38.Dasar pengingkar janji

Mulai dari awal
                                    

Sepanjang peninggalan Zergan terus membalas makian 'jomblo' dari Xaviera, tidak berkaca!

Pipi Rai yang tadi memenas sudah kembali seperti semula, ia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Xabiru. Ini bukan adegan yang harus bersedih, tidak.

"Kita jadikan pake kebaya dan jas di hari wisuda dengan warna yang selaras?" Rai menagih janji. Xabiru terkekeh sambil mengacak rambut Rai.

Ia meringis gemas sendiri. "Pasti dong Ra, vibesnya kaya orang nikah gitu ya, Ra? aduh sekalian aja Ra wisuda sama nikah, biar ikatan janji suci kita di lihat satu angkatan atau bahkan gue maunya di liat semesta. Biar nanti semesta kasih pesan ke mommy anaknya udah nggak bujangan."

Bibir Rai menahan senyum, ia mengangguk-ngangguk. "Ya, kenapa nggak?" tantang Rai, Xabiru lagi-lagi tertawa. Candaan Xabiru selalu mendapatkan respon paling keren dari Rai, mereka apapun topiknya pasti nyambung.

"Kelar operasi gue kayanya nggak cepet-cepet pulang, ada beberapa perawatan pasca operasi yang harus gue jalanin, lo tau itu kan, Ra?" Rai menjawab dengan dehemannya seraya mengangguk, paham. "Jadi sabar ya?"

"Dikasih apa kalau sabar?"

"Dikasih jantung mau?"

"Ih?!! kenapa nggak hati?"

"Ya kan hati mah udah punya Ra sebelum diminta juga."

Rai tertawa, pipinya sedikit tersipu. "Oke jantung? mayan lah buat jadi juragan seblak."

Jawaban Rai membuat Xabiru terkekeh geli. "Selesai ujian lo mau pulang ke Jakarta buat ngerayain anniv bokap nyokap lo, jadi?" dibalas anggukan oleh Rai. "Titip salam buat bunda." Rai mengangguk, senyum di bibirnya sedari tadi tidak pudar sedetikpun.

"Titip salam juga sama Ayah Anto."

Kepala Rai mengangguk lagi.

"Sama Abang lo juga."

"Iya, biru."

"Sama pak Jokowi juga."

Alis Rai mengeryit. "Mana bisa? beliau di istana biru, jauh. Nggak deket sama rumah Ra."

"Lho bukannya pak Jokowi sering ada di Monas?" Rai tertawa geli, menggeleng.

"Jauh."

"Nggak mau diusahain?" tantang Xabiru dengan wajah jenaka.

"Oke, nanti Rai usahain. Mau titip salam apa ke pak Jokowi?" mengikuti alur candaan Xabiru.

"Tolong sampein ke penduduknya yang ramah sama Rai, Rai kalau ngambek pelariannya ke Bandung," ujar Xabiru. Rai mengerutkan bibir sambil mengangguk, menahan senyum.

"Oke, apa lagi?"

"Sampein ke penduduknya jangan buang sampah sembarangan, nanti banjir. Gawat, Rai nggak bisa berenang," lanjut Xabiru. Rai menepuk sebal lengan Xabiru yang tertawa geli.

"Udah, apa lagi?"

"Bilang baik-baik ke pak Jokowi, terkhusus satu penduduknya ini jangan dicintai, itu biar di urus saya," katanya mengedipkan satu mata. "Saya Xabiru Amongraga, ya Ra?"

Badan Rai menegak, satu tangannya ia buat hormat, bersuara tegas. "SIAP KAPTEN!"

Sebagai penutupan terakhir, Rai memeluk erat tubuh Xabiru disusul oleh dua temannya dan terakhir Xabiru mencium pipi dan kening tiga keponakannya yang akan ia tinggal. Andai Syafira sehat pasti Sarah ikut.

"Bang jangan lupa cepat pulang, harus lihat nilai seratus kita!" kata angkasa ingat janji tempo itu.

"Kita ke dufan!" Langit bersemangat mengucapkan hal tersebut.

XABIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang