ExtraPart VI

660 18 0
                                    

Hari demi hari berjalan begitu cepat. Sebulan lebih setelah kejadian Rega di hotel lalu, kehidupan mereka berjalan bahagia. Tapi jangan heran jika Reta lebih sensitif lagi. Pasalnya ia benar benar begitu sayang dengan suaminya. Tepatnya tak ingin kembali merasakan sakitnya di hianati.

Untuk sekertaris baru Rega pun sang istri meminta bukan lagi perempuan melainkan laki laki. Itupun didukung penuh oleh Sarena. Wanita yang seudah menginjak usia hampir enam puluh itu masih tampak cantik dan sehat. Beliau menindak tegas Rega. Bahkan beliau yang menyeleksi sekertaris baru Rega. Ia tak mau kejadian lalu terulang. Sungguh itu sangat menyakitkan.

"Mas...istirahat dulu.. Makan malam dulu gih.. Tadi bilangnya sejam lagi, kenapa dua jam lebih nggak juga berhenti buat makan dulu. Aku sampe ketiduran di kamar Revan. Nanti kamu sakit loh." Reta mengomel sambil memasuki ruang kerja Rega. Sudah seminggu Rega membawa pulang semua pekerjaannya. Ia menjadi suami siap siaga sekarang. Pasalnya lahiran Reta tinggal menunggu hitungan hari.

"Bentar lagi selese kok..nanggung yang.." jawab Rega tanpa melepas pandangan matanya dari laptop di depannya.

"Dari tadi gitu terus." ucap Reta menggerutu. Di tanggapi senyuman oleh Rega.

"Mau makan tapi suapin ya? Ya?!! Di sini... " rayu Rega yang sudah menatap istrinya.

"Mmmm.. Kumat manjanya.."

"Hahaha..."

Meski dengan menggerutu tapi Reta beranjak ke dapur buat mengambil makan malam untuk Rega. Lemgkap dengan air putih dan susu jahe untuk suaminya.

"Yok makan dulu.." seru Reta setelah masuk. Wanita itu meletakkan nampan di nakas sebelah meja kerja suaminya. Di ambilnya piring berisi makanan dan mulai menyuapkan ke suaminya.

"Enak sayang.. Ini pake resep baru?" Rega mengomentari masakan baru buatan Reta.

"Iya.. Tapi tadi buatnya sama mama sama bi Asih sih."

"Emm.. Hayusnya emang gito.. Kamu jangan cape cape." Rega menjawab dengan makanan penu di mulutnya.

"Ih apaan sih mas.. Di telen dulu jangan sambil ngomong!"

Rega mengangguk sambil terkekeh. Ia tau Reta sangat perhatian padanya. Ia juga ingin sebelum bayi mereka lahir mereka lebih dekat. Karena perasaan bahagia di diri seorang ibu hamil akan memperlancar saat melahirkan nanti.
Sebisa mungkin Rega selalu ada buat Reta. Setiap malam ia rela tidur kurang karena harus memberi posisi nyaman buat Reta saat kehamilannya menginjak bulan ke sembilan. Kadang ia memijit kaki Reta sampai wanita itu tertidur.

Pun juga Reta. Ia selalu mencurahkan sayangnya kepada Rega. Wanita itu selalu memperhatikan apa yang masuk di tubuh suaminya dan saat lelah mendera Reta dengan sigap menyiapkan minuman hanyat dan memijit pundak suaminya.

Seminggu ini mereka bercengkrama semakin menambah suasana hangat di rumah ini. Dari pagi Rega sudah berperan untuk Revan. Mengantar ke sekolah. Menjemput. Hingga mengajak bermain. Semua tak luput dari Reta dan Sarena.

***

Pagi ini setelah mandi Reta menghampiri Rega yang ada di teras belakang. Sarena pergi ke rumah teman arisannya setelah menganyar Revan sekolah.

"Mas.. Kok rumah sepi."

"Mama ke rumah tante Deva. Kamu butuh sesuatu?" ucao Rega yang langsung berdiri dan mendudukan Reta di kursi yang ia tempati tadi.

"Aku pengen beli anggur ijo mas.. Mau di bikin salad buah.. Boleh ya??"

"Boleh dong.. Mau pergi sekarang?"

"Ok.. Aku ambil cardigan dulu."ucap Reta berdiri kemudian menuju kamar mengambil cardigan.

Rega mengambil kunci mobil. Suara bel rumah terdengar. Rega menuju pintu dan membukanya. Ia sedikit kaget yang datang Surya. Tapi yang bikin kaget lagi ada seseorang yang tak ia sukai di samping Surya. Sarah.

Reta_Rega  || End ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang