Chapter 14

39 7 0
                                    

"Haisst... Bisa-bisanya mereka tidak menyisakan sedikitpun daging untukku." Dini hari Chae Rin sibuk mengobrak abrik kulkas di dapur. Mencari-cari makanan yang tersisa dari pesta semalam. Karena terlalu gengsi dia melewatkannya dan tidak jadi makan malam.

"Kamu lapar?" Suara berat laki-laki yang bangun dari tidur terdengar dibelakang punggung Chae Rin.

Gadis itu mendengus.

"Tadi aku menyisihkan daging untukmu." Min Hyuk meraih gagang pintu kulkas, melihat ketempat dia menyisihkan daging untuk Chae Rin. Sayangnya ternyata daging itu sudah lenyap. "Aku yakin meletakkan daging itu disini. Kurasa ada yang mengambilnya."

Chae Rin menghela nafas kasar, sepertinya dia akan menghabiskan malam ini dengan kelaparan. "Aku tidak lapar kok, hanya haus!"

Chae Rin mengambil susu kotak dan menuangkan isinya ke gelas, meminumnya dan kembali berjalan ke kamar.

"Kudengar, dikota ada warung makan enak yang buka dini hari, Chodang Dubu...."

Makanan khas Goseong langsung tergiang dikepala Chae Rin, seketika air liurnya terbit. Dia sangat tahu dimana restoran yang dimaksud oleh Min Hyuk, karena itu sangat terkenal disana.

Kumohon jangan sebutkan restorannya, kalau tidak aku akan goyah.

"Restoran Seorak." Min Hyuk menyebutkan nama restoran itu persis seperti dalam pikiran Chae Rin.

Chae Rin menghentikan langkahnya, dia sudah benar-benar goyah sekarang, perutnya sudah memberontak ingin pergi ke restoran itu. Sudah sangat lama Chae Rin ingin pergi ke sana lagi. sayangnya belum pernah kesampaian. Karena restoran buka tengah malam dan jaraknya cukup jauh dengan rumahnya.

"Aku bisa mengantarmu ke sana kalau kamu mau?"

"Ayo!" Jawab Chae Rin tiba-tiba sehingga membuat Min Hyuk sedikit terkejut. Tidak sia-sia dia mendekati Jong Suk untuk mengetahui apa yang paling disukai Chae Rin.

"Ambilah mantel, aku akan menyiapkan mobilnya."

***

Pukul 01.00 dini hari keduanya sudah sampai di restoran yang dimaksud. Benar saja sudah banyak orang mengantri diluar restoran.

"Sepertinya akan lama..." Ujar Chae Rin.

"Aku sudah reservasi, kebetulan pemilik restoran mitraku. Jadi bisa langsung makan." Sahut Min Hyuk yang disambut tatapan takjub Chae Rin. Crazy rich, memang tidak ada lawannya.

Min Hyuk turun dari mobil sport yang kini menarik perhatian antrian panjang para calon pembeli. Turut dibelakang Min Hyuk, Chae Rin mengekor. Tahu akan menjadi pusat perhatian begini seharusnya Chae Rin sedikit berdandan.

***

"Karena sudah jauh-jauh sampai disini, bagaimana kalau kita ke pantai melihat matahari terbit?" Ajak Min Hyuk setelah Chae Rin selesai makan dan keduanya sudah duduk di dalam mobil Sport berwarna cerah itu.

"Melihat matahari terbit di pantai Songjiho ..." Gumam Chae Rin. Itu adalah wish-nya yang lain. Dia pernah berharap untuk bisa melihat matahari terbit dipantai itu. Tentu akan sangat indah.

"Bagaimana?" Tanya Min Hyuk.

"Apa kamu yakin?" Tanya Chae Rin tidak percaya.

Min Hyuk mengangguk, "Kalau kamu tidak keberatan sih. Aku juga penasaran seperti apa matahari yang terbit dari laut. Dulu aku sangat sibuk dan fokus sampai lupa untuk menikmati alam dan menyenangkan diri sendiri. Kupikir akan sangat menyenangkan jika bisa menyaksikan itu bersamamu."

"Uhmm.. Pasti melelahkan menyetir jarak jauh seperti ini. Lagipula kamu bisa beristirahat sejenak sembari menunggu matahari terbit. Oke. Aku tidak keberatan." Chae Rin berempati.

Min Hyuk tersenyum melihat ekspresi Chae Rin yang sudah melunak, tidak segarang sebelumnya. "Aku akan mengabari Pak Shin agar beliau tidak khawatir." Min Hyuk mengambil ponselnya dan memberi pesan kepada ayah Chae Rin. Setelahnya dia kembali menstarter mobilnya menuju pantai yang dimaksud.

***

Min Hyuk memarkir mobilnya diparkiran yang tersedia. Sepanjang perjalanan ke pantai ini tadi Chae Rin menjadi lebih terbuka ada banyak hal yang mereka perbincangkan. Terutama tentang keluarganya dan adik-adiknya.

"Masih ada waktu 4 jam sampai matahari terbit, kamu bisa beristirahat." Chae Rin mengakhiri ceritanya yang panjang.

"Kamu mau coklat hangat?" Tawar Min Hyuk. Chae Rin melihat kesekeliling, rupanya ada toserba yang buka 24 disekitar sana.

"Biar aku yang membelinya." Segera Chae Rin keluar mobil dan membeli coklat panas yang dimaksud.

"Ternyata diluar dingin sekali, aku hampir tidak bisa membuka gagang pintu karena tanganku membeku." Chae Rin tertawa renyah begitu masuk kembali ke mobil.

Min Hyuk menyentuh jemari Chae Rin, "Benar, jarimu seperti es. Mungkin tidak seharusnya kita datang melihat matahari terbit diakhir musim dingin seperti ini. Kamu harus menghangatkannya." Min Hyuk mengambil heat pad dari balik jaketnya dan menaruhnya ditangan Chae Rin. "Maaf membuatmu kedinginan."

"Tidak apa-apa. Aku yang telah membuatmu repot."

Min Hyuk mencecap coklat hangatnya, "Kamu tinggal di Seoul sudah berapa lama?"

"Sudah lama sekali, sejak aku lulus SMA, mungkin sudah 10 tahun. Dulu aku bekerja di pabrik. Kalau kamu, dulu sekolah diluar negeri kan? Apakah menyenangkan tinggal di luar negeri?"

"Iya, tetapi lebih menyenangkan tinggal di negeri sendiri."

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanmu. Kita sangat berbeda jauh." Chae Rin tertawa ringan.

"Tidak juga, kita masih sama-sama manusia."

"Oh iya, Kamu anak tunggal kan, bagaimana rasanya menjadi anak tunggal?"

Min Hyuk menatap mata Chae Rin, "Hidupku sama sekali tidak menarik dan terlalu monoton. Aku sebenarnya bukan anak tunggal. Ayahku memiliki 2 anak dari istri sebelumnya, sedangkan aku anak satu-satunya dari istri terakhir. Saudaraku semuanya tinggal di luar negeri."

"Kupikir kamu anak tunggal..."

"Huahmm.." Min Hyuk menguap.

"Tidurlah, aku akan berjaga." Sahut Chae Rin.

Min Hyuk mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menghalau kantuk yang mendera, "Jangan berjaga, kamu harus istirahat juga ya. Aku akan menyetel alarm." Min Hyuk mengambil selimut di bagasi dan menyelimutkannya dibahu Chae Rin. "Selamat tidur."

Min Hyuk menyenderkan tubuhnya ke sandaran dan membelakangi tubuh Chae Rin. Sedangkan Chae Rin yang sebenarnya juga mengantuk akhirnya memejamkan mata.

***

Suara alarm yang dipasang Min Hyuk berbunyi dengan keras dan mengagetkan Chae Rin, segera gadis itu bangun dan mematikan alarm yang berisik itu. Suasana sudah lebih terang dibandingkan sebelumnya, Chae Rin melihat suhu cuaca dari ponselnya. Angka menunjukan -2°. Jelas cukup dingin.

Disebelahnya Min Hyuk masih terlelap, dengkuran halus terdengar darinya. Sebentar lagi matahari akan terbit. Chae Rin bermaksud untuk membangunkan laki-laki itu, tapi kemudian mengurungkannya. Dia tidak cukup tega membiarkan Min Hyuk yang kecapean menyetir dari desa ke Geoseong hampir 1 jam itu terbangun.

Chae Rin menatap intens wajah tampan Min Hyuk yang tampak tertidur pulas. Pandangannya menyusuri setiap detail wajah itu. Alis mata yang tebal dan tegas,  kelopaknya yang dibingkai bulu mata yang panjang, hidung mancung, bibir tipis dan kulit bersih bersinar. Bisa diakui sebenarnya, Min Hyuk adalah gambaran sempurna dari laki-laki idaman Chae Rin.

Perlahan dengkuran Min Hyuk tidak terdengar, kelopaknya mulai mengerjab dan terbuka. Panik Chae Rin segera menjauh. Dia tidak ingin Min Hyuk tahu dia tengah memperhatikan laki-laki itu.

"Jam berapa sekarang? Alarmnya tidak bunyi ya?"

"Matahari sudah hampir terbit. Aku turun dulu ya." Chae Rin segera menyembunyikan wajahnya dibalik mantelnya sebelum Min Hyuk menyadari jika pipi Chae Rin sudah seperti kepiting rebus.

TBC








Queen of Stupid Drama ~The EndKde žijí příběhy. Začni objevovat