35.Kita pake kerja cerdas

ابدأ من البداية
                                    

GOSH! keajaiban tiba-tiba hadir.

Di belakang mereka seperti ada angin puting belium mendekat, debu berpusing-pusing menutupi tubuh orang di dalam yang melemparkan puluhan batu kerikil mengenai kepala para bedebah mesum itu.

"BANGSAT!" pekik mereka, mengumpat. Berbalik siap melawan penyerangan. Batu semakin gencar di lempar.

Tubuh Geisha di lepaskan begitu saja, mendekat ke arah seseorang yang area tubuhnya tertutup asap debu.

Mata Geisha memecing, debu perlahan memudar. Sebuah ketidak percayaan hinggap di benaknya, di depan sana terpampang jelas tubuh kecil Rai berdiri tegap. Tingginya bahkan hanya sebahu Geisha. Manik kobaran api mengkilat di bola mata bercahaya Rai, siap bertempur sampai titik darah penghabisan.

Lawan yang merupakan anak-anak gumilang merengsek maju, bengis. Membuat formasi  melingkar, menyudutkan tubuh Rai dari segala sisi.

Kalau Geisha saja yang menang besar di fisik kalah bagaimana Rai? rasa pesimis Geisha hanya berlangsung lima detik, hilang cepat saat Rai merauk pasir di plastik dan menaburkan ke wajah mereka. Hal itu membuat mereka yang tidak siap, kelilipan. Penglihatan buram. Mata perih. Sulit melawan.

Tangan Rai terus gesit menaburkan berulang-ulang pasir yang ia ambil di dekat pembangunan area ini. Menyeringai puas.

"RAI!" panggil Geisha menerobos masuk, berdiri di sebelah Rai, gerombolan di depan sibuk mengucek-ngucek mata.

"AYO BANTU TABUR!" balas Rai sambil memberikan satu kantung plastik. Ya, Rai memang membawa 4 plastik lebih.

Tanpa diperintah ulang Geisha ikut menabur, mereka semakin berteriak marah. "MEREKA BISA BUTA KALAU GINI, RA!" teriak Gesiha pada Rai di sebelahnya.

"LEBIH BAIK MEREKA YANG BUTA DARI PADA KITA YANG MATI!" jawab Rai tanpa menoleh.

Di kesempatan itu Rai siap memasang kuda-kuda. Memberikan pukulan beruntun, tanpa ampun terus bertubi-tubi berhasil kena, tidak melesat sedikitpun juga tidak di balas karena pandangan lawan buram total.

Gesit dibantu oleh Geisha, kompak membuat hidung lawan bercucuran darah segar. Ia sekilas melirik pada Rai yang lihay meninju bagian rahang, perut dan sekitar alat vital lawan. Mengambil balok kayu yang ia bawa, memukuli ke arah pipi lawan dengan tenaga ekstra. Kali ini Geisha akui Rai memang gadis sakti tiada tanding.

Satu persatu dari mereka mulai tumbang, terbanting. Pingsan, terkapar berserakan di lantai. Rai mengatur nafas, tangannya masih terkepal meninju sisa lawan yang mencoba bangkit.

"Kamu tau? kalau nggak kaya gini kita bakalan kalah telak, bukan karena kondrat kita lemah sebagai perempuan tapi karna lawan yang punya tenaga ribuan, lebih dari kita," ujar Rai tegas.

Geisha yang kembali memukul lawan menggunkan balok mengangguk, setuju.

"Mereka bisa aja kerja keras pake tenaga tapi kita yang harus menang pake cara kerja cerdas," sambung Rai membuat Geisha menghentikan aktivitasnya. Menatap Rai sambil menstabilkan nafas.

Dalam keadaan terdesak saja Rai bisa sepintar ini menentukan strategi, apa yang anak-anak Atalas bilang tentang Rai bukan gadis biasa di detik ini Geisha mengakui pernyataan itu.

"GESSS, AYO LARI!" tangannya Rai tarik untuk berlari. Menjauhi ingar-bingar keributan.

Baru setengah jalan langkah kaki keduanya serempak berhenti, menahan nafas sambil saling lirik. Kini di depan Rai pun Geisha ada  komplotan anak Gumilang lain, wajah mereka ganas karena separuh pasukannya tumbang. Bendera perang ronde ke dua mulai berkibar di depan mata.

XABIRU [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن