9. Mereka yang sama-sama terluka.

120 67 0
                                    

"jie pulang!" Seru Jie dari balik pintu, lantas Bunda dan  semua saudaranya yang sedang berkumpul diruang keluarga langsung menyambutnya.


"Jie, Bunda kangen," bunda Raina langsung memeluk Jie, lalu mencium lembut keningnya.

Jie terkekeh mendengarnya. "Jie juga kangen sama Bunda," ucapnya.

"Sama kita-kita nggak kangen nih?" tanya Haikal.

"Kangen sama abang semua, sama teteh juga, Jie kangen suasana rumah, suasana hutan menakutkan," ucap Jie, lantas semuanya terdiam, di dalam benak mereka masing-masing sangat mengkhawatirkan kondisi Jie.

Mahen merangkul Jie. "Tapi akhirnya kamu bisa lewatin ini semua, abang bangga banget sama Jie, sebagai apresiasi karena Jie udah selesai dengan MOS nya gimana besok Minggu kita jalan-jalan?" ucap Mahen.

"Aaaa, mau banget!! Ayo bang kita jalan-jalan, kita ke mall!" Seru Rain.

"Idih, ke mall mah bukan jalan-jalan tapi namanya shopping," ucap Naren.

Rain terkekeh. "Iya itu maksudnya, sekalian shopping," ucap Rain. Naren menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah adiknya itu.

"Mending ke perpustakaan nasional aja, baca-baca buku, buat nambah pengetahuan," ucap Jeno memberi saran, lantas semua saudaranya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Jeno yang menjadi pusat perhatian menjadi bingung sendiri. "Kenapa?" tanyanya.

"Lo yang bener aja, kita mau jalan-jalan buat refreshing, lo malah ajakin ke perpustakaan, malah nambah stres!" ucap Haikal sedikit ngegas.

"Eh, maaf-maaf," ucap Jeno, terkekeh kecil.

"Mending biar Jie aja yang nentuin, kan ini apresiasi buat Jie," ucap Rendy, yang sudah lelah dengan perdebatan saudara-saudaranya.

Lantas semua mata tertuju kepada Jie, membiarkan laki-laki itu menyuarakan keinginannya.

Jie menundukkan kepalanya. "Aku pengen kita semua jengukin ayah, aku kangen ayah," ucapnya.

Ucapan Jie tepat menusuk ulu hati mereka. Mereka semua menundukkan kepalanya, hening tak ada yang berbicara, rasa sesak  menggerogoti hati mereka.

"Jie kangen sama ayah ya?" ucap Bunda, air mata sang Bunda sudah menetes, tak kuasa menahan tangis.

"Bun, Chale juga kangen ayah! Hati Chale benar-benar sesak. Chale, Chale pengen nangis," ucap Chale, bahkan laki-laki yang tak pernah menunjukkan rasa sedihnya kini sudah menangis.

"Chale sini sayang, bunda peluk," ucap Bunda Raina tersenyum hangat. Chale pun dengan bahagia menyambut pelukan Raina.

"Rain juga kangen ayah," ucap Rain, gadis itu juga memeluk Bundanya.

Mahen, Rendy, Jeno, Haikal dan Naren, berusaha sekuat tenaga mereka untuk tidak menangis, mereka tidak boleh cengeng, karena mereka adalah Abang dari tiga adiknya yang masih kecil dimata mereka.

Bunda Raina tersenyum melihat kelima anaknya yang hanya terdiam menahan tangis. "Mahen, Ren, Jeno, Haikal, Nana, sini bunda peluk," ucapnya begitu lembut.

Semesta Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang