10. Ego

3 2 0
                                    

This is where I know, humans must have patience in the midst of their burning ego

*


Tidak ada yang tahu jelas kapan kematian akan datang. Rasa bahagia dan sedih tak akan berlangsung lama, keduanya pudar dalam alur yang sama.

Di abad modernisasi manusia, musik dianggap menyenangkan, menenangkan, dan menemani keseharian manusia. Tapi tahukah kamu? Sejarah The Golden Terre mengatakan bahwa di Abad ke-10 musik dianggap sebagai ambang kematian. Dari tahun ke tahun, kematian marak terjadi ketika sebuah musik dinaungkan oleh musisi berkelas yang ternyata adalah seorang assassin.

Harfith Empire sedang terluka, penjahat, pembunuh, mulai berkeliaran di mana-mana. Sebagian besar dari warga Harfith Empire selalu mengurung diri di rumah karena tak tahan mengingat lagu-lagu kematian. Juga para pembunuh yang menyamar menjadi seorang musisi, baginya, suara ketakutan dan tangisan mereka adalah lagu penenang.

Pagi hari di dalam rumah Sklanter, semua wanita telah mengetahuinya. Safara lebih tahu seluk beluk kota tanpa nama daripada suaminya sendiri. Safara melarang keras para tamunya agar jangan mendatangi pagelaran musik itu.

"Tapi musisinya baik, Safara. Kau tidak boleh berprasangka buruk seperti itu."

"Terserah kau saja karena kau tidak tahu apa-apa!" Safara merasa kesal, tidak tahu lagi dengan suaminya ini. "Kau mau aku jadi janda? Kau mau dirimu dibunuh bersama mereka? Tidak! Jangan tergoda oleh iringan musik mereka."

Vrisla tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia mendapati Leecra yang terdiam, kedua tangan dilipat di atas dada dengan pandangan yang menunduk ke bawah—seolah-olah tengah memikirkan sesuatu.

"Kalau begitu... kita saja yang datang ke sana." ucap Marshanda. "Tapi kita tetap bawa senjata."

"Leecra, bagaimana pendapatmu?" lalu Vrisla bertanya kepada pria yang sedari tadi termenung.

Yang ditanya malah diam membeku. Vrisla tidak tahu apa yang ada di pikiran Leecra sekarang.

"Carlish... menurutmu bagaimana?" tak tahan melihat kediaman Leecra, akhirnya Vrisla bertanya kepada pemimpin Harfith Empire yang sedang duduk di atas tikar sembari memeluk kedua lututnya.

"Kakak Safara benar. Kita tidak boleh ke sana. Kota ini sangat asing bagiku, apa lagi kalian."

Mereka semua menghela napas mendengar pernyataan Carlish. Terutama Safara yang berusaha untuk meyakinkan semua.

"Terserah. Jika kalian ingin pergi, pergi saja."

Akhirnya Leecra bersuara setelah beberapa saat kediamannya. Lalu dia menatap bergantian keempat remaja dari masa depan itu.

"Leecra! Kau sudah gila, ya?!" Safara memberontak. "Kau—"

"Jika ada yang berusaha melukainya, mereka bisa melindungi satu sama lain. Aku yakin itu."

Vrisla, Marshanda, Prisha, dan Zastev saling bertukar pandang satu sama lain.

"Untuk Carlish, Cleyra, dan Rastie, kalian di sini saja. Berbahaya untuk kalian pergi ke sana."

Kemudian Leecra menghela, menundukkan pandangannya ke bawah. "Jika nanti kalian ada di acara musik itu, jaga ucapan kalian. Berkata baik atau diamlah."

Vrisla yakin kalau Leecra selalu memiliki keputusan yang tepat. Leecra juga sangat yakin kalau keempat remaja itu bisa saling menjaga dan melindungi satu sama lain.

Tapi yang membuat Vrisla ragu adalah... kenapa Leecra bisa seyakin ini kepadanya dan juga rekan-rekannya?

Bukankah setiap saat Leecra selalu menjaganya bahkan saat keempat remaja itu tidur? Tapi kenapa Leecra sekarang melepaskannya begitu saja?

N-S (North to South) [completed]Where stories live. Discover now