2. Rahasia Ibu

13.4K 462 7
                                    



Luna bingung kenapa kedai ibunya sepi sekali, dan sang wanita paruh baya itu tidak ia temukan di sana. Ia sampai lupa mengucap salam dan langsung masuk ke rumah saat penasaran kenapa ibunya tumben seperti ini.

Ia masuk ke rumah merasakan ada yang aneh. Ada suara bising dari kamar ibunya. Ia mendekati pintu kamar Lala dan meletakkan telinganya di pintu tersebut.

Desahan, dan itu suara ibunya! Ia kenal betul.

Bulu kuduk Luna meremang. Ia mendadak takut membayangkan sesuatu. Ia menolak pikiran-pikiran buruk yang sekarang mengerubungi otaknya. Tidak. Tidak mungkin ibunya sedang melakukan hal yang tidak-tidak. Namun, suara itu begitu berisik dan ada suara laki-laki juga ia dengar.

Luna geleng-geleng kepala, sekali lagi ia berusaha menepis bayangan negatif tentang apa yang dilakukan ibunya di dalam. Perlahan ia bulatkan tekad nya untuk menarik kenop pintu. Membuka penghalang itu untuk Luna mendapati kebenarannya.

Mata Luna membulat melihat Lala yang sedang berada di bawah Pak Cipto. Keduanya telanjang bulat. Jantungnya mencelos, ia refleks mundur, keduanya asik bersetubuh sampai kehadirannya tidak diketahui.

Luna tidak sanggup lagi melihat tersebut perlahan mundur pelan-pelan. Berusaha sekuat tenaga untuk pergi dari sana. Ia begitu syok.

Sambil berlari menjauh dari rumah tak sadar air matanya telah membasahi wajahnya. Ia tidak menyangka apa yang di lakukan oleh ibunya dengan suami tetangganya tersebut. Ia benar-benar kecewa dan sangat marah. Apakah selama ini benar semua gosip-gosip tetangga yang kerap kali Luna dengar bahwa ibunya adalah seorang pelacur? Hati Luna rasanya sakit sekali. Ia hancur mengetahui fakta yang sangat mengerikan itu.

Karena berlari tanpa henti dan tujuan saat tubuhnya sudah kelelahan ia berhenti di sebuah gang sempit. lumayan jauh ia berlari. Seharusnya ia lebih lama lagi pulang. Agar ia tidak melihat semua ini. Lebih baik Luna tidak mengetahui apa-apa dari pada tahu hal menjijikkan yang dilakukan ibunya.

"Ibu jahat sekali."

Ia benar-benar terluka. Batinnya yang selama ini menganggap ibunya adalah wanita baik-baik hancur berkeping-keping. Melangkah terseok-seok ia menelusuri sepanjang gang sempit itu.

Di ujung gang terdapat segerombolan pemuda, kira-kira lima orang. Mereka menemukan Luna dengan pakaian yang menggoda. Mangsa yang tepat untuk mereka di sore yang sepi ini.

Mereka menghampiri Luna yang sepertinya tidak sadar akan keberadaan mereka. Mereka melihat Luna yang menangis. Bukannya iba hasrat mereka semakin menggebu untuk melakukan hal gila pada Luna.

"Cewek cantik kenapa sedih?" kata yang berambut merah. Mereka kini telah mengelilingi Luna.

Mendengar sebuah Suara Luna mendongak mendapati dirinya telah dikepung pria-pria itu. ia tentunya sangat terkejut dan ketakutan.

"Kalian mau apa?!"

"Jangan galak-galak, kita cuma mau buat lo gak sedih lagi. Kita mau senang dengan Lo," kata satu yang bercelana koyak-koyak mendekati Luna lebih dekat lagi dan menarik dagu Luna. "Cantik bener cewek ini guys."

Luna menyingkirkan tangan itu dan mundur. Tapi di belakangnya sudah ada pria lain. Ia di peluk dari belakang. Luna berteriak. Ia ketakutan.

"Lepaskan aku!"

"Eits, nanti ya sayang. Setelah kita bersenang-senang."

Pria lain ikutan mengeroyok Luna. Mulai menyentuh bagian-bagian yang selama ini tidak pernah ada yang menyentuh selain ia sendiri.

"Akhh!!! Lepaskan aku." Luna bergerak-gerak liar berusaha dapat kabur dari pemuda-pemuda itu-- setidaknya agar mereka kesulitan melakukan apa hendak mereka ingin lakukan padanya.

Dadanya sudah diremas-remas kuat membuat ia menangis histeris. Pahanya juga tidak tertinggal oleh tangan-tangan jahil itu. Seorang pria berbadan kurus dengan bau ketiak yang sangat asem malah menciumi perut Luna yang entah sejak kapan sudah tidak terhalang seragamnya. Kancing-kancing bajunya berjatuhan saat mereka membuka paksa.

"Sa-sakit! Akh."

Mereka melakukannya dengan kasar dan terburu, tidak membiarkan Luna memberikan sedikit perlawan. Luna benar-benar hanya bisa berteriak saat mereka mulai menggila dengan tubuhnya.

Entah tangan siapa. Luna merasakan celana dalamnya di tarik, roknya diangkat ke atas. Luna menjerit histeris merasakan begitu hancur miliknya dijamah.

Di sisi lain sebuah bibir menyosornya membekap teriaknya. Luna menyadari hari ini begitu sial. Ia takut, gemetaran, dan putus asa di saat tubuhnya benar-benar sudah dikuasai lima pria itu. Ia lemas meskipun masih terus meronta mencoba melepaskan diri.

"Bro gua duluan masukin, ya," ucap yang paling besar tubuhnya ke lda teman-temannya. Mendengarnya Luna menggeleng kepala kuat-kuat, air matanya jatuh deras.

Pria itu mulai membuka resleting celana nya. Luna tidak tahu harus berbuat apa hanya memejamkan mata berharap semua ini hanya mimpi buruknya saja.

Jantung Luna berhenti berdetak rasanya. Namun beberapa detik tidak ada sesuatu yang terjadi dan suara berisik pemuda-pemuda yang menggerayangi tubuh Luna mendadak senyap.

"BERHENTI KALIAN SEMUA!"

Luna membuka mata, seorang pria memukul si tubuh besar tadi sampai jatuh tersungkur. Hal tersebut membuat teman-teman terkejut dan emosi mendapati seseorang menggangu mereka.

"Siapa lo?! Berani sekali mengganggu kami!"

Luna jatuh terduduk saat tangan-tangan itu melepas tubuhnya yang memang sejak tadi sudah lemas dan tak berdaya hanya bantuan tangan-tangan itu yang terus membuatnya dalam keadaan berdiri.

Ada pahlawan yang membantunya.

Luna melihat perkelahian itu yang di menangkan oleh sang pahlawan. Namun ia terlalu lemas dan capek untuk terus duduk sehingga ia jatuh tergeletak. Saat sebuah tangan menariknya ke gendongan si pahlawan.

Ia di bawa masuk ke dalam mobil dan di selimuti sebuah sarung. Sayup-sayup ia mendengar namanya di panggil sebelum kesadarannya menghilang.

***

Silau cahaya yang terkena wajahnya membuat Luna perlahan membuka matanya. Ia mengerjapakan matanya untuk membiasakan diri dengan cahaya. Begitu sepenuhnya membuka mata, ia menyadari tidak berada di kamarnya.

Kamar ini terlalu luar dan mewah untuk menjadi kamarnya. Ingatannya pulih, ia buru-buru menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. Ia memakai seragam sekolahnya. Namun, bajunya sudah compang camping. Ia juga merasakan tidak memakai celana dalam.

Ia panik, takut. Dan mengingat bahwa ia dibawa oleh pahlawannya semalam. Namun ia sadar sebelum pingsan kemarin, keadaannya sunggh menyedihkan, pakaiannya tidak sempat ia benahi. Baju-bajunya yang terbuka, ia melirik ke pinggulnya, kemarin ia ingat pemuda yang hampir memperkosanya itu menarik turun celana dalamnya, ia tak sempat memperbaiki, keburu kehilangan kesadaran. Astaga!

"Sudah bangun?"

Luna terlonjak, melihat ke arah pintu mendapati Bram membawa sebuah handuk dan pakaian di tangannya. Ia berjalan menghampiri Luna.

"Mandi dulu, maaf saya tidak bisa mengganti pakaianmu semalam."

Luna malu setengah mati. Ia ingat Pak Bram-lah yang menolong Luna kemarin. Namun, ia malu semalu-malunya mengetahui bahwa Pak Bram melihat ia telah dijamahi orang-orang, juga melihat tubuhnya yang.... Akh! Luna benar-benar sangat malu.

"Sudahlah bersihkan dulu dirimu. Setelah itu keluar saya telah menyiapkan sarapan."

Bersihkan dirimu. Sekarang Luna benar-benar perempuan kotor. Sangat kotor.

***

Follow akun ini dan temukan cerita menarik lainnya, terima kasih telah membaca, jangan lupa vote dan komentar yaa!

My Love My HeroWhere stories live. Discover now