"ah.. itu hanya.. mimpi, ayah hanya mimpi-dattebayo" jawaban kikuk Naruto.

"mimpi?"

"iya, sudah kita turun ya" Naruto mengalihkan pembicaraan.

Sambil menggendong Boruto, Naruto turun menuju dapur.

"ayah aku bisa jalan sendiri-dattebasa" Boruto merasa ia tak perlu sampai digendong.

"tidak apa-apa kan" ucap Naruto.

Sesampainya di meja makan Naruto langsung mendudukkan Boruto di kursinya lalu mencium pucuk kepala Himawari.

"hm? Ada apa ayah?" Himawari justru terheran dengan tindakan sang ayah.

"tidak apa-apa"

Hinata yang melihatnnya juga merasa ada yang aneh, biasanya Naruto melakukan hal itu kalau dia hendak pergi bekerja tapi sekarang dia bahkan baru bangun tapi dia tidak mau memikirkannya.

Mereka berempat sarapan dengan khitmat.

Skip..

Selesai sarapan, Boruto dan Himawari bermain di halaman belakang rumah bersama Hanabi yang datang berkunjung, sementara Naruto bersiap untuk pergi bekerja lagi.

"Naruto-kun sudah siap?" tanya Hinata.

"iya, misi kali ini cepat kok jadi tunggu aku ya"

"hm?" Hinata terheran.

"kenapa?"

"ah tidak, bukan apa-apa"

Naruto turun untuk berpamitan dengan anak-anaknya.

"Boruto, Himawari ayah pamit ya" pamitnya sambil memeluk dan mencium sang anak-satu persatu.

"ayah hari ini banyak mencium ya" ucap Himawari.

"eh? Tidak boleh ya?" tanya Naruto.

"boleh kok, Himawari suka" jawaban polos Himawari.

"aku tidak suka-dattebasa, ayah lama-lama mirip kakek"

"hahaha.."semuanya tertawa.

Setelah berpamitan dengan sang anak, Naruto bersiap untuk pergi.

"aku pergi dulu ya" pamitnya sambil mencium bibir Hinata singkat, memang sudah jadi kebiasaannya semenjak mereka menikah.

"iya" jawab Hinata.

Saat hendak keluar rumah, Naruto kembali mencium kening Hinata dan itu membuat Hinata sedikit terkejut.

"hati-hati ya" ucap Hinata pada sang suami "sepertinya memang ada yang aneh" lanjutnya.

Saat berjalan menuju gerbang Konoha, Naruto terus saja memikirkan tentang mimpinya sampai-sampai ia tak sadar kalau ada yang sedang memanggilnya.

"oi Naruto!" ucap Kiba mengagetkan Naruto.

"Kiba? Sejak kapan kau disini?" tanya Naruto.

"daritadi, apa kau tidak dengar Mirai daritadi memanggilmu tahu" ungkap Kiba.

"Mirai?"

"kakak Naruto sedang ada masalah ya? sepertinya tadi kakak melamun" ucap Mirai yang bejalan disisi kiri Naruto.

"ah Mirai, maaf ya.. aku hanya memikirkan tentang misi ku hehe" alibi Naruto sambil menggaruk tengkuknya.

"hei kau tidak bertengkar dengan Hinata kan?" bisik Kiba.

"tentu saja tidak-dattebayo" jawab Naruto tegas "lagipula kenapa kau bersama Mirai? Kurenai sensei mana?" tanya Naruto.

"Kurena sensei sedang tidak enak badan, dia menyuruhku untuk menemani Mirai ke Akademi, sebentar lagi dia akan masuk sekolah kan"

"pengasuhnya mana?"

"pengasuh Mirai sudah tidak bekerja sejak lama tahu, karena Mirai sudah besar, lagipula aku diminta untuk menemaninya saat pendaftaran saja karena takutnya Mirai tidak tahu"

"ooh begitu"

"kak Kiba aku duluan ya" ucap Mirai lalu berlari.

"ah iya, kalau ada yang tidak kau ketahui temui aku ya"

"siap"

"sepertinya dia cukup antusias" ucap Naruto.

"ya.. wajar lah, apalagi kalau dengar sebentar lagi dia akan menjadi shinobi, tapi kalau dipikir-pikir kasihan juga ya dia"

"Mirai maksudmu?"

"ya siapa lagi?"

"kenapa?"

"dia dari kecil tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya" ucap KIba.

"kau mengasihani Mirai tapi kau tidak pernah kasihan padaku?" canda Naruto.

"woi.. lain kasus, lagipula siapa yang mau kasihan pada anak nakal sepertimu" jawaban Kiba.

Naruto tahu itu hanya bercanda.

"tidak sadar diri, setidaknya lihatlah dirimu" jawab Naruto.

"sudahlah, dengarkan aku!"

"iya iya, jadi kau berniat untuk menjadi ayah Mirai?"

"dasar Bodoh!" Kiba mengetuk kepala sahabatnya itu.

"sakit tahu" keluh Naruto.

"bukan begitu maksudku tahu, kau ini tidak pernah pintar ya? padahal sebentar lagi kau akan menggantikan Kakashi sensei tapi otakmu tidak berkembang sama sekali" ucap Kiba.

"ya terus apa yang coba kau katakan?

"coba pikirkan kalau suatu saat nanti kau mati dan Hinata merawat Boruto dan Himawari sendirian, Hinata pasti sangat kerepotan kan"

"kenapa juga kau mengambil contoh seseram itu" Naruto mengeluh.

"lagian kau tidak paham-paham"

"aku paham, jadi maksudmu kau kasihan pada Kurenai Sensei begitu?"

"tentu saja, apa kau tidak?"

"aku kasihan tentunya tapi Kurenasi sensei hebat ya bisa membesarkan Mirai sendirian"

"ya makanya, saat ini dia sedang sakit aku merasa dia bekerja terlalu keras"

"ya mau bagaimana lagi yang bisa kita lakukan hanya membantunya jika dia minta tolong kan"

"benar juga sih"

"sudah lah, aku mau pergi dulu, jaga Mirai dengan benar!" ucap Naruto lalu pergi meninggalkan Kiba.

Meski terlihat tidak begitu antusias dengan pembahasan Kiba, Naruto tetap memikirkan perkataan Kiba yang mengatakan kalau suatu saat dia benar-benar pergi meninggalkan sang istri dan sang anak nantinya akan bagaimana.

"jangan berpikir yang tidak-tidak Naruto! Ayo fokus!" Naruto menampar dirinya agar dia fokus ke misinya.


NEXT PART

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran.

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...

MALAIKAT KECIL ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora