"Belum tentu itu sikap aslinya, bisa jadi dia hanya menjaga gambaran dirinya sebagai putra tunggal dari Perdana Menteri," balas Hui Yan.

"Xiaojie, kurasa kau terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu," ucapnya sembari mengambil sisir pun mengubah posisi Hui Yan dari membelakangi menjadi berhadap-hadapan dengan cermin perunggu yang ada, menyisir rambut panjang sepinggang nan kehitaman nona mudanya ini dengan begitulah lembut seolah sehelai rambut saja tidak akan dibiarkan rontok.

"Ini benar Hui Yan, bagaimana bisa aku masuk dalam tubuhnya? Tidak ... bukan itu yang terpenting saat ini, melainkan apa ini aku atau Hui Yan sebenarnya?"

Namun, siapa memangnya yang peduli akan kesulitan pikiran Xue Jing, lagian tidak ada yang tahu pula jikalau dalam tubuh Hui Yan telah didiami sosok orang lain, bukan? Yang mana Xue Jing sendiri tidak bisa bergerak ataupun berbicara sekehendaknya, dan hanya bisa mengikuti apa yang saat ini sedang terjadi.

Lantas bagaimana dengan He Ting sendiri? Apa mungkin ikut mengalami hal serupa? Tapi apa dan siapa identitasnya dalam dunia ini masihlah belum diketahui, jikalau ingin mencari maka harus dimulai dari mana? Dan bagaimana pula caranya untuk mencari tahu? Kecuali, untuk saat ini atau waktu ini, entah itu Hui Yan atau Ji Yu sendiri memanglah telah saling mengenal. Maka kemungkinan besar, mereka akan bertemu kembali, bukan?

Setidaknya kuberharap begitu. Setidaknya.

Namun, akankah apa yang diharapkan Xue Jing ini terjadi? Di kala harapan kadang suka tidak sejalan dengan kenyataan. Akan tetapi, jika dipikirkan kembali, apa segala kejadian aneh yang dialami ini bisa dikatakan nyata? Sudah cukup gila akan mimpi yang dialami rupanya hanya suatu cara untuk menyampaikan pesan, lantas sekarang apa? Menjadi penonton langsung di dalam tubuh mereka yang terlibat?

Bahkan kini, di sisi lain yang belum diketahui tepatnya di mana, dan apakah masih dalam area cakupan kediaman Hui Yan. Tampak seseorang terlihat begitulah nyaman dalam tidur seakan tidak memiliki beban ataupun masalah, bersenderkan kepala dan juga punggung pada kandang kuda yang sibuk makan. Suara ringkik kuda saja tidak cukup mampu membangunkannya, tapi seruan seorang pria yang mendekat kini tampak mulai mengusik biar kata sedikit saja.

"Bangunlah, apa yang kau lakukan di sini? Kau ingin dimarahi?" ocehnya sembari berusaha menyadarkan lagi, tapi yang berusaha dibangunkannya ini malah begitulah kebal terhadap segala jenis cara yang digunakan. "Ji Yu!" teriaknya kemudian, barulah mendapati seseorang yang bernama Ji Yu ini mulai membukakan sepasang mata terpejam. Pun kemudian pandangan lesulah yang dilemparkan, mendapati pria yang membangunkannya ini berkecak pinggang seraya menarik bangun.

"Barusan, apa pria ini memanggilku Ji Yu?"

"Chiang Man, sudah berapa lama aku tertidur?"

"Apa sekarang aku mendiami tubuh Ji Yu?"

"Mana aku tahu, saat datang kau sudah tertidur lelap. Ehh ... hari ini, Da Lin Shaoye akan datang menemui Hui Yan Xiaojie. Kau ... baik-baik saja?"

"Hui Yan? Apa ini dunia masa lalu Hui Yan dan Ji Yu berada? Apa itu berarti mereka memanggilku kemari untuk menyaksikan kehidupan mereka?"

"Apa yang bisa kulakukan, diriku hanyalah seorang yatim piatu yang terlahir dari kelas rendahan. Menjadi pelayan di rumahnya saja sudah merupakan berkah bagiku, menyukai apalagi mengharapkannya ... adalah dosa besar."

"Jika benar, itu berarti Xue Jing berkemungkinan besar ada dalam tubuh Hui Yan, tapi kami tidak bisa berkomunikasi langsung. Lantas bagaimana caranya agar bisa saling mengetahui keberadaan satu sama lain?"

"Kau jelas bukan pelayan biasa, bisa dibilang kau adalah teman dekat Hui Yan Xiaojie."

"Teman saja itu cukup untukku. Sekarang kami sudah berusia 18 tahun, usia yang cocok pula untuk dirinya menikah, dan aku sendiri sudah membayangkan hal ini akan terjadi padanya cepat atau lambat. Itu wajar ... wajar."

Akan tetapi, Ji Yu sendiri terlihat tidaklah begitu rela apalagi perasaan yang dirasakan saat ini, begitulah teramat kacau. Jadi apanya yang wajar? Jelas saja ucapan dan keinginan tidaklah sama. Namun, tidak bisa pula menyalahkan dirinya, karena ia memang ditakdirkan untuk lahir dari jenis kasta yang berbeda jauh di zaman yang masihlah sangat menjunjung perbedaan kelas sosial ini.

"Xue Jing, kuharap kau baik-baik saja dan jangan merasa takut. Bertingkah saja layaknya penonton dan hanya mengikuti kisah ini akan membawa ke mana."

"Berharap saja di kehidupan berikutnya kau akan terlahir sederajat dengannya. Jadi, meskipun aku tahu ucapan ini akan terdengar kejam padamu, tapi sebagai teman hanya ini yang bisa kukatakan," ucap Chiang Man, mendesah sebelum akhirnya menepuk pundak Ji Yu. "Lupakan kehidupan ini dan tunggulah kehidupan berikutnya untuk bersama, takdir harusnya tidak akan begitulah kejam padamu yang baik ini."

Yang mana Ji Yu menjauhkan tangan temannya ini, tersenyum sembari mengangguk-angguk sampai akhirnya terdengar sudah seruan seseorang memanggil mereka, memberitahukan jikalau Tuan Muda Da Lin telah tiba dengan membawa begitu banyak barang. "Cepatlah! Bantu mengangkut barang-barang itu dan jangan hanya tahu bersantai-santai saja!"

"Ji Yu memanglah pelayan rumah Hui Yan, bahkan teman dekat. Menarik, kisah mereka tampaknya akan mengalahkan kisah romansa zaman modern. Hanya saja bukankah ini sangat mudah ditebak? Akhir kisah mereka, seperti misalnya ... yang terjadi di jurang? Tidakkah itu akhirnya?

***

Catatan :
Xiaojie berarti Nona Muda (menunjukkan si pemanggil berada dari kelas sosial rendah).

Shaoye berarti Tuan Muda (menunjukkan si pemanggil berada dari kelas sosial rendah).

The Village : Secrets Of Past Life (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant