2. Telur Gulung.

274 94 1
                                    

"Teh Rain!" Panggil Jie sedikit berteriak. Tentu saja Rain tak akan menjawabnya, sebab gadis itu saat ini sedang menikmati hari terakhir liburannya yang berharga dengan menonton drama Korea favorit dilayar laptopnya, sebelum besok sudah sekolah kembali, kedua telinga gadis itu terpasang earphone.

"Teteh!" Jie masuk kedalam kamar Rain, dengan kurang ajarnya ia melepaskan earphone sehingga gadis itu menatap nyalang kearah Jie, siap menerkam adiknya.

"JIE DHINAKARA!!!" teriaknya. Jika Rain sudah memanggil namanya dengan sebutan nama lengkapnya itu artinya Rain benar-benar sudah marah.

"Jangan marah dulu teh, aku cuman mau nanya sama teteh yang paling cantik," ucap Jie sekaligus menggoda Rain. Kalau tidak begini maka Jie habis di amuk Rain.

Rain menyelipkan rambut dibelakang telinganya. "Oke, mau nanya apaan?!" tanyanya masih ngegas.

Jie duduk di kursi belajar Rain. "Teh, teteh disekolah populer nggak? Maksud aku teteh terkenal nggak disekolah teteh?" tanya Jie.

"Ya pastilah! Pake nanya. Teteh kan mantan ketua OSIS dulu, apalagi teteh ini primadona disekolah," ucap Rain dengan bangga.

Jie mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh gitu ya," ucapnya.

"Emang kenapa? Takut di bully kamu pas masuk SMA? Tenang ada teteh sama Chale, kalau anak sekolah tau kamu adik teteh sama Chale pasti nggak akan ada yang berani nyakitin kamu," ucap Rain.

"Teteh aku boleh minta tolong?" tanya Jie.

"Cepet minta tolong apaan? Teteh mau maraton Drakor loh!" ucap Rain.

"Bisa nggak kalau teteh disekolah nanti nggak anggap aku adik teteh ataupun adik bang Chale, anggap kalau kita nggak saling kenal. Bukan, bukan Jie malu, tapi Jie mau mandiri, nggak mau bergantung sama teteh dan juga bang Chale, aku cuman pengen aku di SMA nanti jadi diri aku sendiri, di hargai karena diri aku sendiri bukan karena ada teteh dan bang Chale, aku pengen buktiin ke teteh dan bang Chale kalau aku bisa jaga diri aku sendiri. Maaf kalau permintaan Jie nyakitin hati teteh dan bang Chale," ucap Jie merasa tak enak hati.

Hati Rain merasa tersentuh, bagaimana adiknya ini tiba-tiba menjadi sangat dewasa? Adiknya kemarin baru ulang tahun ke 15 tahun kan? Masih kecil kan untuk ukuran anak remaja yang baru memasuki dunia SMA.

Rain mengusap pelan kepala Jie. "Ade teteh udah gede ya, pinter banget bikin orang tersentuh. Kalau itu mau kamu, oke teteh sama Chale bakal nggak ikut campur sama masa SMA kamu. Have fun anak baik!" ucap Rain.

Jie tersenyum. "Makasih teteh, aku mau keluar sama bang Chale mau jajan teh Rain mau nitip apa? Aku traktir," ucap Jie.

"Telur gulung deh lima ribu," ucap Rain.

"Oke deh, selamat marathon lagi teh."

"Iya udah sono, awas ganggu lagi bocil!" ucap Rain, dibalas kekehan kecil oleh Jie.

Jie menuruni anak tangga, dibawah Chale sudah menunggunya.

"Ayo bang," ucap Jie.

"Teh Rain setuju sama keputusan kamu?" tanya Chale, sebab laki-laki itu sudah tahu maksud tujuan Jie menemui Rain, karena Chale lah orang pertama yang Jie temui.

"Udah bang, teh Rain setuju juga," jawab Jie.

"Bagus deh, tapi kalau misalnya kamu ada apa-apa jangan sungkan cerita ke kita," ucap Chale yang dibalas anggukan oleh Jie.

"Widih pada mau kemana ini, rapih bener," Haikal tiba-tiba keluar dari kamarnya.

"Mau jajan bang, sekalian nikmatin hari terakhir liburan, sebelum besok udah mau masuk sekolah lagi," jawab Chale.

Semesta Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang