Elang hanya mengambil satu foto saja. Dia langsung menyimpan teleponnya ke dalam saku celananya. "Sebelum gue pergi, ada yang mau lo tanyain?" tanya Elang pada cewek itu.

"Ada. Kita belum sempat kenalan, kan? Nama kamu siapa? Kalau namaku, Hazel Auristela," ucapnya seraya menjulurkan tangan ke arah Elang.

"Elang," singkat Elang tanpa menerima uluran tangan Hazel. Meskipun mereka partner tapi Elang tidak ingin terlalu dekat dengan cewek ini.

Hazel menarik uluran tangannya yang diabaikan oleh Elang. "Kalau umurnya? Maaf, bukannya bermaksud gimana, aku cuma mau tau semisal kamu lebih tua, aku bakal panggil Kakak," jelas Hazel agar tidak menyinggung perasaan cowok itu.

"Dua-dua tapi beberapa bulan lagi dua tiga," balas Elang dengan ekspresi datar.

"Kalau aku sembilan belas tahun," beritahu Hazel.

"Oh," celetuk Elang. Dia bahkan tidak peduli sama sekali dengan umur gadis itu.

"Berarti aku bakal panggil kamu Kak Elang. Biar lebih sopan, hehe," kata Hazel.

"Terserah lo," sahut Elang. Dia berdiri bersiap-siap untuk pergi.

"Lo mau pesan apa? Biar gue bayarin, sekalian tanda terima kasih karena lo udah mau bantuin gue hari ini," ucap Elang.

"Eh- nggak usah repot-repot. Aku langsung pulang aja, mau ngerjain sesuatu juga di rumah," balas Hazel. Nyatanya, dia tidak sedang mengerjakan apapun di rumahnya. Hanya saja dia malas di kafe ini seorang diri tanpa adanya lawan bicara.

"Kalau gitu biar gue anterin lo pulang," kata Elang.

"Um... boleh, deh," setuju Hazel.

Mereka pun melangkah keluar kafe. Hazel masuk ke mobil Elang dan duduk di sebelah pengemudi. Tidak ada yang memulai percakapan, hanya suara mesin mobil saja yang menemani perjalanan mereka.

Elang memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah tingkat dua dengan cat berwarna putih. Hazel keluar dari mobil, sebelumnya dia sudah mengucapkan terima kasih pada Elang.

Saat hendak membuka pagar rumahnya, Mamanya sudah lebih dulu membuka pagar. Hazel sampai kaget dibuatnya.

"Siapa itu yang di dalam mobil?" tanya Lona. Kebetulan Elang belum pergi jadi Lona bisa melihat.

"Eeee, itu pacar Hazel, Ma," jawab Hazel. Dia merasa kikuk dengan jawabannya sendiri.

"Sejak kapan kamu punya pacar? Coba suruh pacar kamu turun, kenalin ke Mama," suruh Lona. Padahalkan Lona sudah berencana menjodohkan Hazel dengan cowok lain.

Dengan langkah yang ragu Hazel menghampiri mobil Elang. Dia mengetuk pelan kaca mobil Elang.

"Kak Elang bantuin aku sekarang, ya? Mamaku mau kenalan sama Kakak. Tadi aku bilangnya kita pacaran," bisik Hazel sepelan mungkin supaya Mamanya tidak mendengar percakapan mereka.

Elang menjawab dengan anggukan pelan. Dia pun keluar dari mobil untuk menyapa Lona. Seperti yang Hazel katakan, dia harus akting.

"Hai Tante," sapa Elang sambil menyalim tangan Lona.

Lona menutup mulutnya syok setelah mengetahui siapa cowok yang keluar dari mobil itu.

"Kalian beneran pacaran?" tanya Lona lebih memastikan.

"Iya, Tante," jawab Elang santai.

Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Lona langsung balik badan dan masuk ke rumahnya. Dia harus memberitahukan berita ini pada Jeni.

"Mama lo kenapa?" tanya Elang yang melihat ekspresi kaget Lona barusan.

"Aku juga nggak tau, Kak." Hazel sendiri bingung dengan sikap Mamanya itu.

Kak Elang: ELAZEL Where stories live. Discover now