"Capek?" tanya Galih kepada sang istri.

"Iya sedikit, sakit kaki gw, gak biasa pake sepatu tinggi gini" balas Tasya.

"Lo sih tomboy" ucap Galih.

"Gw gak tomboy ya cuma selama hidup, gw gak punya alasan buat pake sepatu tinggi kaya gini" ucap Tasya.

Tanpa merespon Galih menuntun Tasya duduk kemudian pria itu melepas sepatu yang membuat kaki istrinya itu sakit.

"Gak usah, gw bisa lepas sendiri" ucap Tasya berusaha mencegah tindakan Galih.

"Gapapa, pelan-pelan kok ini lepasnya" balas galih.

"Bukan itu, malu di lihat orang kak, apalagi sama Dwi" ucap Tasya.

"Mereka tau kita baru nikah, dan gw gak peduli Dwi mikir apa" balas Galih.

"Gak bisa gitu dong, dia pacar kakak, dia sayang sama kakak" ucap Tasya.

Galih duduk di samping Tasya setelah melepas dan meletakkan sepatu tersebut di sisi pelaminan.

"Gw bilang gak peduli, toh dia juga yang bikin kita ada di posisi ini" ucap Galih.

"Jangan gitu dong, biar gimana dia temen gw" ucap Tasya.

"Gw lagi gak mau bahas dia, kita fokus aja sama apa yang lagi terjadi sekarang" ucap Galih.

"Kak" ucap Tasya pelan.

"Nurut sama suami bisa kan?" Tanya Galih.

Tasya terkejut mendengar hal itu keluar dari mulut Galih namun ia tetap menurut.

"Iya kak maaf" jawab Tasya pelan.

"Gak usah minta maaf" balas Galih, dirinya menunjukkan senyuman lebar pada Tasya.

"Kelihatan gak ikhlas senyuman nya" ucap Tasya.

"Emang salah mulu gw di mata lo mah dari dulu juga" ucap Galih.

"ya elahh baper pak?" tanya Tasya.

"Udah jangan ngomong mulu" balas Galih.

"Iya-iya maaf" ucap Tasya.

Mendengar itu Galih menatap Tasya seraya tersenyum kemudian mejitak kepala Tasya, dirinya merasa gemas.

"Aduh, belum sehari udah KDRT aja ih" ucap Tasya sembari mengelus bagian kepala yang di sentuh Galih.

"Pelan kali, gak mungkin sakit, drama banget lo" balas Galih.

"Kan gw yang ngerasa" ucap Tasya.

"Udah-udah, kenapa kita jadi debat begini?" tanya Galih.

"Kakak yang mulai duluan" jawab Tasya.

"Ya udah maaf" balas Galih.

Melihat itu Tasya tersenyum, Tasya menganggap laki-laki ini sangat lucu dan menggemaskan.

Galih yang melihat Tasya tersenyum pun merasa heran.

"Kenapa lo?" tanya Galih.

"Lucu aja" jawab Tasya.

"Siapa?" tanya Galih lagi.

"Kakak" jawab Tasya.

"Gw lagi gak ngelawak" ucap Galih.

"Iya tau" ucap Tasya.

Melihat sikap Tasya yang tak jelas membuat Galih tersenyum tipis.

"Gak jelas banget lo" ucap Galih.

"Emang" balas Tasya.

Dengan spontan Galih mencubit hidung Tasya dengan gemas.

"Seenggaknya lo gak ngebosenin buat jadi temen di rumah" ucap Galih.

"Males banget nemenin kakak" ucap Tasya.

"Oh awas ya, ini malem pertama kita, gak gw kasih ampun lo" ucap Galih mengancam.

"Pikiran kakak kemana nih?, Gak ya, gak ada malem pertama" ucap Tasya.

Galih hanya tertawa.

Sementara di sisi lain Dwi melihat interaksi Galih dan Tasya di atas pelaminan, mereka terlihat sangat akrab, bahkan Galih memperlakukan Tasya seperti ratu.

"Udahlah, lebih baik lupain Galih, dia udah jadi suami orang" ucap sang ibu tiba-tiba.

"Tapi mah mereka nikah karna mungkin aja Galih udah nyetuh Tasya secara paksa, dan aku gak mungkin biarin itu" ucap Dwi.

"Tindakan kamu udah bener terus kamu berharap apalagi sekarang?, kalo emang iya mereka ada hubungan terus Tasya hamil, setelah itu melahirkan, abis itu kamu minta mereka cerai gitu?" tanya sang bunda.

"Aku gak tau" jawab Dwi pelan.

"Dwi sadar, lihat Tasya, apa dia kelihatan tertekan?" tanya wanita tua tersebut sembari memperlihatkan kenyataan yang ada.

"Aku gak tau" jawab Dwi.

"Enggak Wi, dia kelihatan bahagia begitu juga Galih, tadi kamu lihat kan Galih memperlakukan Tasya istimewa di hadapan banyak orang" ucap sang mama.

Dwi diam.

"Menurut mama mereka emang bener ada hubungan lebih, jadi berhenti berharap dan lanjutin hidup kamu" ucap nya tegas.

Dwi masih diam sembari terus menatap pasangan pengantin baru tersebut.

between me, you and himWhere stories live. Discover now