“Tapi itu akhirnya kalau Jae diambil cewek lain.” gerutu Divanka.

“Ya, makanya lo jaga baik-baik suami lo, jangan sampai ada cewek yang rebut. Mana akhir-akhir ini dia sibuk banget, lo enggak curiga apa-apa sama dia gitu?” tanya Dowoon.


Divanka menarik nafas pelan dan ia hembuskan secara perlahan agar emosinya dapat dikontrol, jangan sampai bayi-nya yang dapat hal negative akibat ulah Divanka sendiri. Ia ingin anak-nya itu lahir tanpa ada kekurangan apapun, termasuk berat badannya.


“Ya, masa gue mau ikutin dia ke kantor? Enggak lucu anjir, dia bawa gue yang lagi hamil gini.” omel Divanka.


Dowoon menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali melainkan dia bingung harus menjelaskan seperti apa pada Divanka agar wanita itu bisa mengerti apa yang ia maksud, terkadang Divanka sangat lemot bahkan dengan hal kecilpun dia lama mencernanya untuk bisa paham.


“Gue enggak suruh lo buat ikutin dia ke kantor bego! Cara gampang bisa kok, periksa isi handphonenya. Gampang, ‘kan?” usul Dowoon.


PLAK


Spontan Divanka menampar keningnya sendiri karena tak berpikir kearah sana, padahal hampir setiap hari dia melihat ponsel milik Jae terkapar dihadapannya tanpa pengaman password sekalipun. Divanka seakan-akan diberi akses oleh Jae untuk memeriksa segala isi ponselnya, tapi Divanka selalu tidak enak dan mengganggap jika ponsel itu hak pribadi. Namun, jika sudah mendadak dan perlu, tidak salah ingin mengecek isi ponsel suami sendiri demi kebaikan rumah tangga.


“Gapapa kalau gue periksa handphonenya Jae?” tanya Divanka.

“Iyalah! Jangan bilang lo enggak pernah buka-buka isi handphonenya?” balas Dowoon.


Divanka menggeleng pelan sebagai jawaban dan membuat Dowoon menggeleng heran, kenapa bisa adik keras kepalanya ini jinak pada Jae? Sedangkan pada Dowoon dia benar-benar beringas, saat mengamuk bagaikan macan yang kelaparan.


“Udah, saran gue cuma itu. Enggak usah dibawa stress, santai aja. Kalau mau bantuan, gue siap!” seru Dowoon.


Jika seperti ini, rasanya beban Divanka yang ia pikul di pundaknya hilang dalam sekejap. Walaupun pikiran didalam otaknya masih dihantui oleh Jae, tapi setidaknya ia bisa lebih tenang karena ada sang kakak yang setia menemaninya meskipun agak menjengkelkan bagi Divanka.


---


Jae tak pernah menyangka jika dia bisa merasakan dengan yang namanya sibuk. Tak ada waktu untuk istirahat, jangankan istirahat, makan siang saja dia sering terlambat jika tidak diingatkan oleh Sungjin. Perusahaannya sedang kesulitan dan rugi besar, ia membutuhkan banyak dana tapi dia bingung harus mencari dana kemana lagi selain ke Ayah-nya sendiri.

Jam tidur Jae pun berkurang, sudah hampir dua bulan dia terlambat pulang dan berakhir melihat Divanka tertidur pulas di ranjang. Ia jadi tidak enak sendiri dengan sang istri karena tak memiliki waktu untuk Divanka lagi saking sibuknya, mereka berbincang disaat pagi hari menyapa, itupun karena ingin sarapan atau membahas hal yang biasa.


“Lo hari ini pulang sore aja, biar gue yang lembur di kantor.” ucap Sungjin.


Jae langsung mendongakkan wajahnya menatap Sungjin yang sama lelahnya juga, dia mana tega membiarkan Sungjin mengerjakan semua berkas sedangkan Jae bersantai ria di kamar. Jae bukan atasan yang kejam atau seenak jidat menyuruh apapun, karena ia tahu rasanya bekerja tanpa ada istirahat.


“Enggak, kita kerjain ini berdua. Gue target jam sembilan udah selesai, gimana?” usul Jae.

“Tapi, Jae, istri lo lagi hamil, dan lo belum pernah berinteraksi sama dia. Gue kasihan sama Divanka dan juga anak lo,” ucap Sungjin.


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Where stories live. Discover now