3. SEKOLAH

40.1K 2.1K 45
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian 🎸

Langit menurunkan Senja di halte bis dekat sekolah seperti yang diminta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit menurunkan Senja di halte bis dekat sekolah seperti yang diminta. Itu dilakukan untuk menghindari kemungkinan adanya gosip yang bisa saja mengganggu ketenangannya. Dia terlalu malas untuk menanggapi jika memang terjadi.

"Helmnya gue titip di satpam aja, ya." Senja merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan untuk melihat situasi. Aman, masih sepi.

Langit menganggukkan kepala. Laki-laki itu mengeluarkan selembar uang pecahan lima ribu dan memberikannya kepada Senja.

"Buat apa?"

"Uang saku lo, lah."

Senja terbelalak, kemudian menatap uang lima ribu tersebu dan Langit secara bergantia.  "LIMA RIBU?"

"Kenapa? Kebanyakan? Ya udah, ini ada dua ribu. Sebentar." Langit terkekeh melihat Senja yang sudah memasang tampang kesalnya. Tangannya kembali mengeluarkan selembar uang. Bukan dua ribu, tapi lima puluh ribu.

"Bercanda. Nih, dari Mama. Nanti kalau udah keluar kabarin, ya."

Setelah memberikan uang, Langit melajukan kembali motor yang semalam sudah diantarkan oleh supir rumah ke tempatnya. Barulah Senja melangkah menuju sekolah setelah sosok Langit hilang dari penglihatannya.

Seperti yang dikatakan tadi, perempuan itu menitipkan helmnya di pos satpam. Beberapa pertanyaan ditujukan padanya sebelum ia memasuki lobby sekolah.

"WOY, SENJA!"

Senja langsung menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Wajah yang semula nampak lesu langsung berubah ceria saat melihat kehadiran salah satu teman baiknya.

"Tumben nggak sama Jihan? Lo sama Sagara, ya?" Senja bertanya pada Jeva. Matanya mengedar, mencari keberadaan temannya satu lagi.

Mendengar nama Jihan, api di dalam tubuh Jeva yang semula mulai mengecil tiba-tiba kembali membesar. Perempuan yang memiliki bekas luka di beberapa bagian tubuhnya akibat kecelakaan itu menatap Senja dengan kesal.

"Harusnya gue sama Jihan. Tapi, asal lo tau, gue udah nunggu setengah jam lebih di depan rumah dia. Tapi, tiba-tiba dia ngabarin lagi kalau mau berangkat bareng cowoknya aja dan gue disuruh berangkat duluan. Itu menurut lo gimana? Anjing banget, nggak?"

Mendengar itu, Senja tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Bahkan mulutnya sampai terbuka. "BENERAN? Kok, gitu, sih? Apa dia nggak tau lo udah nunggu di depan?"

"Taulah. Dia bilang kalau agak lama karena bangunnya kesiangan. Gue nunggu sampai ngemper di depan gerbang rumah dia, anjir. Disuruh masuk aja enggak. Terus pas dia bilang mau berangkat sama cowoknya gue langsung kayak, HAH? INI SERIUS GUE DIGINIIN?"

Wajah kecewa yang ditunjukkan Jeva berhasil membuat Senja ikut merasakan kekesalan dan kekecewaan yang dialami. Menurutnya, semakin ke sini, Jihan semakin berbeda dari awal mereka berteman. 

LANGITWhere stories live. Discover now