"Eps. 07"

157 39 0
                                    

keesokannya...

Di kantin,

Sejeong tampak memikirkan sesuatu, kejadian kemarin di saat dia melihat ibu Mina membuatnya terusik. Dia tak tahu harus memahami hak itu dari mana tapi intinya selama ini Mina, adik dan ayahnya tak tahu hal itu.

Taeyong yang lebih dulu di kantin itu sedang mengobrol dengan beberapa siswi yang mungkin tak mendengarkannya, mereka hanya terpesona dengan visualisasi pria itu seperti Sejeong yang pertama kali melihatnya. Semua siswi memberikan pandangan itu tiap hari pada Taeyong.

Dia melihat Sejeong melamun sambil membawa nampan makanannya lalu tersenyum penuh arti, "sepertinya aku harus pergi, seseorang yang ku tunggu sudah datang!" Pamit Taeyong.

Yaaahh~ desah mereka kecewa.

Taeyong merebut nampan makanan Sejeong,  "eh?"

"Kau hampir menabrakku loh!" Tegurnya.

"Ah, maaf. Tadi aku sedikit melamun, kau tak apa-apa?"

"Ada apa? Apa kau merasa bersalah karena meninggalkanku kemarin?" Taeyong memberi isyarat agar mengikutinya dan dia memilih Meja yang tak di duduki oleh siapapun.

"Kau menungguku lagi? Woaah~ kau ini konsisten sekali" puji Sejeong.

"Kau tak perlu melakukan itu dan juga tawaranmu. Sepertinya aku tak membutuhkannya sekarang" jelas Sejeong.

"Apa kau membenciku? Kenapa kau selalu berbicara blak-blakan sekali, seolah-olah tak nyaman denganku" tanya Taeyong.

"Bukan seperti itu, aku malah bingung harus bersikap bagaimana denganmu. Kau tiba-tiba bersikap baik padaku, meski Mina mengatakan kau baik ke semua orang. Tapi seharusnya orang baik tahu jika menawarkan hubungan tanpa ada perasaan itu perbuatan yang jahat" jelas Sejeong.

Taeyong terkekeh, "jadi kau mengira aku mengajakmu berkencan hanya karena aku main-main denganmu?" Terka Taeyong.

"Hanya itu yang bisa ku pikirkan sampai sekarang" ujar Sejeong.

"Seorang Jung Jaehyun bisa melakukan hal seperti itu karena membenciku, kenapa kau malah sebaliknya? Kalian berdua sama saja. Tidak tahu apapun tentangku tapi berbuat sesuka hati" cibir Sejeong.

"Kau tahu, aku tak pernah dekat dengan lawan jenis sebelumnya. Aku bisa bertahan dengan kebencian Jaehyun tapi yang kau tawarkan padaku itu lebih tidak masuk akal"

Taeyong terkekeh, "kau hanya terlalu banyak berpikir" ujarnya.

"Tapi apa maksudmu dengan hal baru?"

Sejeong mengangguk, "apapun yang kita lakukan saat ini adalah hal baru bagiku. Kau juga adalah seseorang yang baru itu"

Mendengar itu seketika Taeyong tersentuh, tak ada yang pernah mengatakan hal seperti itu padanya.

"Atau begini, bagaimana jika kau tawarkan pertemanan padaku. Tapi kali ini pertemanan itu harus mengikuti sudut pandangku," usul Sejeong.

Taeyong mengangguk sambil tersenyum dan Sejeong juga membalas senyumnya itu. "Kau sudah makan?" Kini cara bicaranya Sejeong lebih terdengar santai.

"Belum,"

"Sayang sekali, lauk daging pedasnya sudah habis. Seharusnya kau mengantri lebih dulu, ini sangat enak" celotehnya.

"Apa seenak itu?"

"Ho'oh, kau ingin mencoba nya?" Sejeong mengulurkan tangannya yang memegang sumpit itu.

"Cobalah!"

Bagaimana bisa Taeyong mengabaikan wanita di depannya itu, jika wanita itu terus mengejutkannya dengan sikapnya.

"Our Youth" The end✓Where stories live. Discover now