Dengan anggukan kecil Hazel merespon ucapan Elang. "aku udah selesai makan, tolong antarin piring kotornya ke dapur ya, Kak," pinta Hazel.

"Letak situ dulu, entar gue simpan. Sekarang lagi malas buat ke dapur," sahut Elang seraya menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Lo pernah punya gebetan nggak?" tanya Elang sangat random. Tidak tahu kenapa tiba-tiba dia menanyakan hal itu pada Hazel.

"Pernah dong tapi aku sukanya secara diam-diam soalnya nggak berani buat ungkapin perasaanku ke dia, malu. Dan Kak Elang tau? Aku memendam rasa suka itu sampai dua tahun lebih," ungkap Hazel. Apa ada yang sama seperti Hazel juga?

"Masih ada rasa suka sampai sekarang?" Elang mengangkat satu alisnya seraya menunggu jawaban Hazel.

Dengan cepat Hazel menggelengkan kepalanya. "Udah nggak soalnya setelah lulus SMA, aku nggak pernah cari tau tentang dia lagi. Setahu aku disitu dia baru jadian sama temen ceweknya makanya aku langsung sadar dan milih mundur."

"Ganteng mana sama gue?"

"Lebih ganteng Kak Elang lah," jawab Hazel cepat.

"Oh." Elang merespon biasa saja. Ekspresinya memang terlihat datar tapi tidak dengan isi hatinya yang sudah berdebar-debar.

"Kalau Kak Elang gimana? Punya gebetan atau mantan nggak?" sekarang Hazel yang bertanya balik pada cowok itu.

"Gue punya tiga mantan. Satu pas SMP, terus SMA dan terakhir waktu kuliah. Tiga-tiganya putus pas udah mau kelulusan," ucap Elang.

"Woah, bisa barengan gitu putusnya? Emang putus karena apa?"

"Yang SMP gue lupa tapi yang SMA karena orang tuanya strict parents banget. Kita pacarannya baru jalan tiga bulan dan itu pun diam-diam. Meski udah berusaha rahasiakan hubungan kami, ya tetap ketahuan juga sama orang tuanya dan berakhir tuh cewek dipaksa buat putusin gue," ujar Elang. Kala itu memang lucu sekali, apalagi mantannya itu pernah keluar diam-diam dari rumah di malam hari supaya bisa bertemu dirinya. Tapi sejujurnya disitu Elang belum memiliki rasa suka pada gadis tersebut, mereka berpacaran karena gadis itu yang menembak Elang. Jadi ketika mereka putus, Elang tidak merasa sedih atau galau sedikit pun.

Hazel memperhatikan wajah Elang yang sedang mesem-mesem tak jelas . Sepertinya Elang tengah mengingat mantannya yang di SMA. Huh, Hazel jadi kesal.

"Kak Elang gamon ya?" tebak Hazel.

"Nggak lah lagian buat apa gue gamonin dia? Masa lalu ya masa lalu, nggak perlu diingat-ingat, nggak penting juga," cicit Elang merubah posisi duduknya menjadi duduk tegap.

"Tapi tadi Kak Elang senyam-senyum pas nyeritain mantan yang di SMA, tuh," ucap Hazel memberikan tatapan curiga pada Elang.

"Perasaan lo aja kali," kata Elang terlihat santai. "Gue nyimpan ini dulu." Elang membawa keluar piring kotor milik Hazel. Sebenarnya dia sedang menghindari kelanjutan dari pembahasan ini. Elang tidak mau ada keributan perihal membahas mantan atau masa lalu dari keduanya.

***

Kedatangan kedua sahabatnya membuat Hazel terhibur karena seharian ini hanya di rumah saja.

"Gue sampai mau cabut dari kelas waktu dengar kabar lo kecelakaan, Zel," ucap Carissa.

"Tapi nggak jadi cabut, kan?" tanya Hazel.

"Nggak soalnya tadi itu jadwalnya si dosen killer! Ngelihat gue mau berdiri aja, dia langsung nunjukin wajah garangnya," ujar Carissa memperagakan ekspresi si dosen killer. Hazel memang baru sekarang memberitahukan berita dirinya kecelakaan pada keduanya.

Kak Elang: ELAZEL Where stories live. Discover now