Bagian 23 // Lalalalala

18K 2.4K 205
                                    

"Vian masih sakit kepalanya? Kita ke rumah sakit saja, ya ...."

"Jangan, Yah ... kejauhan."

"Sini kepalanya biar Ayah yang obatin, takut infeksi--"

"Enggak, Vian bisa sendiri. Mendingan sekarang Ayah samperin si Rizky tuh, dia dimarahi habis-habisan sama Bunda ...."

Ayah menghela napas kemudian memejamkan matanya saat ia mendengar suara Bunda yang sedang memarahi Rizky, tetapi Rizky membalas ucapan Bunda, membuat perdebatan keduanya terkesan keras.

"Nanti Vian minta maaf sama Rizky, ya ...."

Vian mengernyitkan dahi, "minta maaf? Buat apa? Yang salah kan Rizky ... kenapa Vian yang harus minta maaf?"

"Minta maaf gak harus salah ... mungkin Vian juga tadi terlalu ngegas ... jadinya Rizky kebawa emosi ...."

Vian memanyunkan bibirnya, pertanda tidak setuju dengan perkataan Ayahnya barusan.

"Vian ... Ayah dan Bunda memang belum kenal cukup lama. Tetapi, kami berdua sudah berusaha untuk memahami masing-masing. Ayah sudah banyak bercerita tentang kamu ke Bunda, dan Bunda juga sudah bercerita banyak tentang Rizky pada Ayah. Rizky itu sekarang sedang ada dalam proses melupakan Ayah kandungnya ... dia punya kenangan gak enak sama Ayahnya itu. Jadinya, pas Ayah menikah dengan Bunda, Rizky terkesan tidak suka. Rizky begitu karena dia masih belum terima ... dan takut kalau Ayah sakiti Bundanya ...."

Vian mendengkus sebal, "tapi kan Ayah gak mungkin sakiti Bunda!"

"Iya Ayah paham sama apa yang Vian pikirkan. Tapi, pemikiran Rizky itu tidak seperti kita, dia masih menyeleksi semuanya dan mungkin masih belum mau terima Ayah dengan secepat itu."

"Tapi kan Vian mau terima Bundanya Rizky! Kenapa Rizky gak bisa terima Ayah?!"

"Vi ... kamu sama Rizky itu berbeda. Sejak lama Vian memang mau banget punya Ibu, kan? Makanya waktu Ayah bilang Ayah mau nikah, Vian seneng banget. Beda lagi sama Rizky ... Rizky gak bahagia dan bahkan sempat menolak saat dia tahu Bundanya mau nikah lagi. Karena, Rizky memang tidak mau punya Ayah ...."

Vian diam, meskipun ia tidak terima, tetapi ia berusaha untuk mendengarkan perkataan Ayahnya.
"Rizky tuh aneh ... padahal, kalau dia mau menilai, harusnya dia tahu dan lihat karakter Ayah dulu ... bukannya langsung serang. Mana kasar juga ... huhuhu Ayahh, kepala Vian sakit, nyud-nyudan. Kata kepalanya, dia mau ditiupin ...."

Ayah terkekeh kemudian menjitak kepala Vian main-main.
"Katanya preman, baru begini aja udah ngeluh .... Tawuran berapa kali kena pukul? Pas balapan, berapa kali juntay dari motor? Pas tawuran kamu pernah kena bacok golok, kan? Pas balapan pernah dikejar polisi terus motor kamu terbang ke kebun teh. Ayah tahu ... itu pasti sakit banget, sekarang cuman beginian doang pake manja segala ...."

Vian kembali memanyunkan bibirnya, "ini tuh beda tahu Yah ... sekarang kan Vian berantemnya pakai hati ...."

"Ya udah sini, Ayah tiupin ...."

Vian terkekeh senang kemudian mendekat ke arah Ayahnya. Lelaki itu memejamkan mata sambil tersenyum dan menerima tiupan dari Ayahnya yang mulai menenangkan. Sementara itu, kedua tangannya melingkar di pinggang sang Ayah, membuat tubuhnya tenggelam karena ukuran tubuh mereka yang terlalu jauh berbeda.

"Udah ... jadinya kayak ngurusin anak usia delapan tahun ...."

Terkadang, Vian memang selalu kekanak-kanakan bila sedang bersama Ayahnya begini. Ia akan lupa bila usianya kini sudah enambelas tahun, bahkan tanggal 22 Maret nanti sudah tujuhbelas tahun.

CUTE (BAD) BOY || BxB || SOONWhere stories live. Discover now