33. Skandal

27 3 0
                                    

"Leya!" panggil Angga.

"Angga. Ada apa?" tanya Leya, ia melihat pria itu sedikit gelisah.

"Lo dipanggil kepala sekolah tuh," jawab Angga.

"Kepala sekolah! Lo serius?" tanya Mira.

"Lo ada bikin masalah apa sampai kepala sekolah manggil, biasanya juga cuma berurusan sama guru-guru doang," tanya Didi juga sama bingungnya.

"Gue gak tau. Lagian gue udah gak bikin masalah lagi kok," jawab Leya cemas.

"Emang kenapa Ngga?" tanya Leya.

"Gue juga gak tau pasti, yang jelas kayaknya serius banget. Semua guru juga udah ngumpul di ruang kepala sekolah," jawab Angga membuat semua orang terkejut.

"Ada apa sih, gue jadi takut," ujar Leya.

"Kita liat aja dulu. Gue temanin," sahut Alfin mencoba menenangkan gadis itu.

"Kita juga," sambung Mira.

Mereka bergegas menuju ruang kepala sekolah. Leya berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya meskipun ia punya firasat buruk akan hal ini. Dengan gugup, Leya mengetuk pintu ruang kepala sekolah setelah diyakini oleh Alfin dan teman-temannya.

"Permisi Pak. Bapak manggil saya," ucap Leya saat masuk. Leya dapat melihat tatapan guru-gurunya yang tidak senang membuat Leya merasa tidak nyaman.

"Kalian kenapa juga kemari?" tanya Kepala sekolah saat melihat Alfin dan lainnya.

"Kita cuma nemani Leya pak,'' jawab Alfin.

"Apa dia perlu ditemani, sudah sebesar ini juga," sahut bu Ranti.

"Tidak apa-apa, mungkin kita bisa bertanya sesuatu pada mereka nanti," balas kepala sekolah.

"Ngomong-ngomong ada apa ya Pak?" tanya Leya.

"Sebelumnya kami telah menemukan adanya kasus pencurian soal ujian. Kami sengaja menyembunyikan masalah ini dari siswa-siswa untuk mencegah terjadinya keributan disaat ujian berlangsung. Dan kami juga telah mendapatkan beberapa bukti yang menunjukkan si pelaku tersebut," jelas kepala sekolah.

"Jadi maksud Bapak memanggil saya ke sini karena," Leya tidak melanjutkan ucapannya dan menunggu kepastian dari kepala sekolah.

"Apa kau mengenal barang ini?" tanya kepala sekolah memberikan sebuah benda.

"Ini-" Leya mengambil sebuah gantungan kunci miliknya yang merupakan pemberian Alfin.

"Kenapa bisa di sini?" tanya Alfin yang juga penasaran.

"Gue juga gak tau, gue sendiri bahkan gak sadar kalo kehilangan ini," jawab Leya.

"Jadi kamu mengakui kalo ini memang milikmu," sahut Kepala sekolah.

"Ini memang milik saya tapi bukan berarti saya mencuri soal ujian itu Pak," sanggah Leya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?" Kepala sekolah tersebut menunjukkan sebuah vidio di laptopnya yang merupakan hasil rekaman CCTV. Baik Leya maupun Alfin sama-sama merasa tidak asing dengan seseorang yang berada di sana

"Dari postur hingga gaya, semuanya mengarah padamu. Juga jaket yang dipakai orang itu juga merupakan jaket yang sering kamu pakai saat di sekolah. Benar bukan? Jika kamu masih penasaran, kami juga menemukan ini dalam loker mu."

Leya benar-benar tidak menyangka jika orang yang berada di rekaman tersebut sangat mirip dengannya, juga bagaimana bisa gantungan kuncinya bisa sampai ke dalam kantor guru beserta lembar soal yang ada di lokernya. Leya memang tidak menggunakan lokernya selama ujian dan Leya tidak mengetahui mengapa soal tersebut ada di sana.

"Pak Wijaya memang sudah mengatakan kepada saya bahwa kelak kamu akan mengurus yayasan sekolah ini. Jadi kemungkinan besar untuk mencuri soal ujian ini memang kamu karena kamu ingin membuktikan bahwa kamu sanggup mengurus yayasan ini. Juga, kami sudah melihat hasil ujian mu. Bagaimana bisa seorang siswa yang selalu membuat masalah dan mendapatkan nilai rendah bisa mendapatkan nilai tinggi saat ujian." Kepala sekolah memberikan beberapa lembar jawaban Leya yang sudah dikoreksi .

"Tapi Pak, Leya mendapatkan nilai itu karena hasil usahanya selama ini. Saya sendiri yang membimbing Leya saat belajar," bela Alfin.

"Apa menurutmu belajar dalam waktu sesingkat ini bisa membuat seorang Leya mendapatkan nilai tinggi selain telah mendapatkan jawabannya terlebih dahulu. Jika itu kamu, bapak percaya karena kamu memang siswa berprestasi," balas Kepala sekolah.

"Pak. Mungkin ada kesalahpahaman di sini, saya benar-benar tidak mencuri soal dan saya mengisi jawaban saya dengan murni," sanggah Leya.

"Lalu bisa jelaskan mengapa barang kamu ada di sana dan mengapa orang yang ada di rekaman sangat mirip dengan kamu." Leya hanya bisa terdiam tidak bisa menjawab. Ia sendiri bingung bagaimana bisa semuanya terjadi.

"Saya-" Dan lagi Leya hanya bisa terdiam.

"Saya sudah merundingkan ini dengan orang tuamu beserta pak Wijaya. Setelah pertemuan kami nanti, kami akan membahas hukuman untukmu. Mengingat, ini adalah pelanggaran besar yang sudah kamu lakukan." Leya terkejut saat mendengar itu, ia tidak tahu kemungkinan apa yang akan menimpanya nanti.

"Leya lo-" Alfin ragu untuk melanjutkan ucapannya. Meskipun ia ingin membela, namun terbesit sedikit keraguan dalam dirinya terhadap kekasihnya itu.

"Kenapa. Lo juga gak percaya sama gue," ujar Leya merasa kecewa. Leya hanya bisa tertunduk tidak mengerti keadaannya sekarang. Tidak ada yang mempercayainya, semua tuduhan mengarah padanya dan Leya tidak tahu harus bagaimana. Leya keluar dari ruangan tersebut dengan segala emosi yang bercampur. Secepat mungkin ia berlari meninggalkan mereka meskipun Alfin dan lainnya ikut mengejarnya.

"Leya! Leya tunggu dulu!" Alfin menarik tangan Leya untuk mencegahnya pergi lebih jauh.

"Lepasin!" bentak Leya.

"Leya lo tenang dulu, kita bicarakan baik-baik, ya," bujuk Alfin.

"Apa lagi yang mau dibicarakan. Semua orang nuduh gue dan gak ada yang percaya termasuk lo. Kenapa? Apa karena gue seorang Leya yang selalu membuat masalah makanya gak ada satupun yang percaya sama gue!"

"Leya, lo dengerin dulu. Gue bukannya gak percaya, tapi-"

"Tapi apa! Karena semua bukti emang menunjukkan kalo itu gue," potong Leya.

"Benar. Semua bukti mengarah ke lo, dan gue sempat ragu kalo emang lo yang ngelakuin semua itu. Tapi gue tau, lo gak akan melakukan sesuatu yang curang untuk mendapatkan yang lo inginkan. Kalaupun lo nyuri soal itu, lo gak akan sekeras itu saat belajar dengan gue. Dan gue bisa liat kalo lo sungguh-sungguh," sahut Alfin.

"Gue harus gimana, mereka gak akan dengerin perkataan kita," lirih Leya.

"Kita akan bantu," sahut Didi, begitu juga dengan Mira.

"Caranya?" tanya Leya.

"Dari yang gue amati tadi, kayaknya pelaku sengaja ngelakuin semua ini untuk menjebak lo. Karena kalaupun emang lo yang nyuri, lo gak akan seceroboh itu buat nunjukin kalo lo pelakunya," jawab Didi.

"Tapi kenapa harus Leya?" tanya Mira tidak mengerti.

"Kemungkinannya sangat banyak. Secara, Leya kan banyak yang tidak suka," balas Didi.

"Didi benar, kita akan bantuin lo kalo lo gak bersalah," sahut Alfin.

"Terus apa yang harus kita lakuin?" tanya Leya

"Pertama kita harus nge-yakini kepala sekolah kalo kita bakal buktiin lo gak bersalah. Selanjutnya, kita harus tenangin pikiran masing-masing dan mencerna semua kejadian ini. Teruma Leya," ujar Alfin.

Sorry pendek

Selamat membaca ....

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang