Chapter 11

51 8 1
                                    

Keesokan sorenya....

"Ayah... Aku kembali ke Bangkok sekarang ya." ucapku pada ayahku.

"Iya. Hati-hati di jalan. Bright jangan ngebut, perlahan-lahan saja yang penting selamat."

"Baik Paman, jangan khawatir. Aku akan mengantar N'Win sampai Bangkok dengan selamat." jawab P'Bright.

"Kalau begitu kami pergi dulu ya Poh." "Sawdhikrub..." Aku dan P'Bright memberikan wai pada ayahku.

"Swadeeja..."

Aku dan P'Bright pun masuk ke dalam mobil dan pergi menuju Bangkok.

Suasananya saat ini benar-benar sangat canggung. Kami tidak saling berbicara satu sama lain dari saat kami mulai pergi. Apakah aku harus berbicara padanya duluan?

"Apakah kau lapar?" Tiba-tiba dia bertanya padaku dan memecah keheningan.

"Hah... Apa?" jawabku bingung.

"Aku tanya, apakah kau lapar?" Tumben sekali dia perhatian kali ini.

"Sedikit. Tapi tidak apa-apa, aku bisa menahannya." jawabku.

"Hei tidak boleh. Kau akan sakit nanti jika kau tidak makan..." Benar bukan. Dia sangat perhatian sekali kali ini. Tapi aku merasa sedikit senang jika ada orang lain yang mengkhawatirkanku selain keluargaku sendiri.

"Bagaimana jika kita pergi makan?" tanya P'Bright lagi.

"Tidak usah Phi. Aku hanya sedikit lapar saja. Aku masih bisa menahannya sampai asrama nanti." balasku.

"Tidak boleh! Kau harus makan! Aku akan berhenti nanti dan mencari tempat makan." ucapnya memaksa.

"Baiklah Phi, jika kau memaksa." jawabku pelan.

Dia mengemudikan mobilnya dan berhenti di depan restoran yang mewah.

"Kita makan di sini?" Tanyaku sambil takjub melihat ke arah restoran itu.

"Iya. Ayo turun." ujar P'Bright.

"Aku tidak mau Phi. Restoran ini sangat mewah, pasti semua harga makanannya sangat mahal." sambungku.

"Heii tidak apa-apa. Aku yang akan membayar semua makanannya nanti, tidak usah khawatir." Ujarnya lagi.

"Sebab hal itulah yang aku khawatirkan Phi. Oke jika kau memaksaku untuk makan, baiklah aku akan makan. Tapi jika tempatnya seperti ini? Tidak terima kasih banyak. Aku lebih suka makan di warung makan pinggir jalan saja." Balasku.

"Memang apa salahnya makan di restoran mewah? Rasa dan kebersihannya pasti sudah terjamin di sini. Ayo kita masuk." P'Bright semakin meyakinkanku untuk tetap makan di restoran itu.

"Tidak terimakasih. Jika kau ingin makan di sini, masuklah. Aku akan turun dan mencari makan sendiri di warung makan. Setelah selesai aku akan kembali lagi ke mobil Phi." Setelah aku melepaskan sabuk pengaman dan ingin membuka pintu, tiba-tiba P'Bright langsung menahanku.

"Tunggu! Oke baiklah kalau begitu. Kita makan di warung makan pinggir jalan saja."

"Oke."

P'Bright pun kembali mengemudikan mobilnya lagi, tapi dengan ekspresi wajah yang bete.

"Aku tidak memaksamu sama sekali untuk ikut denganku Phi. Jika kau masih ingin makan di restoran mewah itu, aku tidak ada masalah sama sekali." ucapku pelan.

"Aku tidak apa-apa. Santai saja." Jawabnya ketus.

"Benarkah? Tapi ekspresi wajahmu ini tidak mengatakan kalau kau tidak apa-apa." ucapku lagi ramah.

PILLARS ENGINEERINGWhere stories live. Discover now