🥀 Kembali menetap pada orang yang sama

Start from the beginning
                                    

"Gue sama Mawar nggak pacaran. Karena... Mawar menolak." Suara yang terdengar sedikit melirih itu, membuat semuanya bungkam. Bahkan beberapa dari mereka pun sudah banyak berasumsi yang tidak-tidak kepada Mawar. Sedangkan gadis itu menundukkan kepalanya dalam, ia takut dan merasa tidak nyaman.

"Di sini Mawar nggak salah, perasaan yang gak bisa di paksa. Gue ngerti, dan gue nggak bisa memaksa itu. Mungkin ini juga pelajaran untuk gue, supaya tidak terburu-buru dalam menyatakan cinta pada orang yang belum tentu kita ketahui apa dia juga mencintai kita. Jadi gue mohon, jangan lagi menyertakan nama gue dan Mawar dalam satu hubungan. Gue sama dia hanya teman."

Penjelasan yang cukup panjang dari Dinar itu, membuat beberapa orang sudah mengerti. Mawar yang mendengar pun bernapas lega, banyak berterimakasih pada cowok itu menjelaskan seperti tadi. Bahkan Dinar tidak ada menjelek-jelekkan dirinya atas penolakan itu, dia membelanya.

Dinar memanglah cowok baik, karakter cowok idaman. Namun entah mengapa, Mawar tidak tertarik. Tanyakan pada hatinya ini, siapa laki-laki yang pantas ia cinta? Sejujurnya, Mawar tidak mengerti masalah cinta.

Ia terlalu fokus pada dirinya. Karena hal itulah, ia selalu mengabaikan masalah percintaan. Akan tetapi ia masih gadis normal, memiliki perasaan pada lawan jenisnya. Yang sekarang ia kira-kira, apakah benar ia mencintai laki-laki itu.

***

Sunyi. Menggambarkan suasana kamar, yang pemiliknya saat ini berbaring di atas kasur. Entah sudah berapa kali orang itu memaksa dirinya untuk kembali pada alam mimpi, melupakan sejenak pada satu masalahnya, yang membuatnya sedikit frustasi.

Sudah siang hari padahal, namun orang itu seolah enggan sekali beranjak dari tempat tidurnya. Bahkan, gorden jendela kamarnya masih tertutup rapat, yang menandakan bahwa ia hanya berada di atas kasur, tidak melakukan apapun. Dan dapat disimpulkan, orang itu yang masih anak pelajar, membolos hari ini.

Terdengar ketukan pintu cukup nyaring di bawah sana, membuat orang itu terusik. Semakin diabaikannya, semakin terdengar jelas saja ketukan itu. Bukan lagi ketukan orang-orang bertamu, justru ketukan menggedor pintu rumahnya. Sial, siapa orang itu, pikirnya.

Rambut berantakan, beserta piyama yang masih melekat ditubuhnya, orang itu, mulai melangkah gontai keluar kamar, menemui si tamu tersebut. Sesampainya di depan pintu utama, tangannya dengan malas memutar knop pintu yang sebelumnya ia buka kuncinya.

Tercengang tamu itu saat melihat si pemilik rumah ini. Menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu tanpa minta izin terlebih dahulu, tamu itu memasuki rumah tersebut. Di belakangnya di susul orang itu, sembari mengucek mata seperti orang khas bangun tidur.

"Ngapain lo ke rumah gue?" tanya orang itu, melihat saat ini tamunya sudah duduk santai di sofa ruang tamu.

Tamu yang masih memakai baju seragam SMA itu dengan cepat menjawabnya, "lo kenapa bolos? Kumat lagi penyakit lo, Sa? Gue kasih tau tante Dini tau rasa lo."

Aksa, cowok itu tidak menanggapi cibiran dari sahabatnya, Calvin. Ia justru ikut duduk di samping cowok itu, menyadarkan kepalanya pada sandaran sofa. Setelah itu hening, mereka berdua sama-sama diam. Calvin mengamati penampilan sahabatnya ini, kantong mata yang hitam, rambut berantakan, raut wajah murung, masih mengenakan piyama tidur, namun kancing baju yang tidak ia kancing dengan benar. Penampilan seperti ini sudah menjawabkan, bahwa Aksa sedang memiliki masalah. Calvin sudah hafal betul sifat sahabatnya.

"Dari kemarin lo udah beda, ternyata sampai sekarang juga sama. Lo kalau punya masalah itu bilang, jangan dipendam sendiri. Gue sama Bagas bakal siap dengerin keluh-kesah lo. Apa masalah lo ini menyangkut keluarga lo lagi?" Jika diingat-ingat, semua masalah Aksa selalu bersangkutan pada keluarganya. Maka dari itulah Calvin berkata demikian.

Mawar [COMPLETED]Where stories live. Discover now