4. Mae di 9 tahun lalu

1 1 0
                                    

Arloji coklat milik Aro sudah menunjukkan pukul 17.23. Cewek dengan rambut coklat sebahu yang dikuncir kebelakang itu sekarang tengah duduk di Rooftop gedung berlantai 15. Bukan duduk dikursi, namun cewek itu duduk tepat pada pembatas gedung menghadap arah langit senja sambil menjuntaikan kakinya kebawah.

Sehabis kejadian istirahat tadi, Aro langsung pergi kegedung ini dan berakhir sampai senja. Tidak ada niat sedikitpin terbesit dipikirannya untuk pergi atau pulang.

Bagi sebagian orang, rumah bukan tempat untuk pulang. Melainkan hanya tempat numpang tidur. Dan seperti itu juga Aro. Rumah bukan tempatnya berbagi keluh kesah.

Rooftop gedung ini lah tempat Aro biasa merenungi masalahnya, banyak hal yang ia lakukan disini. Setiap hatinya ingin berbagi duka, Aro lebih memilih duduk dipembatas gedung dan berbicara membagi keluh kesahnya pada yang maha kuasa.

Langit senja terasa menenagkan dari sini. Membuat Aro tersenyum kecil melihatnya dengan rambut yang beterbangan ditiup angin senja.

Ponselnya sedari tadi bergetar, entah notifikasi atau telfon. Namun Aro tidak menghiraukannya. Cewek itu bahkah menaruh ponselnya jauh dari tempat ia duduk bersama tasnya.

Aro selalu menyembunyikan air matanya didepan orang lain. Tapi sesungguhnya ia benar benar menangis jika sendirian.

Papa sayang:

Papa lagi di luar kota, apa benar kata Ibu Sarah kamu gak pulang lagi!

Ibu Sarah:

Pulang atau sama sekali tidak usah!

Gaharu:

Ro! Lo dimana? Jangan bilang lo kabur lagi? Gue tau lo banyak masalah. Tapi lebih baik lo pulang. Jangan gini.

Dan banyak lagi..

"ARO!" cewek itu lantaran langsung membalikkan badannya setelah mendengar seseorang memanggilnya. Suara itu tidak asing ditelinganya.

"Anak sapi! Ngapain dia disini?" gumam Aro. Cewek itu lalu berdiri hendak berpaling. Menghadap Galen yang berdiri didepan pintu menuju Rooftop.

"RO! LO? LO JANGAN NGADA NGADA YAH!" teriak Galen histeris. Siapa juga yang tidak seperti itu saat melihat seorang gadis tengah berdiri pada pembatas gedung berlantai 15.

"APA SIH. GAK JELAS LO!" Aro membalas juga dengan berteriak karena jarak mereka cukup jauh.

Galen mendekati Aro dengan pelan seakan Aro akan kabur jika ia dekati.

"Ro! Lo tenang! Inget Mama papa lo, inget saudara lo, inget Vika. Lo pikir ini bakal nyelesaiin masalah?"

"Lo beneran gila apa gimana?" Aro ingin melompat ke lantai rooftop namun dicegah Galen seakan dia akan lompat kebawah dari lantai 15 itu saja.

"Biar gue gila. Tapi jangan gini Ro! Jangan bunuh diri!"

"Hah? Bunuh diri? Gila aja! Gue gak mau masuk neraka kali, bunuh diri ini dosa. Yang ada bukannya selesain masalah malah makin disiksa gue sama malaikat."

"Jadi lo ngapain disana?"

"Cuman duduk aja." Aro tidak jadi turun dan kembali duduk seperti tadi. "Emangnya kenapa juga gue harus bunuh diri."

A Untuk LWo Geschichten leben. Entdecke jetzt