PART 2 [TRAGEDI]

119 2 1
                                    

Baik dan buruknya seseorang tak hanya dinilai dari tingkah laku, tapi setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.

----------------------

Keadaan kantin hari ini sangat rusuh, sama seperti biasanya. Pandangan mata Vanna mengarah pada segerombol laki-laki yang tengah bersantai sembari berbincang, suara tawa mereka mampu membuat emosi Vanna kembali naik ke atas kepala.

"Van! Makan jangan cuma diaduk-aduk" Laudya membuyarkan lamunan Vanna.

"Siomay-nya ngga enak ya Van? Mau gue pesenin yang lain?" tawar Amel.

"Ngga usah, gue masih kesel aja sama tuh anak baru"

Laudya dan Amel saling melemparkan tatapan bingung, anak baru yang mana yang Vanna maksud? Apakah yang tadi pagi membuat ulah bersama dengan Lingga dan Arion? Dahi Laudya semakin mengernyit.

"Anak baru yang tadi pagi lo kejar? Emang kenapa dia?" tanya Laudya.

"Dia dorong gue tadi, untungnya pas kabur dia nabrak pak Teguh"

"Terus-terus? Mereka dihukum kan?" Amel semakin penasaran.

"Iya, walaupun cuma disuruh lari keliling lapangan tiga kali. Ngga adil banget pak Teguh" protes Vanna tak terima.

"Ya udah si Van ngga apa-apa, ngga baik juga kan nyiksa terus mereka" Laudya menepuk bahu Vanna.

Meski masih merasa kesal, Vanna berusaha menetralisir semuanya. Ia pun memakan siomay yang sedari tadi terus ia aduk-aduk itu. Mereka kembali berbincang, membicarakan banyak sekali topik, mulai dari acara sekolah, pelajaran, target mereka setelah lulus dan yang lainnya.

Ketenangan mereka terganggu, saat seseorang nampak menggebrak meja mereka, membuat Amel berteriak terkejut. Dengan mata terpejam, Vanna pun menghela nafas cukup dalam.

"Kalau bukan karena lo, gue ngga akan dihukum tadi!" kesal Galan dengan nada yang sangat tinggi.

Bukannya takut, Vanna justru hanya menunjukan smirk-nya. Gadis itu pun bangkit dan menatap balik laki-laki pembuat onar tersebut. Bukan Vanna namanya, jika takut kepada berandal sekolah yang setipe dengan Lingga ini.

"Loh? Itu emang salah lo kan? Suruh siapa lo ngelanggar aturan?" balas Vanna santai.

"Lo siapa berani ngatur-ngatur gue?"

"Gue Yavanna Grizelle, wakil ketua OSIS. Kenapa ada masalah dengan pangkat gue?" tanya Vanna terlihat angkuh.

"Cuma wakil ketua OSIS, kan? Tapi gaya lo selangit, banyak ngatur" ucap Galan menekankan kata 'wakil ketua OSIS'.

"Namanya juga hidup, ya wajar aja banyak aturan. Kalau lo ngga mau diatur, ngga usah hidup, gampang kan?"

Mendengar kalimat Vanna, membuat Galan emosi. Tangannya meraih kerah seragam gadis tersebut, semua orang yang berada di kantin nampak terkejut. Gelar langsung memisahkan Galan dari Vanna, jika dibiarkan nyawa Vanna akan dalam bahaya.

Amel dan Laudya mendekat dan menahan Vanna. Nafas gadis itu tak teratur karena lehernya yang tercekik kerah seragamnya, Amel mengusap punggung Vanna memastikan tak terjadi apa-apa pada Yavanna.

"DASAR BANCI! BERANINYA NYAKITIN CEWEK!" teriak Vanna.

"Sialan!"

"Lo kira gue bakal takut sama berandal kayak lo! Disini lo itu cuma sampah yang harus disingkirin"

"Vanna! Jaga omongan lo, setiap kata yang keluar dari mulut lo bakal jadi boomerang buat diri lo sendiri" peringat Laudya.

"Jabatan lo emang tinggi, tapi mulut lo juga ngga lebih dari sampah" sulut Galan.

SECRET VANNA Where stories live. Discover now