"Nanti disana lo mau apa gw bayarin, asal mood lo balik dan ketemu Dwi lagi, kadang dia bahas lo pas lagi sama gw, dan gw rasa itu karena dia kangen sama lo" ucap Galih.

Tasya luluh, ia pun duduk di belakang Galih.

"Gitu dong" ucap Galih, usai itu Galih langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Sampai di pasar malam mereka berjalan-jalan mencari jajanan.

"Pilih aja, gw bayarin" ucap Galih.

"Gak mau apa-apa" jawab Tasya.

Tanpa menanggapi, Galih menarik lembut tangan Tasya menuju ke tukang es krim, Tasya tak menolak.

"Mas es coklat nya 2" ucap Galih.

"Iya mas" balas pria yang sudah cukup umur tersebut.

Beberapa detik es krim pun berada di tangan Galih.

"Ambil aja kembalian nya" ucap Galih sembari menyerahkan uang kertas berwarna hijau.

"Makasih, semoga mas sama mbak nya langgeng" ucap pedagang es tersebut.

Galih hanya tersenyum tipis mendengar nya.

"Dia bukan pacar saya" ucap Tasya tiba-tiba.

"Oh maaf gak tau" ucap nya tak enak hati.

"Gapapa" balas Galih, kemudian ia membawa Tasya pergi.




¥¥¥¥¥¥¥¥¥
"Yah hujan" ucap Galih saat mereka ingin pergi dari pasar malam tersebut.

"Neduh dulu aja" ucap Tasya.

Mereka pun segera menuju tempat teduh, mereka telah menunggu 15 menit namun hujan malah semakin besar.

"Rumah gw ada di deket sini sih sebenernya, gimana kalo lo ke rumah gw dulu aja" ucap Galih.

"Kalo lo mau pulang ya duluan aja, gw nunggu sini" ucap Tasya.

"Hujan yang kaya gini bakal lama Sya, udah deh nurut aja" ucap Galih.

"Gw gak ada salin kalo nerobos ujan" ucap Tasya.

"Gampang itu mah" balas Galih.

"Ya udah" ucap Tasya, lalu mereka pun pergi dari tempat tersebut.

5 menit kemudian Galih dan Tasya sudah sampai tujuan.

"Jadi ini rumah lo" ucap Tasya begitu sudah berada di teras.

"Gw tinggal sendiri disini, gw beli rumah ini dalam keadaan jadi, terus gw ubah atau nambahin beberapa aja" ucap Galih.

"Hasil kerja lo?" tanya Tasya.

"Iya lah jelas" ucap Galih.

"Mulai deh sombongnya" balas Tasya.

"Ayo masuk" ucap Galih, Tasya pun masuk, sementara Galih memasukkan motornya ke teras terlebih dahulu kemudian menyusul Tasya.

"Duh basah lagi" cicit Tasya saat sampai di ruang tamu.

"Ambil baju Dwi aja di kamar tamu" ucap Galih sembari menunjuk kamar yang di maksud.

Tasya terkejut.

"Dwi sering kesini?" tanya Tasya.

"Gak sering juga" jawab Galih.

"Beneran lo gak pernah macem-macem sama Dwi?" tanya Tasya lagi.

"Sedikit" jawab Galih.

"Galih" ucap Tasya lantang dan tak sopan sembari menatap pria itu tajam.

Galih tertawa kecil.

"Gw gak mungkin ngerusak cewek yang gw cinta kali" ucap Galih.

"Mungkin aja kalian hilaf" balas Tasya cepat.

"Segitunya gw di mata lo ya" ucap Galih.

"Pokoknya kalo sampe lo bikin Dwi gak perawan sebelum nikah, urusan lo sama gw" ucap Tasya tegas.

"Tenang aja, gw gak sebejat itu kok, gw masih tau batasan" balas Galih.

Tasya diam.

"Gih sana ganti baju, tar sakit terus gw yang di salahin" ucap Galih lagi.

"Gw mau pulang aja deh" ucap Tasya.

Perempuan itu pun langsung melangkah ke luar rumah.

"Astaga Tasya, mikir apa sih lo tentang gw" ucap Galih, pria itu segera mengejar dan menahan Tasya pergi.

"Lepas, gw mau pulang" ucap Tasya.

"Lo takut gw macem-macem sama lo?" tanya Galih.

Tasya diam.

"Tenang aja, lo bukan tipe gw" ucap Galih lagi dengan entengnya.

Mendengar itu Tasya langsung berbalik dan menatap Galih.

"Bangke banget sih ngomong nya" ucap Tasya.

"Ya udah mangkanya masuk, hujan masih deres" ucap Galih.

Tanpa merespon tasya kembali masuk rumah dan menuju kamar tamu, saat Tasya sudah masuk kamar Galih pun ikut masuk rumah.

"Cari aja bajunya di lemari, ada kerudung juga di situ kalo gak salah" teriak Galih dari luar kamar tamu.

Tasya tidak menanggapi, karena tak ada respon Galih pun masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kanan kamar tamu tersebut.

between me, you and himWhere stories live. Discover now