01:B.The Eccentric, Cage of Amaryllis

26 8 7
                                    

Amaryllis.

Nama yang sudah sering terdengar di masyarakat, sekalipun kancah internasional. Entah itu di bidang politik, sosial maupun ekonomi; termasuk salah satu anggota dewan perdamaian dunia —yang disebut <Overseer>, dan juga kepala keluarga besar Amaryllis saat ini, Amaryllis Nova Reiner. Keluarga Amaryllis kenyataannya telah memegang banyak kendali atas pergerakan di berbagai belahan dunia.

. . . Semuanya berawal sejak keruntuhan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) akibat konflik internal, serta perang berkepanjangan di Amerika Latin, Asia Utara serta sebagian besar wilayah Timur Tengah yang membawa banyak efek buruk secara global.

Akibatnya, perekonomian dunia anjlok menuju jurang, kelaparan menyebar bak wabah Black Death di tahun 1820; dan adapun kemerosotan nilai hidup manusia dimana hukum rimba diterapkan secara nyata di wilayah terdampak perang yang memperburuk keadaan hingga berakhir pada turunnya populasi dunia sebanyak 33.87%.

Dalam keadaan yang suram itu, negara-negara yang menolak perang mulai membentuk gerakan non-blok untuk kedua kalinya dalam sejarah manusia.

—Sementara di Asia Tenggara, sebelas negara yang ikut dalam ASEAN membentuk gagasan baru dalam kerjasama multilateral. Awal dari berdirinya sebuah sistem regional benua yang menjadi negara raksasa Asia Tenggara, Republic of Asean.

Terbentuknya Republic of Asean sendiri tidak lepas dari sosok-sosok berpengaruh. Total delapan ratus enam belas orang dari sebelas negara ikut serta dalam rapat yang berlangsung enam bulan lamanya. Termasuk seorang sosok utama dibalik gagasan tersebut, Amaryllis Skarlet.

"Lalu, dengan berdirinya Republic of Asean, negara-negara lain mulai ikut membentuk tatanan baru mereka masing-masing. Yang pada akhirnya, dari total seratus sembilan puluh tiga negara, terbentuk dua puluh persatuan. Dengan begitu, negara-negara yang tengah berperang akhirnya harus menghentikan konflik dalam perundingan <Eden> berkat paksaan dari seluruh pihak."

"Bagus, duduklah." kata guru sejarah didepan kelas, yang mengangguk dengan puas.

Linnea yang kembali duduk akhirnya mengampil napas pendek. Tanpa ada yang mengetahui, pikirannya tengah dipenuhi rasa jenuh dibalik wajahnya yang terlihat datar.

Sejarah memang menarik untuknya, tapi, sejarah tentang reformasi negara-negara dunia sudah berkali-kali dia baca, dan berkat itu otaknya sudah menghapal semuanya seperti sebuah buku berjalan. Itupun juga karena sejarah keluarga Amaryllis diteruskan turun-temurun. . .

. . . Beruntung, Linnea berlatih untuk tidak pernah mempedulikan keadaan sekitarnya, terutama saat ini.

Meski hanya suara-suara kecil, selalu ada orang yang yang kurang menyukainya, dan mereka saat ini memberikan cibiran secara sembunyi-sembunyi pada gadis itu. Namun lagipula, cukup normal bagi seseorang untuk tidak menyukai beberapa hal. Bahkan orang paling baik di dunia 'pun akan mendapatkan sesuatu yang mirip, bagaimana orang sepertinya bisa luput?

. . . Sementara itu, Alice yang mengetahui keadaan memilih diam dan menutup telinga; sebab ia mengerti tidak ada gunanya memberitahu Linnea tentang itu.

Sekolah tidak berlangsung lama setelahnya. Begitu bel terakhir menggema, Linnea segera keluar kelas lebih awal dan bergegas menuju ruang ekstra kulikuler.

"Haa. . ." menghela napas pelan, Linnea membuka pintu. Seperti biasa, tidak ada orang lain sebelum dirinya yang datang ke ruangan itu. Ia pun segera duduk dengan wajah yang terlihat lelah.

Ada rasa cambur aduk dihatinya mengenai hubungan darah yang ia miliki dengan orang besar seperti Amaryllis Skarlet. Ia sering mendengar orang berbisik-bisik <Anak Amaryllis> saat ia lewat atau sekedar nampak didepan publik.

Terris Story : Someone/ThemWhere stories live. Discover now