Part 6

2 0 0
                                    

Pagi ini gelap matahari masih malu-malu untuk terlihat jelas, gita yang memang sudah bangun pukul 5 pagi itu meresa badannya pegal-pegal dan ingin ke dapur untuk mengambil minum.

Kaki polosnya turun tanpa alas, sedikit berjinjit karena merasakan dinginnya lantai,   membersihkan tempat tidur itu yang pertama ia lakukan, setelah itu mencuci muka dan menggosok gigi, meski manja hal yang satu ini tetap gita lakukan karena paksaan yang sudah menjadi biasa dan berakhir budaya karena menurun pada devan adiknya.

Tok... Tok....

Gita mengernyit sambil melipat mukenah nya, kepala nya menengok kebelakang menatap hana mamanya, " ada apa ma? " tanya gita pada hana yang berdiri dipintu masuk.

" mama nganterin air putih sama cookies buat kamu " jawab hana sambil meletakkan bawaannya dimeja dekat pintu.

Gita tersenyum dirinya sangat suka mamanya yang seperti ini, " devan pulang kapan? " tanya ningsih.

Gita duduk dipinggir ranjang sambil menyisir rambutnya, hana pun menyusul disamping gita, " nanti siang ma, dianter sama kak juan " ucap gita.

" juan lagi? jangan deket-deket juan bisa? " ujar hana menatap lekat putrinya.

Gita mengernyit heran, " kenapa ma? " tanya gita.

" juan itu laki-laki gak bener, mama pernah liat dia nongkrong sambil minum-minuman, dan temen-temennya juan itu bukan seusianya gita mereka udh dewasa, jelas beda lagi tuh juan pergaulannya gak bener. "

" berarti mama pernah masuk tongkrongan itu? " tanya gita yang membuat hana melotot padanya.

" yaa egk lahh gita, kebetulan aja itu waktu mama habis pulang dari rumah nenek " jawab hana tak terima.

Gita mengangguk saja dan melanjutkan kembali acara menyisir rambutnya, " mama ngomng dengerin gitt " ucap hana geram melihat tingkah anaknya.

" abis ini bantu mama masak " sambungnya.

Gita menatap mamanya jengah, masalahnya kalo disuruh bantuin masak pasti gita kebagian motong-motong sayur, potong cabai, kupas-kupas bawang, dan gita gak suka semua itu, apalagi kalo motongnya gak rapih dan hana melihat semakin merengut lah gita.

" itu motong tempenya kok kotak, harus lurus git persegi panjang " ucap hana.

" panjang-panjangan mama... dimakan ini gak ada yang nilai " cetus gita.

" ckk bisa gak si git lambat gitu motongnya, keburu suami berangkat kerja anaknya nangis ntar, perempuan tuh harus gesit biar nanti gak jadi omongan mertua " terang hana sambil mengambil alih pisau yang dipegang gita.

Gita yang merengut semakin jadi, begini memang kalo bantu-bantu mamanya rentetan komentar pasti ada seperti pemain bola saja, kerja ini di komentarin, ngerjain yang lain dikomentarin, dan gita malass akan hal itu.

" itu bibirnya gak usah manyun gitu, mama potong nih " ancam hana pada gita yang menatapnya kesal.

" ambilin kecap " perintah hana pada gita yang masih berdiri menatapnya.

Tuhh kan? Nyebelin?

Gita berdecak malas menatap mamanya jengah, " iyaaa maa " jawab gita dibuat-buat.

Hanya 30 menit masakan mereka jadi, orek tempe dan bandeng presto siap disantap ditemani combro dan kulit ayam goreng, gita menata piring dengan rapi di meja makan, lalu pergi kekamar memanggil papanya.

" papa.... sarapannn... " panggil gita.

Tak ada sahutan gita pun mencoba membuka pintu dan masuk, dilihatnya toni yang sedang melakukan video call dengan perempuan dan seorang lelaki yang entah siapa itu.

" pa.. makan " ucap gita pada toni yang menatap nya sebentar lalu kembali ke laptop nya tanpa menjawab.

Tanpa menunggu jawaban gita keluar, hal ini sudah biasa bagi gita papanya memang jarang melakukan komunikasi dengannya, mamanya hana? tentu saja wanita itu sangat menyayangi gita, tapi sifatnya yang keras dan suka marah-marah itu yang membuat gita tak suka dengan hana, sifatnya yang dominan memaksa dan mengatur segala hal tentang gita dari mulai tata krama, cara bicara, makan, fashion dan memilih lelaki sekalipun itu sudah mendarah daging, sekali tidak berkenaan dengan apa yang hana atur, cibiran pasti muncul serta perkataan yang sangat menyakitkan hati akan kentara sekali.

Suara dentingan sendok beradu, bahkan nyaris suara dentingan sendok saja tidak ada suara-suara manusia yang berbicara, gita menatap papanya yang sangat lahap sarapan.

" enak yaa paa? " tanya gita

" keasinan dikit tapi orek tempenya enak "

Gita tersenyum senang, diambilnya bandeng presto lagi ke piring papanya, " makan yang banyak yaa pa, ini yang masak gita loh " ucap gita.

Hana menatap putrinya sendu, terkadang ketika ia sedang asyik bermain dengan devan ia teringat masa kecil gita yang tak pernah ia jaga, sejak umur 6 bulan gita sudah lepas asi karena ia fokus membangun bisnisnya ditexas dan baru kembali setelah gita umur 8 tahun, saat gita umur 11 tahun dirinya kembali ketexas lagi usahanya hampir bangkrut karena ditipu dengan nominal yang tidak sedikit, hana baru kembali saat gita berumur 16 tahun.

Nenek miransihlah yang merewat gita ibu dari hana selama bertahun-tahun itu, meski sedikit terlunta-lunta karena gita harus bolak-balik kerumah papanya dan neneknya.

" papa berangkat " pamit toni mencium kening hana, sedangkan gita hanya salam saja.

Sudah dibilang gita itu terbiasa oleh sifat papanya ini yang tidak perduli padanya, dari sd, smp gita belum menyadari akan hal ini karena ia disibukkan oleh dunianya sendiri bermain, membaca novel, les menyanyi maupun berenang. Gita yang tadinya segan oleh papanya karena karakter toni yang galak dan agak temperamental ia urungkan untuk bercerita apapun yang telah ia alami, gita tuangkan perasaan-perasaan dan ceritanya itu di buku harian sejak memasuki sd kelas 5, bahkan mamanya pun tak tau bagaiman masa kecilnya dulu.

" gitaaa " panggil hana pada gita yang melamun.

" apa ma? " tanya gita.

" biar mama yang cuci piringnya, kamu berangkat jemput devan " perintah hana sambil membereskan piring.

Gita menatap mamanya heran, " loh ma.. Kan nanti devan diantar juan ma " ujar gita.

" mama bilang jemput ya jemput gita... " titah hana dengan nada bicara yang terlihat jengkel.

" iyaa maa... " ujar gita malas.

Baru saja gita akan menaiki tangga, " gitaa... Pake baju yang mama beli minggu lalu yaa "

Tuhh kan? Gita tidak bisa bebas.

" tapi maa, itu kan gaun lagipula gita cuman jemput devan aja " keluh gita malas memakai gaun berwarna merah yang dibelikan mamanya itu.

" mama gak mau dibantah... " ucap hana ketus.

Dan gita? Hanya menunduk saja menerima semua perintah itu.




Gita haninda suka cokelat🍫 suka lolypop 🍭  vote and comment .

Go To Smile Where stories live. Discover now