3. Dia Yang Berpaling

2 1 0
                                    

Suara tawa kecil keluar dari bibir seorang cewek yang dengan tanpa peduli sekitarnya dilihat banyak orang.

"Ih, gemoy banget deh pacar aku." ujar cewek itu dengan tanpa malu menyuapi cowok diseberangnya padahal mereka sedang ditempat umum.

"Tapi tetap aja kamu yang lebih gemoy dari siapapun bagi aku." balas sang cowok tak kalah membuat banyak orang menatap kearah meja mereka.

"Kamu ih, gombal. Jadi makin sayang tauu.." ucap si cewek dilanjut dengan cekikikan kecil kaluar dari bibir pinknya.

"Vika. Tadi malam di mimpi, aku liat kamu pakai baju putih panjang-"

"Iiiih.. Jangan dilanjutin! Kamu bilang aku pakai baju putih? Panjang? Kamu pikir aku hantu apa? Kamu jahat ya mimpiin kaya gitu!" sela Vika sang cewek memasang wajah yang berkerut pertanda sedang merajuk.

"Eh-eh. Gak gitu sayang. Jangan ngambek." ujar Fano berjalan mendekat kearah ceweknya itu untuk menenangkan. Baru saja mereka balikan hari ini setelah putus hari lalu. Dan sekarang malah ingin cekcok lagi.

"Terus apa?" tanya Vika membuang muka kesamping.

"Aku belum selesai ngomong. Maksud aku tadi, aku mimpiin kamu pakai gaun pengantin putih panjaaaaaangg banget. Sampai aku gak mau bangun saking candu liat cantiknya kamu." bujuk Fano mendongak keatas karena cowok itu berlulut untuk menatap wajah ceweknya yang menghadap samping.

"Serius?" ujar Vika merasa luluh dengan Penjelasan Fano.

"Iya sayang. Masa aku bohong." balas Fano disusul rasa leganya karena dapat membujuk Vika lagi.

Cewek itu tersenyum seketika lalu mendadak ceria lagi. Melupakan kejadian beberapa menit lalu seperti amnesia.

"Eh, kamu ngapain dibawah sayang. Duduk sini, aku suapin lagi baksonya masih banyak." ujar Vika menuntun Fano berdiri.

Seisi kantin dibuat melongo karena sikap keduanya. Setiap kekantin berdua pasti tidak keluar dari kata bucin dan norak. Rasanya seperti sangat ingin melempar mangkok bakso saja saking muak melihat keduanya.

"Itu bukannya teman lo yang kemarin?" tanya Galen pada Aro. Keduanya tengah duduk dimeja bulat yang tersedia dikantin.

Aro mengangguk membenarkan ucapan Galen. Menatap sekilas kearah Vika sahabatnya yang juga jadi sorotan banyak penghuni kantin. "Lo tau dimana?" tanya Aro.

"Waktu itu gue liat lo makan bareng dia dikantin." jawab Galen jujur, ia melihat Aro dan Vika makan dikantin berdua saat hari pertama sekolahnya. "Dan, itu pacarnya?"

"Iya. Mereka pacaran kalau dihitung udah 2 tahun. Cuman selalu putus nyambung."

"Maksud lo?"

"Yah, hari ini pacaran, dua hari putus. Abis itu pacaran lagi. Gak sempat lama putus lagi. Gitu aja terus." jelas Aro pada Galen.

Keduanya sedari tadi mengobrol sambil memakan bakso masing masing. Topik yang dibicarakan juga selalu cocok, membuat canggung mulai memudar diganti dengan keroyalan juga nyaman satu sama lain.

"Ro. Lo mau tau satu hal gak?"

"Apa tuh?" tanya Aro pada Galen. Cowok itu meminum es marimas ditangannya lalu melanjutkan bicara.

"Dari sekian umur gue, dari semenjak gue terlahir ke dunia, lo temen pertama gue yang berjenis kelamin cewek." ujar Galen dengan santainya sedangkan Aro tersedak kuah bakso saking kagetnya.

"Hasshh.. Panas, tenggorokan gue. Ohek." ucapnya dengan tangan mengipas kecil kearah wajah. Tersedak kuah bakso pedas, yang hampir masuk hidung, itu adalah hal terHott saat makan bakso. Apalagi kalau kuahnya masih panas.

A Untuk LWhere stories live. Discover now