M26 - Againts?

246 24 4
                                    

°•○●○•°

"AKU akan ikut bersama kalian untuk menemui Kakakku."

Semua perhatian sontak beralih ke arah Chester yang tengah duduk santai. Mendengar hal itu, Melody refleks mengernyitkan dahinya--merasa tidak mengerti kenapa lelaki itu mengatakan hal tersebut.

"Kenapa?" tanya Austin, menghentikan perdebatannya tadi dengan Xevanya.

"Kenapa?" Chester mengulang pertanyaan Austin kemudian terkekeh kecil. "Tentu saja karna aku rindu dengannya. Kau pikir apalagi?"

Austin memicingkan matanya, merasa sedikit curiga. Namun sedetik kemudian ia menormalkan ekspresi dan berpikir bahwa apa yang dilakukan Chester ada gunanya juga. Dengan kehadiran Chester nanti, mereka akan lebih mudah untuk mendapatkan ramuan dari tangan para vampier itu.

"Lalu bagaimana dengan rumahmu ini?" tanya Xevanya. "Siapa yang akan menjaganya?" sambungnya lagi.

Chester bergumam dan menjawab, "Tidak akan ada apa-apa. Lagian, siapa yang akan berani menyerang rumah mewahku ini?"

Xevanya memutarkan bola matanya, merasa kesal karna telah berhasil meningkatkan kepedean Chester.

"Lalu kapan kita akan berangkat?" Kini Melody bersuara, membuat mereka mengalihkan pandangan ke arah gadis ini.

"Sekarang," jawab Chester tanpa beban, tetapi berhasil membuat semuanya tertohok.

"Sekarang?"

Chester mengangguk. "Iya lah. Kapan lagi?"

***

Beberapa orang terlihat tengah bersiap-siap di depan kastil kebanggaan para Werewolf. Di sana, terlihat Melody yang tengah memeriksa ulang tas selempang yang tengah di bawanya--takut jika ada sesuatu barang yang tertinggal.

Yup, nyatanya ... mereka benar-benar akan berangkat saat itu juga. Lagian Melody juga tidak ingin menunggu lagi. Sudah banyak waktu yang dibuangnya secara sia-sia, sedangkan waktu pernikahan Diego dan Kezia sudah terbilang dekat. Melody harus bisa mengembalikan ingatan Diego sebelum hal itu terjadi.

"Ah?" Melody tersentak ketika ia menyadari bahwa gelang mermaid kesayangannya itu tidak ada di dalam tasnya. Gadis ini mulai gugup dan kembali merogoh--memastikan bahwa gelang itu ada di dalam tas yang ia bawa. Tapi hasilnya nihil. Ah, apakah Melody sudah tidak sengaja menjatuhkannya?

Sangat buruk jika Melody benar-benar menghilangkannya. Pasalnya, gelang itu sangat penting untuk hidupnya. Jika tanpa gelang itu, Melody tidak akan bisa menjadi mermaid dan bertemu dengan Diego lagi. Lalu, bagaimana ini?

Saat sibuk mengecek keberadaan gelang tersebut di dalam tasnya, seketika sebuah tangan terulur ke arahnya sambil menyodorkan gelang yang tengah di carinya sejak tadi.

"Kau mencari ini?"

Wajah Melody perlahan terangkat hingga matanya berpapasan dengan manik mata biru milik Chester. Lelaki itu tersenyum lebar, membuat Melody dengan cepat merebut gelang itu darinya.

"Dari mana kau mendapatkannya?" tanyanya kemudian.

Chester kembali menyungging senyum lalu menggedikkan bahu. "Aku tidak tahu. Gelang itu tiba-tiba ada di dalam jubahku."

Melody menatap Chester dengan tatapan bingung. Sekilas ia melirik jubah besar milik lelaki itu dengan tatapan curiga. Memangnya jubah memiliki saku di baliknya? Dan bagaimana gelangnya ini bisa berada di sana?

Melihat respon Melody yang seperti ini, sukses membuat Chester tertawa kecil di tempatnya. Ia mencubit hidung Melody dengan pelan dan berkata, "Kau mempercayai perkataanku?"

Melody semakin mengernyitkan dahinya. Masih tidak mengerti. Hal itu justru malah membuat Chester gemas ketika melihatnya.

Lelaki itu kini menghela nafas pelan dan mendekatkan wajahnya ke wajah Melody. "Aku menemukan gelang itu di bawah meja makan kemarin. Jadi aku membawa dan menyimpannya," jelasnya kemudian.

Melody meletakkan jari telunjuknya di kening Chester lalu mendorong wajah lelaki itu hingga menjauh darinya. "Lalu bagaimana kau tau bahwa gelang ini milikku?"

Chester berdesis. "Oh ayolah, Nona! Tadi kau terlihat seperti tengah kehilangan sesuatu, jadi aku langsung berasumsi bahwa gelang yang kutemukan ini adalah milikmu. Bagaimana kau bisa mengajukan pertanyaan sepolos itu?"

Melody memalingkan wajahnya ketika merasa bahwa kini pipinya mulai memanas. Berbeda halnya dengan Chester yang tertawa kecil dan mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Melody sebelum sebuah tangan menahannya.

"Ada apa ini?"

Dia Austin.
Lelaki itu datang dengan tangan yang langsung menahan lengan Chester yang tadinya ingin menyentuh kepala Melody.

Mata Austin menyipit, seperti memperlihatkan bahwa dirinya tidak suka dengan interaksi antara Chester dan Melody sekarang.

Melody yang tersadar dengan kehadiran Austin, sontak kaget dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari kedua sosok tersebut.

Chester sekarang menepis tangan Austin dan kembali ke posisi awal. "Tadi dia kehilangan gelangnya dan aku menemukannya," jelasnya.

"Lalu?"

"Ya gue kasih lah sama dia. Apalagi?" jawab Chester sedikit ngegas. Bahasanya pun seketika berubah menjadi non-baku.

"Ye santai dong," balas Austin tak mau kalah.

"Ya elu, ngasih pertanyaan unfaedah."

"Terserah gue dong!"

Perdebatan itu mulai memanas, membuat keduanya seketika menjadi pusat perhatian. Melody yang tersadar akan hal itu lantas melerai keduanya.

"Eh udah dong, kalian kenapa sih? Dilihatin sama orang-orang tuh!"

Kedua lelaki itu saling mendengkus dan membuang wajah. Austin sekarang meraih tangan Melody lalu berkata, "Kamu jangan jauh-jauh dari aku, Mel. Serigala lebih berbahaya daripada buaya."

Tentu saja Chester yang mendengar hal itu, lantas tersinggung. "Maksud lo apa?" tanyanya dengan mempertekankan nada bicara.

Austin tertawa hambar. "Oh, kesinggung ya? Mohon maaf gue sengaja."

"Lo--"

"Eh udah kenapa sih!" potong Melody. "Kalo kayak gini terus, kita kapan berangkatnya?" lanjutnya kemudian.

"Nah, bener!" Xevanya yang baru muncul, langsung menyahut dan berdiri di samping Melody. "Apalagi nanti kita harus jalan kaki. Bisa-bisa sampe di sana itu pas malam hari," sambungnya.

"Siapa bilang kita akan jalan kaki?" ujar Chester. "Tenanglah, Kita akan sampai di sana dengan cepat. Kami bangsa werewolf akan merubah wujud menjadi wolf dan membuat kalian bisa lebih cepat untuk sampai di sana."

"Caranya?" sahut Melody.

Chester menoleh ke arahnya lalu tersenyum miring. "Nanti saat aku telah berubah wujud menjadi wolf, kau bisa naik ke atas punggungku dan aku akan mengantarmu untuk sampai di sana."

___________________________________

MELODY 2 || Who Are You?Where stories live. Discover now