Chapter 9

360 51 0
                                    

Happy reading gais

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gais...


***


TOK TOK TOK


“VAN, INI GUE, BRIAN. BUKA PINTU KAMAR LO CEPAT!” Suara ketukan sekaligus suara berat teriakan Brian dari luar kamar milik Divanka terdengar sangat nyaring di rumah yang sepi ini, ia pun segera bangkit dari posisi tidurnya dan menerima pria itu sebagai tamunya untuk hari ini.


Dan ketika ia telah berhasil membuka pintu, wajah tampan Brian adalah hal pertama yang pertama Divanka dapatkan, selain wajah tampannya dia menyodorkan sekotak martabak telur kesukaannya. Lihatlah, Brian benar-benar tahu makanan apa yang akan membuat mood Divanka sedikit membaik.


“Kok lo tahu gue disini?” tanya Divanka, kedua matanya terus memandangi Brian yang memasuki kamar tersebut dan langsung duduk diatas kasur milik Divanka tanpa dipersilahkan oleh sang empunya.

“Ibu yang telfon gue, katanya lo ngunci diri disini. Dan lagi, lo enggak balas chat dari gue, otomatis gue langsung mikir pasti lo ada masalah sama suami lo.” jelas Brian.


Spontan pikiran Divanka melayang pada beberapa hari lalu, kejadian dimana dia bertengkar dengan Jae dan berakhir menampar wajah suami-nya itu. Gerakan tangannya itu spontan dan tak ada niat untuk melakukannya, tapi karena traumanya lah yang membuatnya melakukan hal tersebut pada Jae. Dan selama tiga hari ia di rumah orangtuanya, tak pernah sekalipun Jae menghubunginya atau datang ke rumah ini untuk mencarinya.

Ia sempat khawatir, apa mungkin Jae marah padanya akibat perlakuannya yang kelewat kasar? Tapi, kembali lagi pada pembelaan didalam dirinya sendiri, siapa suruh dia mengurung Divanka didalam kamar? Orang yang memiliki trauma jauh lebih menyeramkan ketika dihadapkan atas apa yang ia takuti.


“Thank’s martabaknya.” ucap Divanka sembari membuka kotak martabak yang dibawa oleh Brian tadi, ia pun mengambil posisi duduk melantai daripada harus duduk diatas kasur yang nantinya akan kotor karena remahan kulit martabak.

“Lo ada masalah apa lagi, Van?” tanya Brian.


Pergerakan tangan Divanka yang hendak mengambil acar otomatis terhenti dan berbalik menatap Brian dengan sinis, seketika nafsu makannya hilang begitu saja dan rasa emosi mencuak keluar dari dalam jiwanya. Dan Brian yang paham ekspresi Divanka langsung angkat tangan, tak berani mengganggu dan mempertanyakan tentang pertengkaraan rumah tangga Divanka dan Jae.


“You know that I have trauma, right?” balas Divanka.

“Yeah, I know. But, why?” tanya Brian.


Divanka menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan secara perlahan, tatapannya bahkan telah berubah menjadi sendu seakan-akan dialah wanita paling rapuh didunia ini. “Jae ngunciin gue di kamar apartement sana, makanya gue pergi kesini.” ucap Divanka.


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang