"Eps. 23"

117 31 23
                                    

Seperti biasa, Taeyong menunggu di luar kelas 11.E. Bukan untuk menunggu adik barunya itu. Jaehyun sudah cukup pulih untuk pergi dan pulang dengan motornya sendiri. Kali ini Taeyong menunggu kekasihnya, setelah pertemuan orang tua itu dia merasa kalau Sejeong menghindarinya.

Selang beberapa saat, siswa/i dari kelas itu keluar. Sejeong tampak muram dan lelah akhir-akhir ini, hal itu karena dia bekerja part time dan beberapa konflik antara hati dan pikirannya. Dia beranjak dari kursinya dan menjadi siswi terakhir. Dia sesekali menguap dan merenggangkan tubuhnya, ketika berbalik dia sedikit melotot ke arah Taeyong di bibir pintu sambil melambaikan tangannya.

Dia segera menangkupkan mulutnya yang masih terbuka itu sambil cengengesan dia menghampiri Taeyong. "Kau baik-baik saja?"

"Hu'um" jawab Sejeong dengan anggukan.

"Sini, aku akan memberimu..." Sejeong segera menghindar, dan Taeyong hanya memeluk udara di depannya.

"Maaf Taeyong, Mina pasti sudah menungguku di luar"

"Tapi Mina sudah pulang dengan Mark tadi," Taeyong menahannya.
,
"Apa kau menghindariku?"

"Tidak, aku tak..."

Sejeong tertegun ketika Taeyong langsung mendekat dan memeluknya, "aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku, aku juga tak akan memaksamu untuk menceritakannya. Tapi, jangan mengacuhkan ku"

"Maaf, karena aku sangat menyukaimu. Jadi, aku gampang terluka dan sedih jika kau seperti ini" bisik Taeyong.

Mendengar itu, Sejeong tak bisa berkata apa-apa. Tapi, Taeyong bisa merasakan bahwa Sejeong juga sangat menyukainya. Kekasihnya itu membalas pelukannya, lebih erat.

"Harusnya aku menyadari hukum kehidupan, bahwa aku tak bisa memiliki 2 sumber kebahagiaan. Jika aku mendapatkan kebahagiaan, aku juga harus merelakan sesuatu. Tapi, bisakah aku egois?"

"Aku tak ingin merelakan apapun yang kumiliki sekarang, baik itu kamu dan juga kak Somi" batinnya.

Dia melepas pelukannya, lalu melangkah mundur menjauhi Taeyong. "Somi akan semakin terluka, tiap detik yang ku habiskan denganmu adalah waktu bagi Somi tercekik karena cemburu" dia menatap Taeyong dengan mata berbinar-binar.

"Sejeong-ah, ada apa?"

"Aku harus pergi," Sejeong langsung berlari meninggalkannya.

*****

Di kediaman Chae-yeon,

Plaakk~

Suara itu sangat keras, "pantas saja nilai mu tak pernah berubah,"

"Selama ini apa yang kau lakukan? Kenapa kau tak pernah menghadiri kursus yang ayah daftarkan untukmu" bentak pria itu.

"Dasar anak tidak berguna, ini semua salahmu. Sudah kubilang, saya tak ingin anak perempuan" kini pria itu berbalik memarahi istrinya yang hanya duduk diam sambil meminum tehnya.

Chae-yeon bukan pertama kali mendengar itu, tapi dia sudah muak. Dia dengan santainya menoleh menatap tajam ke dua orang tuanya lalu tertawa seperti orang gila.

Hahahah~

"Aku muak dengan kalian," teriaknya lalu berlari menuju kamarnya, dia mengambil tas ransel dan mengemasi seragam sekolahnya dan beberapa pakaian.

10 menit kemudian dia keluar dan menghampiri ayah dan ibunya, "kau sudah berani memberontak?" Ledek ayahnya.

"Bukankah kau tak menginginkan anak perempuan? Baik, akan kukabulkan permintaanmu itu. Mulai sekarang, anak perempuanmu ini sudah MATI"

"Our Youth" The end✓Where stories live. Discover now