27.Sejatinya rumah berpulang

Start from the beginning
                                    

Urusan perihal malam itu sama sekali tidak Xabiru ceritakan, menurutnya itu adalah aib keluarga yang harus ditutupi.

Xabiru:
Ra, riset menunjukan bahwa orang yg sering duduk meningkatkan 11% resiko kematian, jdi gmna nanti kita jalan aja? abis Rai lomba, ga maksa tpi harus mau

Pesan dari Xabiru membuat rasa letih Rai sedikit berkurang.

Rai:
Maksa bgt, kalau nggak mau gmna?

Xabiru:
Disun

Xabiru tertawa puas setelah mengirim pesan itu, membayangkan pipi Rai merah padam.

Bintang gemintang menghiasi langit malam menghipnotis siapapun yang melihat untuk terkagum-kagum. Ini sudah masuk tengah malam, di teras luar halaman belakang depan lapangan basket mini Sarah tengah melamun sambil menyesap kopi yang dari satu jam lalu sudah dingin. Kejadian kemarin tentu masih membekas di hati dan pikiran, Sarah sudah memutuskan sidang perceraian akan segera dilaksanakan dua hari mendatang, selesai itu ia berjanji pada Xabiru untuk memutuskan segala hal yang bersangkutan dengan Avian, laki-laki yang sudah masuk dalam blacklist Xabiru.

Xabiru datang ikut duduk di bean beag sebelah Sarah seraya menyimpan kopi hangat baru buatan tangannya. Menyesap kopi sambil menikmati semilir angin malam. "Laki-laki bajingan tidak pernah pantas untuk ditangisi, satu tetes saja tidak aunty."

Gelas kopi dingin yang sedari tadi ada di paha ia tukar dengan gelas baru dari Xabiru. "Sure," balas Sarah singkat, terdengar serak. "Kau sudah masuk masa dewasa dari kecil bukan?"

Iris mata Xabiru melirik sekilas dan mengangguk. "Aku seharusnya sadar itu dari dulu," ucap Sarah membuat alis Xabiru bertaut. Kembali menatap Sarah dengan mimik bingung.

Mata Sarah yang sembab balas menatap balik, air mukanya masih kalut. "Aku tidak sedih perihal problem ku biru, mungkin sedikit. Tapi dominan yang membuat ku patah saat membayangkan posisi mommy mu dulu, mungkin dia sama seperti ku? Ah tidak, dia jauh lebih sakit."

Mulut Xabiru terkantup, kepalanya coba semakin dalam mencerna ucapan Sarah. "Kau sudah dewasa, ini sudah saatnya aku memutuskan untuk bercerita apa yang membuat keluarga mu hancur biru."

Jantung Xabiru berdegup kencang, bukan karena jatuh cinta tapi rasa takut yang membelenggu. Xabiru mengangguk dengan wajah yang coba tenang. Sarah terkekeh kecut melihat keberanian Xabiru untuk mendengarkan rasa sakit yang baru, sakit yang selama ini Sarah sembunyikan. "Dari dulu kau tidak pernah tahu bukan mengapa daddy mu yang hangat berubah drastis menjadi moster?" dengan cepat Xabiru menggeleng, mata Sarah berkaca-kaca. "Sama seperti ku biru, mommy mu dituduh selingkuh padahal dari pihak laki-laki yang sebenarnya selingkuh, dan kau tahu mengapa pukulan terus terjadi? sebab mommy mu bertahan untuk tetap bersama tapi daddy mu berjuang memaksa untuk berpisah. Mommy mu ... mommy mu tidak mau kau dan Xaviera tumbuh tanpa seorang ayah yang sering kalian bangga-banggakan itu, mommy mu tidak mau merusak ekspetasi kalian berdua yang telah memberikan daddy julukan 'si hebat' menjadi 'si bajingan' tidak. Itu mengapa mommy meminta mu untuk tidak melawan saat daddy menyakiti mu biru."

Urat di wajah Xabiru mulai mencuat jelas, hatinya terluka hebat. Sesak menyerang terus berdatangan. "Puncaknya ketika mommy mu di tugaskan bekerja di Jakarta untuk operasi mata, sepulang dari sana daddy mu meneriaki mommy menuduh besar-besaran jika tujuan mommy mu ke Jakarta yang sesungguhnya untuk berselingkuh padahal----"

"Dia yang berselingkuh dengan mantan kekasihku?" Xabiru memotong ucapan Sarah dengan nada ketus. Air mata Sarah kembali pecah. "Lalu dia membunuh mommy setelahnya bukan? aku melihat semua aunty."

XABIRU [END]Where stories live. Discover now