PART 1 [BERANDAL]

208 6 0
                                    

Kicauan burung, menyambut pagi seorang gadis yang tengah berjalan sendirian di koridor sekolah. Jas rapi yang selalu membungkus tubuhnya itu, membuat dirinya tampak berwibawa. Kuciran rambutnya bergerak ke kanan dan ke kiri, mengikuti irama langkahnya.

Yavanna Grizelle, name tag itu terpasang rapi di dadanya. Ia terus melangkah menuju ke gerbang sekolah, sudah tugasnya setiap hari Rabu untuk memeriksa atribut siswa dan siswi SMA Pelita.

"Gimana? Seragam mereka sesuai sama standar sekolah kan?" tanya Vanna kepada beberapa orang yang sudah berada disana.

"Sejauh ini, cuma geng langganan yang ngelanggar" balas seorang gadis.

Vanna menarik nafas kasar, mendengar laporan yang selalu sama membuat kepalanya terasa pening. Tangannya meraih pelipisnya dan memijatnya, astaga! Bukankah mereka tak ada jeranya? Meski sudah diberi hukuman yang cukup berat, tetap saja tak ada rasa bosan untuk melanggar.

"Sabar Van, semoga mereka cepet dikasih hidayah ya" ucap Amel berusaha menyemangati Vanna.

"Mel-Mel, hidayah itu dijemput. Tapi mereka? Ngejemputnya aja ngga mau, gimana mau berubah"

"Udah kali ngga usah terlalu difikirin, bikin otak lu ngebul aja" sahut Laudya.

SMA Pelita, sekolah yang terkenal karena kebersihan dan kedisiplinan muridnya itu, sama sekali tak mentolerir bila ada yang berpakaian tak sesuai dengan aturan. Semua muridnya terarah dan disiplin, kecuali geng pengacau seperti Aura dan satu geng yang berisikan berandalan.

Hingga bel masuk berbunyi, barulah kumpulan OSIS yang sedari tadi menjaga kedisiplinan di area gerbang mulai memasuki kelasnya masing-masing. Untuk menghindari adanya anak-anak yang telat dan sengaja lompat dari beberapa tempat, Vanna dan beberapa temannya berpencar untuk memeriksa.

"Van masuk kelas yuk, gue yakin ngga akan ada yang telat" ajak Amel.

"Tapi gue ngga yakin. Lo sendiri tau, Lingga sama temen-temennya sering banget telat dan lompat lewat taman belakang"

"Pagi Vanna, Amel, eh ada sayangku juga" sapa Arion.

"Jijik tau ngga" Laudya bergidik.

Amel melirik ke arah Vanna yang masih terdiam melihat ke arah Arion dan juga. Lingga? Tak biasanya laki-laki yang selalu menyusahkannya itu datang dengan tepat waktu. Vanna terus memperhatikan Lingga, bahkan tatapannya itu penuh kecurigaan.

"Gitu amat si Van lo liatin gua" ujar Lingga.

"Tumben banget lo ngga telat?" tanya Vanna dengan alis yang terangkat sebelah.

"Gua telat dimarahin, gua ngga telat dicurigain. Serba salah gua jadinya"

"Sorry ya Ga, si Vanna emang kadang gitu" ucap Amel.

"Ngga usah minta maaf, orang kita ngga salah"

"Udah-udah, yuk cepet masuk yang ada nanti kita dihukum gara-gara telat masuk kelas" ajak Laudya.

Meski hatinya tak tenang, Vanna tetap menurut untuk segera pergi ke kelas. Buru-buru Laudya dan Amel berjalan menuju ke kelasnya, tapi Vanna terus melirik ke arah taman belakang sekolah.

------------------

"Baru hari pertama aja lu udah nyusahin gua, Lan" umpat Lingga pada seseorang yang ada di handphone.

"Daripada lo ngebatin, mending cepet sana bantuin temen lo" titah Gelar.

"Iya Ga, sebentar lagi juga si Vanna keliling buat nyari anak-anak yang telat" sambung Maher.

"Ya udah, cepet Yon temenin gua" ajak Lingga pada Arion.

Mereka bangkit dan berjalan menuju ke halaman belakang sekolah, tempat dimana salah seorang teman Lingga tengah menunggu untuk mendapat bantuan. Kini bukan Lingga yang telat, namun sahabat lamanya ini.

SECRET VANNA Where stories live. Discover now