1#

21.5K 1.1K 84
                                    

Jalur mana nih?

Lapak Babyboy/Bigbaby. Kalian yg tidak menyukai gendre cowo manja bisa meninggalkan tempat ini, saya tidak akan memaksa demi kenyamanan kalian bila merasa jijik. Tapi jika kalian penasaran, silahkan di lanjut. Saya pastikan kalian akan di buat sedikit candu di cerita saya ini.

Bila ingin memberi kritik atau saran, silahkan. Sebarkan Komentar yg bijak di cerita ini, hitung hitung meninggalkan jejak. Untuk masalah Vote, saya serahkan kepada kalian (pembaca) untuk memberikan vote ataupun tidak karena itu hak kalian. Bila tidak memberi vote, saya juga tidak masalah. Terimakasih, sudah masuk cerita ini. Semoga kalian bertemu dengan Author lagi di akir cerita.

Selamat membaca.

***

"NGK MAU PI! ATHAN MAU IKUT PAPI AJA LAH!" Seru laki laki tampan yg masih duduk di bangku kls 2 SMP itu. Namanya Pangeran Athan Diningrath yg akrab di panggil Athan.

Sang papi menggeleng, "Enggak. Papi di sana bakalan lama, kamu juga ngk mau kan pindah sekolah?" Tanyanya pada Athan, Anak tengah itu menggeleng.

"T-tapi pi-"

"Ngk ada tapi tapian, nanti kamu sama abang kamu tinggal di rumahnya Om Bumi, Kalian ngk boleh nakal di sana, ingat itu. Awas aja kalau kalian bikin ulah pas papi ngk ada, terutama kamu jendral." Ia mentap tajam anak pertamanya yg sangat susah di atur.

Jendral Rajantara Diningrath, dengan tampang seperti boneka santet itu menganguk malas. Sang papi sebenarnya sudah sangat kesal melihat tampang anaknya itu, yg sialnya sangat tampan. Ia sendiri bingung dari mana sifat dan komuk Jendral menurun? Perasaan dia dan mendiang sang istri tipe yg periang, tidak seperti sang anak yg cuek cuek bangsyat.

Athan mendengus. "Ahh ngk asik, kalo gitu Yaya ngk boleh ikut pokoknya!"

Si bungsu yg tengah bermain Hp di pangkuan Jendral mendelik tak suka. "ih ih ih Yaya ndaa mwau yaaa, Yaya na au ikut papiii." Balas Princees Asya Diningrath, yg akrab di panggil Yaya.

"Iya Yaya nanti ikut papi ke Belanda. Abang abang Yaya biar di rumah." Papi Raja mengelus rambut putri kecilnya sayang.

"Kapan?"

Papi Raja menaikkan satu alisnya, bingung dengan apa yg di tanyakan Jendral. Melihat ekspresi bingung sang ayah Jendral mendengus.

"Kapan berangkatnya?" Ulangnya ogah ogahan.

"Besok pagi ter--"

"Oh"

Papi Rajantara sudah geram sendiri, namun ia tahan. Kalau saja Jendral bukan anaknya, sudah ia depak sedari dulu. Tapi sayang juga sih anak model Jendral ia buang, nanti keluarganya tidak elit lagi dong.

"Selama papi di luar negri, montor kamu papi sita." Ujar papi rajantara dengan smirknya, sembari bersedekap dada.

Jendral dengan wajah tanpa ekspresinya mendongak.

"Oke, bisa beli lagi." Balas Jendral tenang, ia kemudian beranjak membawa sang adik yg sudah terlelap di pangkuannya ke kamar.

Sedangkan sang ayah sudah menjatuhkan rahangnya. Niatnya mau menghukum Jendral dan memanas manasinya, sampai ia lupa kalau anak sulungnya itu juga kaya raya.

"Bodoh."

"Iya papi dari dulu emang bodoh, mau maunya mami sama papi. Untung papi kaya, kalau enggak mami ngak bakal mau nikah sama papi." Sahut Athan yg ikut beranjak.

[JENDRAL] Vakum.Where stories live. Discover now