[2] Day 6 (1/1)

10 4 0
                                    

Jaehyuk hampir saja panik ketika tak menemukan Yedam di sampingnya, namun ia segera sadar bahwa ia harus menerima kenyataan.

"Jaehyuk, aku tahu kau terkejut melihat Yedam mati tepat di depan matamu. Tapi untuk sisa dua hari ini, tenanglah," tegur Asahi.

"Bagaimana menurutmu Mashiho?" tanya Jaehyuk tiba-tiba.

Mashiho berpikir sebentar, "Dari perkataan Asahi tadi, sepertinya ia mulai bergairah untuk menyelesaikan ujiannya. Aku akan membantunya."

"Lalu kalau ia mau menyelesaikan ujiannya, apa ia akan benar-benar membunuh seseorang?" gumam Jaehyuk, tapi masih dapat didengar Asahi walau samar.

Asahi menyiapkan diri, kemudian mulai melangkah menuju kota. Mashiho mengikutinya, sedangkan Jaehyuk berpikir terlebih dahulu untuk ikut atau tidak.

"Fokuslah seperti itu. Pertanyaanmu akan terjawab nanti," pesan Asahi sebelum memimpin jalan mereka bertiga.

"Demi Yedam. Semua ini kulakukan demi Yedam... dan tentu saja ibu..."

Asahi menarik napas panjang sebelum berhenti.

"Jaehyuk, ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Keduanya menepi, sementara Mashiho bertugas mengamati keadaan sekitar.

"Kau diberi tugas untuk membunuh orang lain, secara tidak langsung. Tapi kau tak pernah membunuh siapa pun dengan tanganmu, walaupun kau memiliki keahlian seorang pembunuh. Jaehyuk, tugasku adalah membunuh seseorang yang kusayangi, walau jujur saja aku tak mau. Membunuh adalah perilaku yang salah, entah untuk tujuan yang baik atau tidak. Aku tahu tugasku menyebabkan penderitaan, oleh sebab itu Yedam kuberi tahu duluan."

Jaehyuk tertegun. Jadi tugas mereka memiliki kemiripan... ah, inti yang sama. Membunuh. Entah siapa yang perlu dibunuh.

"Sebetulnya aku berencana menyerah dan tidak menyelesaikan ujian ini, namun aku bersyukur bertemu dengan Yedam yang memberiku semangat. Jaehyuk, dari awal pertemuan kita, entah mengapa pertemuannya terasa seperti deja vu walaupun kita tak memiliki ingatan apapun. Aku janji, tugasku akan segera berakhir. Jaga dirimu dan selesaikan ujianmu demi siapapun yang ingin kau temui nanti."

Asahi bergegas berlari, ke arah Yoonbin yang entah sejak kapan berada tak terlalu jauh dari mereka.

Jaehyuk ingin mengikuti, namun Mashiho menahannya.

"Biarkan Asahi melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Kita tunggu di sini."

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Pertengkaran sengit dan letusan demi letusan senjata yang terlontar dari Asahi dan Yoonbin sama-sama imbang.

Jaehyuk bisa melihat jika keduanya sama-sama terluka parah sekarang, dan tak lama lagi akan tumbang.

Setelah keduanya terbaring dengan kubangan darah serta tak mampu lagi untuk sekadar menarik pelatuk, Jaehyuk bergegas berlari ke arah Asahi.

"Maaf telah melibatkanmu untuk hal ini, Jaehyuk. Turuti apapun perkataan Yedam di dalam suratnya untukmu. Selesaikan ujianmu. Jangan pikirkan aku, aku bisa menanganinya sendiri."

Jaehyuk terdiam, "Terima kasih."

Asahi terkekeh pelan, tubuhnya mulai menghilang, "Aku bahagia kau mengatakannya, cepatlah kembali dan tinju aku jika kau kebetulan mengingatku nanti."

Jaehyuk hanya terkekeh pelan, "Ya. Terima kasih untuk semuanya. Kau yang terbaik."

Jaehyuk berlari ke arah Yoonbin, "Hey, kau juga petarung yang keren."

"Walaupun aku jahat?"

Jaehyuk mengulum senyum, "Tak peduli jahat atau tidak, kau tetap petarung yang handal. Yoonbin, kuharap suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali, namun bukan sebagai musuh."

Yoonbin terkekeh, "Kuharap juga begitu. Terima kasih telah tetap menganggapku sebagai teman, Jaehyuk."

Keduanya menghilang dalam cahaya. Jaehyuk menyeka sedikit air mata di sudut matanya, sedikit tak menyangka kalau ia pun menangis terharu dengan perpisahan dadakan ini.

"Jaehyuk, sekarang giliranmu," tegur Mashiho.

"Aku tahu. Adakah pesan Asahi untukku?"

Mashiho mengangguk, "Pesannya adalah 'aku akan menunggumu dengan senang hati, Jaehyuk'. Semangat!"

"Aku tak sabar bertemu Yedam dan Asahi kembali. Juga Yoonbin."

"Aku senang melihatmu bersemangat. Sebenarnya aku sudah tahu jika Asahi berniat menyelesaikan ujiannya lebih cepat, namun ia masih ragu-ragu kemarin," jujur Mashiho.

Keduanya berjalan kembali ke tempat semula, dengan matahari yang perlahan kembali menyisakan warna jingga.

sᴇᴠᴇɴ ᴅᴀʏs - ᴛʀᴇᴀsᴜʀᴇ ᴍɪᴅᴅʟᴇ ʟɪɴᴇ ғᴛ ᴋᴇɪʙɪɴ

- dec's note

heyyo! maaf baru lanjut dan ini edisi ngebut, kayaknya epilog aku satuin sama day 7 biar ngga terlalu banyak chapter dan juga epilognya kan ngga terlalu banyak katanya sebenernya, hhe
kuharap kalian suka, jangan lupa krisarnya

[2] Seven Days: Episode of Asahi ✔Where stories live. Discover now