"Eps. 30"

96 23 0
                                    

Pak Park menyudahi permainan, situasi yang diciptakan pasangan terakhir tampaknya membuat semua teman-temannya tidak bersemangat lagi. Guru itu mengerti, Chae-yeon mungkin hanya mewakili sebagian besar teman-temannya. Pada usia mereka perasaan yang bergejolak, sifat egois dari perasaan itu adalah hal yang wajar. Hanya ada beberapa Chae-yeon yang bisa memaafkan dirinya dan berdamai dengan perasaannya sendiri. 

“kalian ingin mendengar sebuah kisah?” Pak Park kini duduk di tengah-tengah mereka.

“di usia seperti kalian, ada seorang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka bukan lah seseorang yang asing satu sama lain. Sebelum perasaan itu ada, pupuk hubungan di antara mereka adalah persahabatan. Sebuah ikatan yang begitu lama, mereka terbiasa satu sama lain dan saling bergantung. Sampai perasaan cinta yang membuat mereka ingin sesuatu yang lebih itu muncul. Apa kalian tahu, apa yang berubah setelah mereka menjadi sepasang kekasih? Si wanita menuntut kasih sayang yang lebih dan tidak pengertian lagi sedangkan pria terus saja menciptakan prasangka-prasangka yang mengarah ke sifat cemburu. Itu kalau mereka saling mencintai, tapi bagaimana jika cinta itu hanya di rasakan satu pihak?” cerita Pak Park memandang ke arah Doyeon dan Somi lalu Taeyong.

“saya tak pernah melarang kalian untuk membatasi perasaan dan kebutuhan batin kalian. Lalu kemudian memaksa kalian untuk fokus belajar dan belajar, toh nanti jika kalian sudah di dunia univeritas. Akan banyak lawan jenis yang bisa menumbuhkan hasrat kalian itu, hahaha terdengar kolot sekali bukan?”

“cinta tak perlu menunggu waktu yang tepat, kalian lah yang menciptakan moment itu. Saya jadi ingat satu pasangan, dia adalah seniorku di kampus. Dia memiliki pacar, yang lebih membuatku kagum, mereka  sudah menjalinnya di usia seperti kalian. Apa mereka tak pernah bertengkar? Tentu saja sering, mereka tiap hari berteriak putus satu sama lain jika saling mengecewakan. Kemudian saling memaafkan. Cinta mereka kian berkembang karena sudah memaklumi buruk satu sama lain dan akhirnya mereka menikah. Eh, tapi bukan sampai di situ ending cerita mereka. Di tahun ke 8 usia pernikahan mereka, kata putus itu benar-benar tak bisa di perbaiki lagi. Saya menyadari, bahwa keegoisan orang dewasa lebih menakutkan dibandingkan mereka di usia kalian” cerita Pak Park.

“bagaimana bisa senior bapak bertahan pacaran lalu menikahi wanita itu? Berpikir dia akan hidup hanya dengan satu wanita sampai tua. Hih, bukankah membosankan?” celoteh Jisung.

Pak Park mengangguk setuju, “sepertinya Jisung tipikal pria yang akan mengencani wanita yang berbeda tiap tahunnya yah!” candanya.

Mereka kemudian tertawa, “dasar playboy,” ledek Heechan.

“menurutmu bagaimana chan?”

“eh, eheheh tapi pak, siapa yang mengakhiri lebih dulu? senior bapak?” tanya Heechan.

“memangnya hal itu penting? Tapi jika kalian ingin tahu, yang mengakhirinya adalah si wanita” jawab Pak Park.

“ah, aku mengerti pak. Di usia seperti kami, wanita mungkin lebih tulus dalam mencintai pasangannya tapi kelak ketika kami dewasa. Prialah yang akan terlihat lebih tulus,” tebak Mark.

“uhm, menurut saya bukan tulus. Tapi wanita di usia dewasa itu lebih realistis dan logis. Dia tak membutuhkan cinta lagi, tapi sebuah tanggung jawab baik itu nafkah lahir dan batin” jelas pak Park.

Di sisi lain,

Jaehyun menyodorkan sekaleng minuman pada wanita yang bersembunyi di belakang tendanya, Chae-yeon segera menghapus air matanya. Dia menerima minuman itu lalu tertawa kecil, “apa aku terlihat menyedihkan?”

Jaehyun menggelengkan kepalanya, “kata siapa? Kau hebat. Lalu, kata siapa aku akan menganggapmu bodoh hanya karena nilaimu bukan 100?” goda Jaehyun.

"Our Youth" The end✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant