Chapter 18

2.5K 377 10
                                    

Sejak tadi Karina hanya menekuk wajahnya saja. Baru saja tujuh jam berlalu, rumornya dengan Jeno sudah menyebar kemana-mana.

"Tugas yang saya berikan tadi dikerjakan secara berdua-berdua sesuai absen ya, besok dikumpulkan. Absen 1 dengan 2, 3 dengan 4, dan seterusnya. Jika terlambat mengumpulkan akan dikenakan sanksi. Bapak sudahi dulu pelajaran kali ini, terimakasih."

Giselle menghadap ke arah Karina. "Lo gapapa Rin berdua sama Jeno?" tanyanya.

Meskipun tadi Giselle datang terlambat, tetapi ia mengetahui apa yang terjadi dengan Jeno dan Karina tadi pagi, karena hal itu pun sudah menjadi topik pembicaraan di sekolah.

Ah sial, Karina baru ingat jika absen nya atas bawah dengan Jeno. Pas lagi absen 15 dengan 16. Ia melirik ke arah Jeno malas.

"Kenapa kenapa," jawab Karina pada Giselle.

"Yee lo mah, udah baikan aja Rin." Giselle menyarankan.

Karina membuang napasnya pelan. "Seenak hati lo suruh gue baikan sama dia, gara-gara dia nama gue jelek, mana segala gue disuruh bersihin toilet lagi."

Giselle nyengir. "Ya ... anggap aja nasib Rin, daripada nilai lo kosong kan."

"Ya mau gak mau," kata Karina sembari mengecek notifikasi dari ponselnya.

Jeno : mau kerkom dimana? jam berapa?

"Cih!" Karina memutar bola matanya malas saat melihat pesan dari Jeno, bahkan Jeno sama sekali tak meminta maaf padanya? Menyebalkan, sangat menyebalkan.

Karina : abis pulang sekolah, kafe deket sekolah aja

Jeno : oke

Karina membuang napasnya pelan, lebih baik ia menyiapkan mental untuk pelajaran berikutnya, yaitu matematika.

***

"Rin."

Sejak tadi Karina dan Jeno sudah sampai di kafe dekat sekolah. Karina hanya fokus mengetik, sedangkan Jeno mendikte apa yang harus diketik.

"Rin."

Entah sudah yang ke berapa kali Jeno memanggil Karina, Karina tak meresponnya dengan baik. Karina hanya diam atau sesekali menanyakan tulisan apa yang harus ia ketik selanjutnya.

"Rin."

"Apa sih?"

Kali ini Karina merespon, Jeno yang mendengar itu langsung bersemangat.

"Udah gak ada yang perlu lo tulis lagi, save dulu gue mau ngomong," kata Jeno.

Karina melakukan apa yang Jeno suruh, lalu menutup laptop. Tatapannya dingin pada Jeno.

"Maaf." Jeno menyesal.

Tatapan Karina masih saja dingin. Ia tak merespon perkataan Jeno sedikit pun.

"Tadi pagi gue main truth or dare sama Haikal, Jeremy dan Rendi. Dare-nya gue disuruh nembak lo jadi ya..." jelas Jeno terpotong.

"Oh jadi itu cuma permainan?" tanya Karina pada Jeno, jujur ia kecewa.

Jeno hanya diam.

"Lo tau, gara-gara permainan gak jelas lo dan temen-temen lo itu, nama gue jadi jelek di sekolah! Di depan guru-guru, di depan temen-temen, dan gue juga hampir kena sanksi dari guru konseling!"

180 DEGREES : Jeno X KarinaWhere stories live. Discover now