"Ya tapi nggak perlu jam enam pagi juga, Gammario." Protes Azady lagi, ia kemudian menunjuk kearah langit yang masih berwarna biru gelap. "Tuh liat! Langit juga masih gelap."

"Gapapa, gue mau ganggu tidur lo aja." Gamma tersenyum geli. "Sekalian lo ngehirup udara pagi sih. Udah jarang juga kan lo keluar jam segini."

"Rese ah lo."

"Yaudah ayo berangkat, sebelum makin siang." Ajak Gamma masih tersenyum geli. Ia kemudian mendorong pelan pundak Azady menuju mobilnya.

"Eh-eh Gamma-" suara Azady cukup memekik begitu Gamma mendorongnya untuk segera masuk ke dalam mobilnya. "Gue belum mandi tau!"

"Iya udah sih emang kenapa?"

"Jelek, ntar malu juga kalo diliatin orang." Sahut Azady memprotes. "Lo nya rapih masa guenya gini?"

"Gini gimana? Cantik kan maksud lo?" Azady lantas memutar bola matanya kesal atas jawaban Gamma, jelas-jelas ia masih terlihat baru bangun tidur dan kucel.

"Ngeselin deh lo pagi-pagi."

Gamma terkekeh. "Gausah mandi, udah cantik."

"Ya, ya, ya. Terserah lo aja, dasar tukang gombal." Balas Azady malas sekaligus pasrah, mengikuti kemauan cowok yang sekarang malah terkekeh geli karenanya.

"I love you deh." Ujar Gamma sebelum  menuju kursi kemudi yang kini gantian membuat Azady mendengus geli. Anehnya, bahkan kini senyumnya malah mengembang begitu kata-kata tadi terputar kembali di otaknya.

Dasar Gammario, I love you, katanya?

•••••

"Hasil revisi maket lo kemarin jadinya gimana? Udah ada masukan balik?" Tanya Gamma seraya menyuap satu sendok bubur ayam ke mulutnya.

Azady yang sedang mengigit kerupuk itu menggeleng sebagai jawaban. "Hari selasa mungkin baru dikasih tau revisinya apa sama dosen. Semoga sih nggak ada revisi lagi." Jelasnya menambahi.

"Asik, akhirnya nggak sibuk banget nih?" Gamma bertanya lagi dengan nada riangnya. "Kemarin-kemarin gue dicuekin lo terus soalnya."

Azady mendengus geli. "Lo rese sih."

"Bukannya rese tapi kangen." Gamma membenarkan. "Tapi malah hampir ribut lagi."

Azady lantas meletakkan sendoknya begitu mendengar Gamma berujar demikian. Ia kemudian menatap cowok itu lekat. "Ya lagian gue lagi hectic lo minta ini itu, gue tuh kesel tau nggak?"

"Iya tau. Gue nggak pengertian banget ya?" Gamma membalas miris seraya melirik perempuan itu sekilas. Membuat Azady entah mengapa jadi merasa bersalah karena sudah berujar demikian. "Maaf ya, Dy."

"Apasih? Udah lewat juga." Balas Azady pada akhirnya berusaha tak mengambil pusing serta berusaha tak membuat suasana menjadi canggung.

Namun entah mengapa, kini pikirannya malah kembali pada malam itu. Malam ketika ia hampir kembali bertengkar dengan Gamma di telepon dan nama Alaska kembali tersebut.

Kalau dipikir-pikir, hingga kini Azady memang masih belum mengetahui alasan mengapa Alaska yang menjadi penyebab sikap perhatian berlebihan milik Gamma. Tak jarang, perempuan itu selalu ingin bertanya alasan dibaliknya namun selama ini semua pertanyaan itu selalu tertahan sampai di tenggorokannya saja.

Bahkan hari ini pun sampai keduanya sudah kembali masuk di mobil milik Gamma yang melaju pulang, pertanyaan itu masih tak keluar juga dari mulut Azady.

Namun setelah merenung cukup lama, akhirnya ia menoleh kearah Gamma sekilas. "Gam," panggil Azady pelan.

"Iya?"

Ruang JedaWhere stories live. Discover now