18. Lagi dan Lagi

Start from the beginning
                                    

"Thanks, Sye," ujar Raskal dalam hatinya.

*****

"Maafin gue, ya, Ra?"

Azura mengembuskan napas lelah. Kalimat itu sudah terlontar sebanyak puluhan kali dari mulut Raskal. Sejak dalan perjalanan menuju rumahnya, cowok itu selalu mengucapkan kata-kata itu kepadanya.

"Tapi aku masih kesel sama kamu," balas Azura jujur. Kini, mereka berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Azura.

"Waktu itu gue bener-bener lepas kendali," balas Raskal dengan raut wajah menyesal.

"Iya, Raskal. Lain kali kamu nggak boleh gitu. Aku kan nggak salah apa-apa. Baby El juga nggak salah. Kamu nggak boleh nyalahin dia."

Raskal tersenyum masam. Ia bingung sendiri harus menjelaskan seperti apa kepada Azura. "Lo nggak tahu seberapa berartinya Ellen buat gue, Ra," jawabnya.

"Sebenernya kalian bertiga ada hubungan apa?" Kening Azura bergelombang bingung. Sampai sekarang, ia masih belum mengetahui seluk beluk masa lalu antara Samuel, Raskal, dan juga Ellen.

"Samuel sama sekali nggak ngasih tau lo?"

Azura menggelengkan kepalanya.

"Sebenernya lo itu siapanya dia?" tanya Raskal lagi.

"Pokoknya aku orang yang paling penting di hidupnya," balas Azura tanpa banyak pikir.

"Yakin?" Raskal menatap Azura dengan pandangan ragu. "Kalau lo termasuk orang yang penting di hidupnya, kenapa soal masa lalunya aja lo nggak tau?"

Azura dibuat tidak bisa berkata-kata lagi mendengar penuturan Raskal. Benar juga apa yang dikatakan cowok itu. Memang dasar dirinya saja yang terlalu percaya diri.

"Dengerin gue, Ra. Mau sekeras apa pun lo berjuang, Samuel masih terikat sama masa lalunya," ujar Raskal.

Azura diam tidak berkutik. Ternyata benar apa kata orang-orang. Jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya.

"Tapi ... seenggaknya aku berusaha buat bantuin dia keluar dari sana," cicit Azura dengan nada pelan.

"Mau sampai kapan?" tanya Raskal. "Sampai akhirnya lo nyerah sendiri?"

"Kok kamu ikut campur urusan orang? Kata mama aku dulu, itu termasuk hal yang nggak baik."

"Gue cuma mau ngingetin lo aja. Percaya nggak percaya, Samuel cuma bisa bikin lo sakit hati," final Raskal membuat lidah Azura terasa kelu untuk menjawabnya.

*****

"Gimana perasaan kamu sekarang?"

"Lumayan," balas Samuel tenang. Kedua matanya menatap seorang dokter wanita yang tengah merapikan barang-barangnya dari atas meja.

"Kamu masih belum bisa kontrol emosi sendiri?" tanya dokter yang bernama Hana itu.

"Kadang."

Dokter Hana tersenyum tipis mendengar itu. "Kalau kamu marah, sedih, ekspresikan aja dengan cara melukis."

"Udah. Tapi hasilnya cuma dikit," balas Samuel dengan helaan napas berat.

"Memang seperti itu. Pelan-pelan kamu pasti bisa. Udah dua tahun loh, nggak kasian sama orang tua kamu?"

Samuel terdiam. Pandangan cowok itu menatap kosong ke depan. Kalau ditanya kasihan atau tidak dengan orang tuanya, tentu jawabannya iya. Samuel juga tidak ingin terjebak dalam keadaan seperti ini.

"Capek," jawab Samuel.

"Jangan sampai kamu ngelakuin hal yang aneh-aneh. Kalau kamu berpikiran buruk, coba inget-inget perjuangan orang tua kamu yang udah besarin kamu sampai sekarang. Ayo dong, masa nyerah gitu aja?"

SAMUELWhere stories live. Discover now