18. Pesta Kemenangan

29 4 0
                                    


Leya dan lainnya sudah berada di parkiran menunggu bus mereka datang. Seperti janji pak Rafi, mereka akan merayakan kemenangan terlebih dahulu sebelum kembali ke sekolah. Pak Raffi akan mentraktir mereka makan di sebuah restoran.

Setelah bus datang satu per satu dari mereka memasuki bus. Alfin dengan hati-hati menuntun Leya untuk naik dan duduk di bangku yang sama seperti sebelum saat keberangkatan tadi.

"Makasih," ujar Leya. Alfin tetap diam.

Leya membuka kaca jendela bus membuat angin masuk dengan sepoi-sepoi. Gadis itu mengurut kakinya perlahan.

"Masih sakit," tanya Alfin.

"Hmm, lumayan. Kek nya terkilir deh," jawab Leya.

"Gue periksa."

"Haa." Leya tidak dapat menahan keterkejutannya saat Alfin menarik kakinya ke atas pangkuan pria itu.

"Lo mau ngapain," tanya Leya panik.

"Gue cuma mau periksa kaki lo doang," jawab Alfin santai.

Alfin mengurut kaki Leya dengan lembut, ia tidak peduli dengan Leya yang terus menatapnya sedari tadi.
Leya meringis saat Alfin tidak sengaja menekan kakinya sedikit kuat.

"Pelan-pelan," ujar Leya menahan sakit.

"Kenapa lo bisa kenal Baron," tanya Alfin mencoba mengalihkan rasa sakit gadis itu dengan berbincang.

"Bukan pertemuan yang bagus. Waktu itu kita gak sengaja ketemu di bar," jawab Leya.

"Lo pergi ke bar?"

"Um, kita gak minum kok, cuma pergi nongkring biasa doang," jelas Leya agar Alfin tak salah paham.

"Jangan pergi ke tempat itu lagi."

"Kenapa?" tanya Leya balik.

"Banyak cowok berengsek di sana. Meskipun lo gak minum, jangan pernah nginjakin kaki lo ke sana lagi."

"Lo khawatir sama gue?"

Alfin menatap Leya lama, begitupun sebaliknya. Leya ikut larut dalam tatapan Alfin yang membuatnya terpesona.

"Ya, gue khawatir lo gak bisa nahan rasa  sakit ini."

"Maksud lo," tanya Leya tak mengerti.

"Tahan."

"Apa nya yang di- akhh."

Leya menjerit kesakitan saat Alfin menarik kakinya dan menimbulkan suara retakan.

"Kok lo gak bilang-bilang sih, sakit tau," rengek Leya kesal.

"Gue udah bilang tahan," jawab Alfin tidak peduli. Pria itu menurunkan kaki Leya dari pangkuannya.

"Mana gue tau kalo tahan yang lo maksud itu sakit di kaki gue."

"Coba gerakin kaki lo."

Meskipun masih kesal, Leya tetap menuruti perkataan Alfin untuk menggerakkan kakinya. Dan ajaibnya, Leya tak lagi merasa sakit pada pergelangan kakinya yang terkilir itu.

"Wahh, hebat," puji Leya kagum.

"Biasa aja," sahut Alfin.

"Kaki gue gak sakit lagi."

"Jadi, lo sengaja ngajakin gue ngomong supaya perhatian gue taralihkan dari pengobatan lo," ujar Leya.

"Gue bukan dokter, jadi gak ada yang namanya pengobatan," sahut Alfin.

"Ya deh terserah lo aja. Ngomong-ngomong makasih ya."

"Hmm."

Bus yang mereka tumpangi akhirnya sampai pada restoran yang di janjikan oleh pak Rafi. Satu per satu anak basket turun dengan semangat untuk menyantap hidangan geratis.

Rumor LeyaWhere stories live. Discover now