/tiga belas

391 51 10
                                    

Perempuan dengan jaket berwarna mint itu duduk dan bersandar disalah satu kursi di ruang kelasnya setelah menyerahkan beberapa lembar kertas gambaran hasil survei yang ia lakukan sebelumnya bersama Acha dan Fares.

Gadis itu, Azady, kini meraih ikat rambut berwarna hitam yang ada di pergelangan tangannya dan menguncir rambutnya menjadi satu ikatan serta membuka jaketnya karena gerah.

Acha pun melakukan hal yang sama, ia sudah terduduk tak berdaya disampingnya sementara Fares sudah berbaring di lantai karena kelelahan.

Mengelilingi kawasan amatannya untuk revisi mata kuliah Studio bukanlah hal yang mudah, ditambah cuaca panas siang hari benar-benar menguras energi mereka, sampai rasanya tak sanggup untuk berkata apa-apa lagi.

"Makasih ya Res, Dy, Cha, kalian istirahat dulu aja. Makan dulu kek, baru ntar lanjut nugas lagi." Ujar Karin, teman satu kelompoknya itu yang langsung diangguki Azady dengan santai.

"Santai aja Rin, gue istirahat dulu ya sebentar." Sahut Azady sambil mengacungkan jempolnya. Namun beberapa saat kemudian, netranya menangkap sosok yang dua hari terakhir ini selalu ia cari karena masalah yang menurutnya belum selesai.

Ia melihat Okky yang sedang berada diluar kelas Studionya sedang mengobrol dengan teman sejurusan Azady yang lain. Perempuan itu pun langsung bangkit dari posisinya dan melangkah menuju keluar ruang studionya yang langsung mengundang tanda tanya dari Acha, namun tidak diambil pusing olehnya.

Disisi lain, seolah sadar bahwa ada yang memperhatikannya, Okky pun lantas menoleh kearah Azady berdiri dan kemudian senyumnya mengembang. Ia kemudian terlihat meminta izin dari teman-temannya yang sedang bercakap itu sebelum menghampiri Azady dengan langkah ringannya.

"Hey, Azady." Sapanya riang disertai dengan senyuman ramahnya. Ia kemudian melirik ke balik punggung perempuan itu, tepat kearah teman sekelompoknya yang sedang menyusun maket dan kembali menatapnya lagi. "Lo juga lagi sibuk studio ya?"

Azady tak menjawab apapun namun hanya menatap Okky yang membuat cowok itu kebingungan. "Wanna say something? Kenapa ngeliatin gue doang deh?"

"Masalah kita belum clear, Ky." Jawab Azady membuka suara, yang membuat kedua alis Okky tertaut bingung.

"Gue ada masalah sama lo?"

"Bukan konteks yang kayak gitu." Jelas Azady sambil memutar bola matanya malas. "Maksudnya, gue belum ngegantiin uang lo yang waktu itu."

Mendengar itu, kini lagi-lagi Okky mendengus geli sekaligus tak percaya. Padahal menurutnya masalah ini sudah selesai tiga hari yang lalu, tapi kenapa Azady terus berusaha mengganti uangnya yang tak seberapa itu sih.

"I thought that's clear enough." Jawab Okky kepadanya. "Kan waktu itu gue udah bilang, anggap aja kita udah deket jadi lo nggak perlu ngegantiin uang gue. It's not a big deal Azady, cuma makan soto."

Azady malah berdecak. "Gue tetep nggak enak, Ky, dan kita belum deket."

Kini Azady mengeluarkan uang berwarna biru dari kantong celana jeansnya dan menyerahkannya kepada Okky. "Ini ambil aja, biar cepet beres masalahnya."

"Wow, wow," Ujar Okky sedikit heboh dan tanda penolakan setelah melihat Azady yang memaksakan agar uangnya itu diterima oleh dirinya. "Gue nggak bisa nerima uang lo, jadi ganti makan aja."

Azady lantas berhenti melakukan kegiatannya dan mendongak menatap Okky dengan raut wajah bingungnya. "Apa?"

"Makan aja. Lo ngegantiin uang gue dengan traktir makan aja." Putus Okky pada akhirnya. "Sebanding kan?"

"Kenapa lo nggak terima uang gue aja sih, biar cepet selesai."

"Kenapa, lo nggak mau?" Okky malah balik bertanya yang membuat perempuan itu berdecak dan menatapnya kesal. "Kalau nggak mau yaudah nggak usah digantiin uang gue nya."

Ruang JedaDär berättelser lever. Upptäck nu