🛍Prolog🛍

26 3 0
                                    

"Kamu sudah habiskan uang berapa puluh juta buat beli baju, sepatu, sama tas itu Dian?"

Ucap Anita sang ibu dengan geram pada putri sulungnya, kebiasaan menghambur-hamburkan uang tidak bisa mengelola uang dengan baik. Dian gadis itu terdiam seraya menunduk, hasil belajaannya di simpan di kursi dan beberapa ia pegang juga.

"Apa kamu sudah gila? Uang 50 juta kamu habiskan dalam satu hari? Apa yang kamu pikirkan di otak kecilmu itu? Apa tidak sedikit kamu merasa kasian dengan uang yang kamu habur-haburkan dengan tidak jelas itu?" Anita terus saja memberikan banyak pertanyaan untuk anak gadisnya.

"Mama dan papah akan pergi, untuk 4 bulan kedepan." putus Anita membuat Dian mendongkakan kepalanya seraya menggeleng kuat.

" Dian sama siapa kalo mamah ikut papah?" tanya Dian seraya memegang tangan Anita kuat.

"Kamu di rumah bersama Dion," ujar Anita.

Pas saja anak laki-laki berusia 10 tahun itu melewati mereka berjalan ke arah sofa dan duduk di sana dengan membawa satu teb. Dia Dion adik Dian, yang menurut Dian-Dion sangat menyebalkan.

Dian mendengus kesal menatap adiknya, merasa ada yang menatap Dion pun mencari siapa yang menatapnya. " Apa?" tanya Dion ketus.

"Tuhh Mam, Dion kaya gitu sama Dian apa lagi kalo mamah gak ada di rumah." rengek Dian membuat Anita menggeleng-ngelengkan kepalanya.

Kris sang papah baru saja turun dari lantai atas dengan asistennya bernama Hardi membawa 3 koper, sepertinya milik Anita dan juga Kris.

Ternyata benar adanya, ancaman ini nyata biasanya mamahnya akan mengancamnya saja tanpa bertindak lebih.

"Pah pliss jangan tinggalin Dian di rumah sendirian dong," rengeknya dengan manja pada Kris.

Kris mengusap kepala Dian dengan sayang dan penuh kelembutan, "Sebenarnya papah tak masalah saat kamu kenghambur-hamburkan uang asal kamu senang," ucap Kris seraya mencium kening putrinya.

Anita yang mendengar ucapan Kris pun melotot, tatapan Kris bertemu dengan mata Anita yang menyiratkan perang dingin itu, "Papah kan bekerja untuk anak dan istri agar bahagia, tapi kamu tau sendiri kan mamah kamu gimana. Jadi sorry,"

"Ishhh papah ko malah di pihak mamah sih?"  ujar Dian kesal.

"Dion bantuin kakak dong, malah main games terus lagi dasar bocah." ucap Dian membuat Dion mentatapnya dengan sinis.

"itu kesalahan kakak sendiri, buat apa coba so tajir sampe traktir orang belanja banyak sampe ratusan juta? Emang kakak bank apa?"  ucap Dion dengan nada pedas membuat Dian mendengus kesal.

"Berisik anak kecil," timpalnya seraya mengepalkan tangannya keudara tanda ia kesal pada sang adik.

"Dion berkata benar ko, kakak so kaya padahal uang yang kakak gunain itu uang papah. Harusnya bersyukur kakak punya kenikmatan yang berlimpah gak seperti orang di luar sana yang masih banyak membutuhkan"

"Ceramah?" desis Dian dengan kesal.

"bener yang di ucapkan adik kamu, harusnya kamu banyak belajar dari Dion," sambung Anita membuat Dian kesal.

Sebenarnya Dian atau Dion sih yang menjadi kakak ko berasa ketuker ya?

"Mah ayo lah, jangan pergi" rengek Dian kembali.

"Mamah harus temani papah selama 4 bulan, oh iya semua asisten rumah tangga mamah liburkan, kamu kalo mau makan harus masak sendiri dan nanti ada Elang anaknya aunty Nara yang akan menemani kalian." ucap Anita seraya berjalan keluar rumah.

Apa tadi Elang anak aunty Nara yang menyebalkan seantero bumi ini, masa anak itu yang akan menemani mereka sih, bisa bisa mati berdiri Dian kalo setiap hari berurusan dengan Elang.

Dian terus saja mengekori Anita dan memegang baju Anita kebelakang seperti anak kecil yang minta di belikan premen oleh ibunya.

"Mamah pergi dulu, oh iya kartu debit  ulimited kamu udah mamah blokir ya," ucap Anita dengan santai.

Ucapan Anita barusan membuat separuh jiwa Dian serasa menghilang, namun cukup lebay tapi itu memang adanya. 4 bulan kedepan ia tidak bisa berbelanja sepuasnya lagi? Ahhh mana bisa.

Ia pun memasang muka memelasnya siapa tau kan mamahnya iba pada dirinya. " Udah jadi keputusan mamah, kamu gak bisa merubahnya." ujarnya seraya masuk kedalam mobil.

"Terus uang jajan Dian sama Dion gimana mah?"tanyanya.

"Itu di tangan adik kamu udah ada kartu debit dan isinya hanya 3,5 juta." ucapnya dengan santai.

Dian melongo tak percaya dengan hukuman yang sangat kejam dalam sejarah hidupnya ini. 3,5 dapet apa? Dan itu harus cukup 4 bulan, untuk biaya hidup dirinya dan juga adiknya.

"Pah kalo pulang Dion mau minta jajan lebih," rajuk Dion di sebelah Kris. Membuat Kris mengangguk.

"Apa pun yang kamu minta papah turutin," janji Kris pada anak laki-lakinya.

"Janji ya? Dion harus relain uang jajan dion demi hukuman kak Dian," ujar Dion seraya menatap kakaknya dengan sebal.

"Iya oke, soon tenang saja." ucap Kris yang ikut masuk kedalam mobil bersama istrinya.

"Mamah juga harus tepatin janji ya," kali ini Dion minta pertanggung jawaban janji pada Anita.

"Siip beres," ujarnya seraya mengacungkan jempolnya.

Mobil pun mulai berjalan perlahan meninggalkan rumah, dan pagar rumah terbuka lebar dan membuat mobil hitam itu tidak kelihatan lagi.

⚫🛍⚫🛍⚫

Hullllaaa....

Semoga suka ya sama cerita baru aku yang kali ini, aku usahain ceritanya gak akan ngegantung kaya cucian baju yang gak di angkat, 

Doain ya semoga lancar perhaluan kita semua.

See you next part🖐

DiantiWhere stories live. Discover now