lo." Jack tidak membiarkannya pergi, ia menutup lorong itu bersama kedua temannya. Mencoba melangkah lebih dekat kearah Cindy, namun Cindy menghindar.

"Enggak gitu, please biarin gue pergi." Dengan gugup Cindy melangkah mundur. "Enggak sebelum lo nerima gue jadi pacar lo, atau lo..." ucap Jack menatap Cindy dengan senyum smrik.

PLAKK!

Satu tamparan melesat dari tangan Cindy, "gila lo ya, cowo brengsek" umpatnya kasar kepada lelaki dihadapannya. "Ck! Teroboss aja lah," seru 3 orang lelaki itu. Cindy berteriak ketika tiga orang itu hendak menyekap tubuh Cindy, namun ia teringat bahwa teleponnya masih tersambung dengan Jeri.

"Aaa!! Jeri, dateng kesini cepetan, ini geng bego nyekat gue. Cepetan Jeri," teriaknya kepada Jeri yang suaranya terlihat bertanya-tanya sedari tadi, namun Cindy tidak menyadarinya.

"Lo kenapa Cin? oke tenang, gue kesana sekarang, gue udah di depan gerbang. Posisi lo dimana?" tanyanya terdengar terburu-buru. "Di lorong sekolah, cepetan kesini!" Suasana menjadi kacau, Jack hendak mengambil ponsel milik Cindy tetapi dengan sigap Cindy memegang ponselnya dengan erat.

"JERII!! Kenapa lo lama banget," teriaknya bingung harus bagaimana lagi.

"WOYY! Berani sama cewe doang lo." Akhirnya yang dinanti-nanti datang, Jeri berteriak kearah 3 brandal itu dan berlari untuk menyerangnya.

BUG!... BUG!... BUG!...

Tiga pukulan mendarat diperut Jack lelaki itu meringis kesakitan dan memegang perutnya. 2 orang temannya tidak tinggal diam, mereka hendak memukuli Jeri balik.

BUG!

Satu pukulan mendarat diperut Jeri Cindy berteriak histeris melihatnya, "Jerii!!"

"Kita impas bro, lo mukul perut Jack, berarti hukumannya lo juga dipukul. Jangan macam-macam sama kita lo," hardik lelaki itu dan menendang Jeri hingga terjatuh.

"BRENGSEK LO!" umpat Jeri dan mulai bangkit untuk melawan mereka, Jack hanya diam ditempat setelah menerima bahwa bibir dan hidungnya keluar banyak darah.

Bug!! bug!! bug!!

Akhirnya pukulan kembali mendarat ke Geng Brandal itu, Jeri mengusap darah segar yang keluar dari mulutnya kemudian menarik tangan Cindy untuk keluar dari lorong itu. Raut wajah Cindy berubah, ia takut dengan kejadian yang dilihatnya, apalagi dilihatnya Jeri yang masih mengenakan seragam putih itu berisi tetesan darah segar di seragamnya.

"Lo enggak kenapa Jer? sorry karena salah gue lo jadi gini," aku Cindy menatap mata lelaki itu. "Lain kali jangan lewat lorong kalau mau pulang, bahaya!"

"Lagian kok tumben sih lo kalah sama mereka? biasanya kan lo sering ngelawan, soalnya lo kan ratunya cempreng," ungkap Jeri tertawa kecil seperti tidak ada rasa sakit ditubuhnya. "Yee mulai lagi lo. Bukannya sakit malah ngejek, nyesel gue minta maaf," ungkap Cindy menatapnya datar. "Tapi, lo itu rajanya tukang bohong, udah sakit tapi masih bisa nutupin," tambahnya mengakui sifat Jeri.

"Lo nyuruh gue sakit? nyesel ah nolongin lo."

"Bodo amat. Bibir lo berdarah tuh, udah kayak monyet beneran. Nanti sampai rumah gue bersihin ya."

"Tumben lo," ucap Jeri dan mulai menyalakan motornya, disusul oleh Cindy yang menaiki motor itu dibelakang. "Tumben lo bilang? biasanya juga gue baik kok sama lo."

To be continued

.
.
•••
#

mensivWG

JUPITERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora