Nyanyian Dari Hati

255 14 0
                                    

Pov Reta

Aku masih membeku di pelukan Rega. Lelaki itu masih menangis. Dia memelukku sangan erat. Sungguh aku meruntuki otakku yang tiba-tiba tak bisa berfikir jernih. Baru sekali ini aku lihat Rega menangis. Lelaki yang biasanya terlihat tegas, berwibawa, pembawaan dingin, bagaimana bisa menangis seperti ini.

Aku mengurai pelukan saat ada orang mau masuk ke toilet.

"Udah Ga.. Ada orang." ucapku pelan sambil mengurai pelukannya.

"kamu ikut aku." balasnya seraya menarik pergelangan tanganku dan menggengganya erat.

Aku hanya mengikutinya. Tapi sampai di parkiran mobil dia membukakan pintu mobil aku bersuara,

"mau ke mana?"

"udah ikut aja."cuap Rega seraya mendorong badanku ke dalam mobil tapi tanganku menahan diatas cap mobil.

"enggak ngomong dulu mau ke mana? " aku mulai menaikan suaraku.

"kita jalan-jalan."

"enggak. Ini udah malem. Lagian pasti mas Adnan sama Surya udah nunggu. Aku tadi bilang mau ke toilet." ucapku sambil menjauh dari pintu mobil.

"ok. Aku telpon Adnan. Biar dia nggak nyariin kamu. Aku mau ngobrol sama kamu." Rega berkata dan menahan bahuku.

"kalo mau ngonrol kenapa nggak di sini aja. Di sini juga bisa." potongku cepat.

"enggak. Aku mau nyari makan sekalian. Aku seharian belom makan."

"Ya udah sii.. Makan di kafe sana kan bisa."aku menunjuk kafe dekat vila.

"enggak. Aku nggak mau ya nanti Surya ikutan lagi." ucap Rega sambil menggerutu bibirnya. Kulihat dia merogoh ponsel di celananya kemudian menempelkan ponselnya di telinga.
Dia masih menggemaskan saat sedang cemburu. Haaah apa cemburu?  Sadar Reta. Kalian udah selesai ya. Aku memfokuskan lagi otak dan tubuhku yang sedikit canggung.

"Reta sama aku. Aku mau ngomong dulu sama dia....enggak Nan...sumpah enggak... Nan aku mohon.. Adnan percaya sama aku.... Reta mau aku nggak maksa..... Cuma sebentar adnan,ak....."

Ku lihat Rega sedang gusar menelpon mas Adnan. Sepertinya mas Adnan nggak ngijinin. Akhirnya aku bersuara.

"sini biar aku yang ngomong. " Rega memberikan ponselnya padaku. Akhirnya aku ijin sama mas Adnan dan di ijinkan setelah perdebatan sedikit alot. Tapi tidak di bolehkan jauh. Dalam artian kita di ijinkan bertemu tapi tak boleh untuk keluar area resort dan vila. Mengingat aku pertama di Bali.

Dan di sinilah kita,duduk di pinggir pantai berdua. Jika tadi aku dan Surya di sisi depan vila, maka sekarang aku di sisi kanan vila dan kafe.

"Re.. Aku beneran mau minta maaf. "
Rega membuka suara.

"aku sudah memaafkanmu."balasku tanpa menoleh dan tetap menatap lurus ke arah lautan.

"belum.. Kamu belum memaafkan.. Nyatanya kamu gak mau lagi menatapku."

Aku masih menatap kedepan,tak berniat menatapnya.Sampai sentuhan tangannya yang menarik tanganku, membuatku menoleh ke arahnya.

"Re.. Aku nggak bermaksud menyakitimu.. Aku bingung harus bagaimana.. Jujur Re.. Aku sakit kamu jauhin gini.. Tapi aku juga nggak bisa menghindar jika Becca datang padaku.. Pengorbanannya terlalu besar untukku Re.." ucapnya sambil terus mengusap pelan punggung tanganku. Aku hanya menatapnya datar.

"apa aku salah jika aku mempertanggung jawabkan kewajiban aku dalam menjaga Becca? Dia sudah berkorban Re.. Bahkan aku harus kehilangan calon anakku yang aku sendiri belum ketahui.. Apa aku terlalu egois jika saat ini akupun ingin membahagiakan dia..."imbuh Rega dengan nada pelan menatapku lekat.
Aku hanya melongo tak percaya dia membahas seperti ini. Bukankah dia sudah kubebaskan dari hubungan. Dia sudah jelas memilih bersama Rebecca terus apa tujuan perbincangan ini?  Aku menarik tanganku secara kasar. Menatap Rega lekat dan sedikit menyondongkan tubuhku lebih dekt dengannya.

Reta_Rega  || End ||Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz