Bagian 44 // Kecelakaan🦇

Start from the beginning
                                    

Rizky mendelik, dan ia langsung menemukan Rio dengan Yudha yang sedang berjalan ke arahnya dengan wajah mengejek serta suara cekikik tawa menjengkelkan.

"Gak bisa dapetin Vian ya Pak? Hahaha, pake rok aja sana, cuman ajak pulang doang gak bisa, huhh cupuu ...." Yudha menyahut, membuat Rizky kesal, tetapi lelaki itu berusaha tenang dan mendiamkan mereka saja.

"Vian mana mau sama cowok yang punya gelar ketua babu sekolah itu, hahaha. Mundur aja dah Lo, Vian gak akan mau sama Lo, tytyd Lo nanti berjamur, mending cari lubang lain deh, Vian punya gue." Rio ikut menyahut, Rizky pura-pura tak mendengarkan.

"Tau gak Lo Ky? Pas di tongkrongan tuh Vian suka gue peluk-peluk, terus usap-usap kepala sama pantatnya, suka bobok di atas badan gue. LO MANA BISA? AHAHAHA, Bersentuhan sama Lo aja udah najis, xixixi. Bahagia banget gue ledekin Pak Ketos."

"Nih ya Ky, gue sama Vian pernah mandi bareng, gue pernah nyabunin punggung sama dada dia, pernah sengaja nyubit pentilnya juga. Lo mana bisa? Yang ada ... baru aja ketemu sama Lo, dia udah kena phobia, ahahaha."

Rio dan Yudha bertos ria, merasa bahagia saat menggoda Rizky dan melihat wajah ketua OSIS mereka itu masam.

Wajah Rizky masam bukan karena kesal saat Viannya itu disentuh oleh mereka. Tetapi ia kesal karena tingkat kepercayaan diri keduanya yang benar-benar melampaui batas.

'Cuih! Gitu doang bangga! Gue pernah cipokan sama ngewe dia! Jauh lebih hoky dari kalian!'

Batin Rizky menjerit, tetapi ia tetap tak bisa mengatakan itu semua. Tak mungkin juga ia membuka kartu, akan sangat berbahaya dan beresiko sekali.

***

"Totalnya enam ratus sembilan puluh lima ribu, ya, Dek ...."

Vian menghela napas berat, kemudian menyerahkan tujuh lembar uang seratus ribuan kepada kasir toko buku yang ia datangi.

Seusai dirinya pulang dari Perpustakaan kota, ia langsung mampir ke toko buku yang dijamin lengkap menyediakan semua buku dari jenjang Paud sampai umum.

Vian harus merelakan tabungannya ia belikan pada berbagai macam buku yang akan ia gunakan untuk belajar nanti. Padahal, uang tersebut sudah ia tabung semenjak beberapa bulan lalu, ia mengincar sepatu bola idamannya, dan jumlahnya hanya ada beberapa pasang saja, katanya sepatu itu hanya ada satu di toko sepatu yang berada di kotanya.

"Kembaliannya Dek."

"Makasih ya Kak ...."

Vian berjalan sebentar, kemudian memasukkan satu lembar uang lima ribu rupiah itu ke dalam kotak yang tersedia di sana, setelah itu orangnya langsung pergi ... seperti tidak pernah melakukan apapun.

"Vian kok di sini?"

Saat berada di pintu keluar, Vian berpapasan dengan Bu Airin yang sepertinya akan masuk ke sana.

"Ibu? Mau cari buku juga?"

Perempuan itu menggelengkan kepalanya kemudian merangkul Vian untuk duduk di kantin yang terletak di samping toko buku itu berada.

"Ini toko buku punya suami Ibu. Makanya Ibu ke sini, buat cek buku yang mulai kosong .... Oh iya, Vian beli buku banyak banget--"

"Iya Bu, buat dipelajari nanti. Maaf ya Bu, Vian kayaknya gak nyaman kalau harus belajar sama Rizky, mendingan Vian belajar sendiri aja deh, kalau udah gak paham banget ... baru tuh tanya Rizky."

Bu Airin terdiam, ia tersenyum tipis karena senang dengan perubahan yang Vian lakukan. Vian sepertinya memang memiliki niat yang kuat untuk berubah, buktinya ia sampai membeli banyak sekali buku untuknya pelajari.

CUTE (BAD) BOY || BxB || SOONWhere stories live. Discover now