34.Dari si pemberi luka

Start from the beginning
                                    

"Lo tau dari mana?"

"Hari itu gue ke ruangan daddy dan nggak sengaja nemu di laci foto aktivitas Xaviera yang lagi ngobrol sama temen-temennya, gue paham gess daddy kangen anak perempuannya yang dulu selalu dia jadiin putri kerajaan. Ditambah dulu juga awal-awal Xaviera jadi maba di Amsterdam anak itu pernah cerita ke gue, ruko deket apartemennya banyak cowok yang godain dia, bikin dia risih. Dia cerita sambil nangis-nangis ke gue karna takut, kumpulan cowok itu nyeremin----eh kebesokannya ruko itu di beli seseorang. Yaa siapa lagi kalau bukan daddy yang ngelakuin itu demi anak perempuannya ngerasa aman? Xaviera langsung ricuh bilang itu keajaiban Tuhan, ngaco deh pokonya. Dia gak pernah sadar dibelakangnya selalu ada anak buah daddy yang mantau," cerita Xabiru membuat Geisha menelan ludah. Alex meskipun bajingan masih memegang penuh rasa tanggung jawabnya sebagai ayah.

"Seyakin itu?" tanya Geisha, bisa saja itu benar keajaiban Tuhan.

Kepala Xabiru mengangguk mantap. "Prayoga yang bilang ke gue."

"Prayoga? oh bapak-bapak yang sering sebut lo tuan muda Xabiru itu?" alis Geisha naik turun menggoda. Wajah Xabiru langsung masam, beda dengan Geisha yang puas tertawa.

Menyenggol bahu Xabiru. "Bercanda tuan muda." Demi apapun muak sekali Xabiru dipanggil seperti itu.

Decakan terdengar. "Geli."

"Gue nggak bohong bokap lo emang keren dalam hal ngedidik, anak sekecil lo dulu udah dia tumbuhi rasa keberanian tingkat tinggi yang bikin lo sekarang jadi laki-laki gentleman, padahal ru gue mikirnya masa kecil anak-anak orang kaya gak jauh dari handphone, tab, komputer atau barang-barang teknologi mutakhir lainnya deh, ya elah katauan dah gue suka nonton sinetron?" kini Xabiru yang tertawa.

"Itu gess alasan gue mau kaya daddy dulu, saat kecil daddy tuh di mata gue bener-beber keren lah kaya super hero di Marvel, waktu terus berjalan sampai semuanya berubah. Sekarang, keren? gue harus mikir ribuan kali buat ngasih pujian itu ke daddy," kata diakhir terdengar lirih diucapkan. Geisha segera memberikan senyum penenang.

"Cukup kenang yang manis-manis aja, yang gak enak lelang di shope," guraunya. Xabiru terkekeh.

"Untuk beberapa saat tanggapan Xaviera sama gue daddy itu orang jahat karna ngebunuh mommy tapi kita gak pernah tau kalau itu bentuk rasa pelampiasannya yang nggak pernah bajingan di masa muda."

Apa yang Xabiru maksud? Geisha sungguhan tidak paham. Mimik wajah bingungnya membuat Xabiru melanjutkan ucapan. "Ya gitu gess, silsilah keluarga gue didikannya dari dulu keras. Termasuk daddy gue, grandpa ambisius dan nuntut banyak hal ke daddy. Selalu harus nomer satu dalam segala bidang, kalau nggak...."

"Kalau nggak?"

"Daddy bakalan dicambuk berulang kali, jadi mau gak mau gimanapun caranya dari kecil daddy harus jadi nomer satu. Hidupnya terikat aturan, segala hal harus dikuasai, grandpa nggak pernah ngerti perasaannya daddy, selalu bilang itu demi kebaikan. Masa mudanya, monoton. Duduk 8 jam buat baca buku-buku tebel tentang aspek menyangkut saham, dan sisanya buat tidur. Daddy gak pernah ngerasain masa muda seru-seruan kaya gue, nongkrong sana-sini, wara-wiri nggak jelas. Nafas aja kayanya pengap. Jadi saat grandpa lepas tanggung jawab daddy baru bisa jadi bajingan, nikmatin cewek sana-sini, mabok atau ngerokok sebanyaknya lah, udah nggak ada yang ngatur. Hal itu yang bikin gue ... oke gue ngalah, kalau dia mau cewek gue? ambil. Dia mau bebas tanpa punya anak beban kaya gue? gue minggat. Gue nggak semata-mata karna kasihan gess tapi itung-itung berusaha bikin daddy seneng buat dapetin apa yang gak pernah dia rasa dihidupnya," papar Xabiru membuat hati Geisha sedikit tersentuh.

Setelah semua sakit yang Alex beri Xabiru malah membalas dengan beribu kebaikan. "Tapi ru ... daddy lo nggak akan pernah anggap itu rasa sayang, dia malah anggap itu bentuk rasa benci lo."

XABIRU [END]Where stories live. Discover now