[2] Day 2 (2/2)

11 4 2
                                    

"Oke Asahi, cepat beritahu apa tugasmu."

Asahi diam. Hening menyapa.

"Baiklah," kata Yoonbin sambil tersenyum remeh, "Maka ucapkan selamat tinggal pada anak cengeng ini," lanjutnya sambil mengarahkan ujung pistolnya ke Yedam.

"Si bangsat itu! Ia akan benar-benar membunuh mereka?! Sialan, apa yang harus kulakukan? Mengikuti kata hati atau membiarkan Yoonbin membunuh Yedam?" Jaehyuk bergelut dengan dirinya sendiri di dalam hati.

Pada akhirnya, Jaehyuk memilih kata hatinya.

"Aku akan menyesal rasanya jika tidak melakukan ini. Berhenti menyiksa diri adalah yang terbaik," monolog Jaehyuk dalam hati, membiarkan jarum kompasnya bergerak-gerak tak tentu arah.

"Hei apa yang kau lakukan dengan mengendap-endap seperti itu?" protes Yoonbin.

"Baguslah, perhatiannya teralih padaku," ucap Jaehyuk dalam hati, bersyukur.

"Maaf untuk ini, Yoonbin," kata Jaehyuk, lalu meninju Yoonbin keras-keras sampai pemuda itu terjatuh.

"Jaehyuk! Kau menyelamatkanku? Terimakasih! Tapi kenapa?"

"Sebenarnya aku tak tahu," jawab Jaehyuk sekenanya.

"Sialan, Jaehyuk," desis Yoonbin marah.

"Bagaimana ini? Ia benar-benar marah padaku. Aku masih menyimpan senjata yang kutemukan tadi pagi..." Jaehyuk bimbang lagi.

"Aku sudah memperingatimu dengan mengatakan konsekuensi seorang pemfitnah.."

"Ya, dan aku hanya menyela, bukan memfitnah." Jaehyuk berusaha tenang walau dadanya lumayan berdebar karena situasi ini.

"Apa yang kau bicarakan?" pekik Yoonbin, menggertakkan gigi.

"Asahi! Tembak dia! Selamatkan Jaehyuk!" pinta Yedam panik.

Dor!

"Aku pikir kau tidak pernah menderita," santai Asahi, lalu menarik pelatuk shotgun miliknya sekali lagi.

Dor!

"Sialan! Aku benar-benar dalam masalah," gumam Yoonbin yang masih dapat di dengar Jaehyuk, "Ini belum berakhir, Jaehyuk!"

Setelahnya Yoonbin pergi, meninggalkan Yedam, Asahi dan Jaehyuk.

"Sudah lolos," datar Asahi, lalu kembali duduk.

"Jaehyuk, kau tidak apa-apa?" tanya Yedam khawatir, membolak-balik tubuh Jaehyuk hanya untuk mengecek.

"Mmm, yeah. Bagaimana denganmu?"

"Kita berdua baik-baik saja. Terima kasih," ungkap Yedam tulus.

"Apa rencanamu sekarang?" potong Asahi.

"Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan," kata Jaehyuk tenang, lalu menyunggingkan sebuah senyum.

Asahi hanya mengangguk paham, "Baiklah, aku mengerti. Jika begitu aku tidak bisa menahanmu."

"Lagipula, aku bukan membantu mereka. Mereka hanya akan menderita, karena orang di sekitarku pasti akan mati, cepat atau lambat," monolog Jaehyuk di dalam hati.

"Terima kasih untuk hari ini, Jaehyuk!"

Jaehyuk mengangguk, pamit pada Yedam dan Asahi, kemudian pergi meninggalkan keduanya.

Saat matahari terbenam, Jaehyuk kembali bertemu dengan Yoonbin.

"Kau kembali rupanya. Apa semua baik-baik saja?"

Mengabaikan pertanyaan Yoonbin, Jaehyuk hanya tersenyum kecil, "Aku agak terkejut melihatmu tenang setelah aku mengganggumu."

"Sejujurnya aku agak marah," jujur Yoonbin, "Tapi tidak lagi. Lagipula aku sudah mendapatkan apa yang kumau."

"Sepertinya kau berpikir kalau aku asal bicara-"

"-Serangan tadi tidak dipertimbangkan dengan baik," jawab Jaehyuk santai.

Yoonbin merengut, "Aku tahu, aku hampir mempermalukan diriku sendiri."

"Harusnya kau bisa mendekat diam-diam dan menghancurkan kepalanya," saran Jaehyuk, kemudian merutuk di dalam hati.

"Aku tidak menyangkal. Tapi aku punya cara tersendiri untuk melakukan sesuatu," jawab Yoonbin.

"Tcih, cara sendiri apanya. Aku tahu ia tidak akan bisa menembak meski ia sangat ingin," protes Jaehyuk dalam hati.

"Yeah, aku yakin kau bisa tahu, tapi aku tak ingin membahasnya. Lagipula kita tak sedekat itu."

"Kita memang seharusnya tak sedekat itu, demi diri kita sendiri."

Yoonbin makin merengut, "Dan aku senang kau menemaniku disini. Sedikit saja sih."

Jaehyuk hanya memberikan Yoonbin tatapan datar.

"Astaga, ekspresi itu. Dingin sekali. Aku menyukainya."

"Apa yang dilakukan orang aneh ini? Apa ia akan menggangguku sampai mati?" rutuk Jaehyuk dalam hati. Ia sangat tidak mengerti bagaimana pikiran Yoonbin berjalan.

"Omong-omong, ini sudah dekat waktu tidur. Istirahatlah," saran Yoonbin.

"Aku tak tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Tapi aku cukup yakin ia tidak akan membunuhku, setidaknya saat aku tidur. Tapi, rupanya ia tak percaya padaku. Mungkin ia akan memberitahunya ketika kami sudah lebih dekat... Tapi ugh... Berteman dengan Yoonbin? Yang benar saja," gerutu Jaehyuk dalam hati, lalu mulai berbaring.

sᴇᴠᴇɴ ᴅᴀʏs - ᴛʀᴇᴀsᴜʀᴇ ᴍɪᴅᴅʟᴇ ʟɪɴᴇ ғᴛ ᴋᴇɪʙɪɴ

Melarikan Diri

Saat mabuk, ia memukulku.
Lalu memukul ibu ketika ibu mencoba menghentikannya memukulku.

Malam itu ia mabuk lagi,
Dan menikam ibu dengan pecahan botol.
Membayangkan ibu meninggal membuatku takut.

Entah kenapa, saat aku sadar,
Ibu berteriak, sementara di tanganku ada barang bukti.
Aku takut, melarikan diri ke gang, dan bersembunyi.

Keesokan harinya, aku menyalakan televisi,
Melihat ibu diwawancarai,
Dengan tajuk, "Pembunuh menyerahkan diri."

sᴇᴠᴇɴ ᴅᴀʏs - ᴛʀᴇᴀsᴜʀᴇ ᴍɪᴅᴅʟᴇ ʟɪɴᴇ ғᴛ ᴋᴇɪʙɪɴ

- dec's note : :

huwaaaahh, day 2 memang luar biasa ;)
aku sengaja double update, semoga kalian suka
takutnya keteteran, apalagi udah mulai sekolah online lagi ToT
udah dulu deh ya, sampai ketemu di day 3 !

[2] Seven Days: Episode of Asahi ✔Where stories live. Discover now