2.

2.8K 474 26
                                    

Kamala menghela napas panjang saat selesai memeriksa penampilannya untuk terakhir kali sebelum keluar dari kamar. Dia berniat akan sarapan di jalan menuju pantai Indrayanti tempat di mana dia sudah mengatur janji temu dengan client yang akan memakai jasanya untuk membuat baju pernikahan mereka.

Suara klakson mengagetkan Kamala saat dia baru saja membuka pintu rumah. Mobil Jeep berwarna hitam sudah terparkir manis dengan seorang laki-laki berkaca mata yang duduk di balik kursi kemudi. Ya ini di luar bayangannya, mobil Jeep itu terlalu mencolok dan tidak biasa.

Kamala memutuskan masuk ke dalam mobil lebih dulu sebelum menyuarakan keluhan, padahal laki-laki itu baru saja turun dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Selamat pagi Mba Lala."

Kamala mengerutkan keningnya heran. "Lala?"

"Kemala, nggak apa-apa, kan, kalau saya panggil Mba Kemala dengan Lala?"

"Nggak boleh."

"Kenapa nggak boleh?"

"Ya panggil saja saya Kamala."

"Kalau panggil sayang, boleh?"

"Mas jangan kurang ajar ya, saya bisa batalin pemesanan mobil ini kalau Mas kurang ajar sama saya."

Suara tawa laki-laki itu memenuhi mobil, suaranya serak dan dalam, tipe suara yang mudah mengintimidasi lawan bicara. Kamala sampai menggeser posisi duduknya sampai dia rasa cukup berjarak dengan laki-laki itu.

"Maaf, Mba. Saya cuma bercanda. Ternyata bener kata Gilang, Mba susah diajak bercanda."

"Oh ya, satu lagi, kenapa kamu bawa mobil Jeep? Saya, kan, minta mobil yang sederhana."

"Tapi Mba Kamala nggak bilang secara spesifik. Saya pikir Jeep ini cukup sederhana."

"Besok saya minta ganti ya. Saya nggak mau tau."

"Tapi yang tersedia cuma tinggal mobil ini, Mba."

"Ya saya nggak mau tau, saya minta ganti pokoknya."

"Pakai dokar aja gimana?"

"Mas, saya serius."

"Saya juga."

"Siapa nama Mas?"

"Prabu. Prabu Wijaya," ucap laki-laki itu dengan mimik muka yang lebih kalem.

"Prabu Wijaya?"

"Iya, kenapa? Mau manggil sayang juga boleh kalau Mba mau."

"Nggak, makasih."

Prabu tertawa lagi, suara tawanya membuat Kamala harus menutup telinga agar tidak kehilangan pendengarannya sendiri. Kalau melihat penampilan Prabu, laki-laki itu lebih mirip preman atau tukang bangunan dengan kulit sawo matang yang terbakar matahari. Tulang rahangnya tegas, hidungnya bangir dan ada bekas luka di atas alis kirinya.

Dari kejauhan Kamala tidak bisa melihat dengan jelas macam-macam tatto apa saja yang dimiliki Prabu di lengannya karena sebagian tertutupi lengan kemeja, yang jelas Prabu bukan tipe laki-laki yang akan didekati Kamala dengan kondisi mental yang sehat.

"Jadi kita mau ke mana?"

"Pantai Indrayanti."

"Mba mau ke pantai pakai kebaya?" tanya Prabu ragu-ragu.

"Ada yang salah sama penampilan saya?"

"Nggak, cuma aneh aja."

"Aneh?!" Kamala tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya yang kesal sekaligus bingung. "Anehnya di mana?"

Kamala (Sudah dinovelkan)On viuen les histories. Descobreix ara